Reksa dana adalah instrumen investasi yang sesuai untuk investor pemula. Namun, investor hendaknya tidak hanya ikut-ikutan dalam berinvestasi, tetapi terlebih dahulu mengenali profil risiko masing-masing.
Oleh
joice tauris santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Walaupun jumlah investor reksa dana sudah hampir mencapai 5 juta orang hingga pertengahan tahun ini, pasar industri reksa dana masih terbuka sangat luas. Jumlah investor masih sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah total penduduk.
”Terkait potensi pertumbuhan investor reksa dana, kami sangat optimistis. Kalau di 2018 jumlahnya masih di bawah 1 juta orang, kini menjadi hampir 5 juta pada Juni 2021. Dari jumlah penduduk, angka itu tidak sampai 2 persen. Masih banyak investor yang belum terjamah. Reksa dana adalah instrumen investasi yang sesuai untuk investor pemula,” ujar Direktur Utama Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Afifa dalam telekonferensi pers, Selasa (31/8/2021).
Hingga akhir Juni 2021, MAMI memiliki lebih dari 1,1 juta investor. Sebagian besar dari investor itu merupakan anak muda atau kelompok milenial. Afifa mengingatkan juga, para investor muda ini hendaknya tidak hanya ikut-ikutan dalam berinvestasi, tetapi terlebih dahulu harus mengenali profil risiko masing-masing lalu mengetahui tujuan investasinya.
Seiring dengan pertambahan jumlah investor, dana kelolaan MAMI pun tumbuh pesat. Jumlah dana kelolaan total sebesar Rp 104,7 triliun dalam 28 produk reksa dana dan 40 mandat investasi. Dengan dana kelolaan sebanyak itu, MAMI saat ini merupakan manajer investasi terbesar di Indonesia.
Para investor muda ini hendaknya tidak hanya ikut-ikutan dalam berinvestasi, tetapi terlebih dahulu mengenali profil risiko masing-masing lalu mengetahui tujuan investasinya.
Secara persentase, untuk dana kelolaan berbentuk reksa dana saja tumbuh 93 persen atau Rp 56,6 triliun dalam periode 30 Juni 2020 hingga 30 Juni 2021. Pertumbuhan ini jauh melampaui pertumbuhan industri yang sebesar 11 persen pada periode yang sama.
Rincian dari keseluruhan dana kelolaan MAMI terdiri dari 53 persen reksa dana pendapatan tetap, 32 persen reksa dana saham, 10 persen pasar uang. Sisanya, reksa dana campuran 3 persen dan reksa dana terproteksi 2 persen.
Strategi investasi
Dalam kesempatan sama, Director & Chief Investment Officer Fixed Income MAMI Ezra Nazula menjelaskan, aset yang mendasari reksa dana obligasi merupakan perpaduan antara obligasi pemerintah dan obligasi korporasi. Sementara untuk saham, dipilih perusahaan yang dapat bertahan, seperti kosumer atau komunikasi.
”Untuk sektor teknologi, kami sudah masuk sejak 2 tahun lalu. Jadi, ini bukan hal baru. Kami melihat ke depan pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari sektor teknologi, apalagi dipicu terjadinya pandemi ini. Kami sudah memasukkan sektor ini ke dalam investasi kami,” ucap Ezra.
Aset yang mendasari reksa dana obligasi merupakan perpaduan antara obligasi pemerintah dan obligasi korporasi.
Sementara itu, dalam kesempatan terpisah, Head of Research Samuel Aset Manajemen Narendro Andindyo juga mengungkapkan hal senada. Tema saham-saham digital merupakan sektor yang menarik untuk saat ini.
”Ini adalah tema yang paling exiting dan sedikit kontroversial. Ada yang sebut ini bubble, tetapi ini memang tren yang ada, yaitu digitalisasi konsumen dan bisnis. Ada banyak penawaran saham perdana perusahaan digital di bursa. Selain itu, ada banyak aksi korporasi. Potensi pertumbuhan yang paling tinggi di antara sektor lainnya,” tutur Narendro.
Dia menambahkan, dinamika yang terjadi pada sektor terkait digital, yaitu sektor telekomunikasi dan menara, juga menarik. Namun, Narendro juga mengingatkan risiko pada sektor ini. Banyak emiten pada sektor ini merupakan perusahaan rintisan yang baru memulai bisnisnya. Selain itu, ada juga risiko persaingan antarpemain di sektor ini.