Ekspor Hasil Pertanian Sultra Terpuruk di Tengah Dominannya Ekspor Besi dan Baja
Meski memiliki sejumlah komoditas unggulan, kondisi ekspor usaha pertanian di Sultra terus terpuruk. Pemerintah diharapkan tidak hanya fokus ke industri besi dan baja karena berdampak luas pada kesejahteraan masyarakat.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Di tengah dominannya ekspor hasil pengolahan industri pertambangan, khususnya besi dan baja, ekspor hasil pertanian Sulawesi Tenggara terus terpuruk. Pada Juli 2021, nilainya hanya 0,01 juta dollar AS, turun sekitar 95 persen dibandingkan pada bulan sebelumnya. Komoditas pertanian semakin terpinggirkan yang berkonsekuensi pada kesejahteraan di tingkat petani.
Data yang dirilis Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara pada Rabu (1/9/2021), nilai ekspor industri pengolahan, khususnya produk besi dan baja, pada Juli 2021 mencapai 380,67 juta dollar AS, atau sekitar Rp 5,3 triliun. Nilai ini turun 20 persen dibandingkan pada bulan sebelumnya, tetapi naik lebih dari 100 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun 2020.
Hal ini berbanding terbalik jika melihat nilai ekspor sektor usaha pertanian yang hanya senilai 0,01 juta dollar AS, atau sekitar Rp 140 juta. Nilai ini turun hingga 95 persen dibandingkan pada bulan sebelumnya, dan turun sebanyak 49 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun 2020.
Kepala Badan Pusat Statistik Sultra Agnes Widiastuti menyampaikan, secara sektor usaha, industri pengolahan mendominasi hampi 100 persen dari total ekspor Sultra pada Juli 2021. Sektor ini didukung utamanya oleh produk besi dan baja yang mendominasi secara nilai dan volume. Sementara itu, sektor usaha pertanian mengalami penurunan signifikan dan hampir tidak berpengaruh terhadap ekspor Sultra.
”Hampir 100 persen ekspor Sultra pada Juli 2021 berasal dari sektor industri pengolahan, khususnya ekspor golongan besi dan baja. Kategori barang ini secara nilai mendominasi sebanyak 99,46 persen dari total ekspor,” kata Agnes.
Di luar jenis besi dan baja, beberapa komoditas yang diekspor adalah hasil perikanan, khususnya ikan cakalang, serta hasil perkebunan, yaitu kopra. Akan tetapi, kedua komoditas ini tidak signifikan dalam total nilai dan volume ekspor.
Secara nilai, tutur Agnes, total ekspor Sultra pada Juli 2021 turun sekitar 20,51 persen dibandingkan pada bulan sebelumnya. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai ekspor meningkat hingga 114 persen.
Semua hasil ekspor, ia melanjutkan, sebagian besar dikirim ke China dengan persentase hingga 96 persen. Selebihnya adalah India, Amerika Serikat, Jepang, dan Puerto Rico. Secara kuantitas, total ekspor pada Juli sebanyak 197.000 ton. Jumlah ini turun dibandingkan pada bulan sebelumnya yang mencapai 259.000 ton.
Pemusatan
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Muhammadiyah Kendari Syamsu Anam menjabarkan, struktur ekspor Sultra dalam lima tahun terakhir terus mengalami pemusatan pada produk industri pengolahan dan didominasi oleh produk besi dan baja. Sementara itu, produk pertanian perikanan konsisten mengakami penurunan.
Penurunan ekspor produk pertanian berpeluang membuat turunnya penerimaan petani dan nelayan yang akhirnya berkonsekuensi pada kesejahteraan mereka.
Hal ini menggambarkan performa sektor pertanian dan perikanan yang terus tertekan, sementara industri pengolahan produk beso dan baja yang didukung pertambangan skala besar terus menguat. Padahal, sektor pertanian dan perikanan merupakan sektor yang sebagian besar tenaga kerja menggantungkan penghasilan dan penghidupan.
Sektor pertanian dan perikanan tempat petani dan nelayan menggantungkan hidup, dan menjadi penopang kebutuhan utama warga. Penurunan ekspor produk pertanian berpeluang membuat turunnya penerimaan petani dan nelayan yang akhirnya berkonsekuensi pada kesejahteraan mereka,” kata Syamsu.
”Kita tentu berharap ekspor komoditas pertanian juga perkebunan di Sultra semakin masif, tidak justru merosot. Pemerintah harus membuka peluang sektor ini agar ke depan bisa ekspor mete dan porang secara besar-besaran dari wilayah ini,” ujarnya.