Tarik Wisman, Perjanjian Koridor Perjalanan Disiapkan
Selain Bali, Batam, dan Bintan, ajang World Superbike di Mandalika, Nusa Tenggara Barat, pada November 2021 akan menjadi sasaran uji coba pembukaan kembali kunjungan wisatawan mancanegara.
Oleh
Mediana
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melanjutkan rencana reaktivasi sektor industri pariwisata dengan pembukaan kunjungan wisatawan mancanegara melalui konsep perjanjian koridor perjalanan. Rencana ini perlu mempertimbangkan efektivitas pelaksanaan protokol kesehatan dan penanganan pandemi Covid-19.
Travel corridor arrangement atau perjanjian koridor perjalanan (TCA) adalah membuka kembali pariwisata dengan perjanjian kerja sama antarnegara. Ini biasanya dilakukan ketika ada penerbangan langsung. Di kawasan Asia Tenggara, negara yang tergabung dalam ASEAN sudah memiliki konsep ASEAN TCA yang bertujuan memfasilitasi pergerakan esensial, termasuk perjalanan diplomatik, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat dan interoperabilitas prosedur imigrasi di antara negara anggota.
Dalam pernyataan pers, Sabtu (28/8/2021) malam, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Baparekraf) Sandiaga S Uno menyampaikan, reaktivasi sektor industri parekraf melalui TCA terus dipersiapkan. Bali, Batam, dan Bintan menjadi sasaran uji coba penerapan TCA.
Selain tiga destinasi itu, dia menyebut ajang World Superbike yang menurut rencana digelar di Mandalika, Nusa Tenggara Barat, pada 12-14 November 2021 juga diproyeksikan menjadi sasaran uji coba implementasi TCA. Alasan dia, World Superbike mendatangkan wisatawan dari berbagai negara.
”Kami persiapkan secara total, baik dari sisi industri maupun regulasinya. Jika prakondisinya bisa terpenuhi, ini (World Superbike) akan menjadi salah satu ajang yang kami uji cobakan TCA,” ujar Sandiaga.
Adapun prakondisi di destinasi wisata yang akan diujicobakan TCA meliputi pandemi Covid-19 terkendali, program vaksinasi Covid-19 terselesaikan, sertifikasi kebersihan, kesehatan, dan keberlanjutan lingkungan (CHSE) hulu-hilir industri optimal, serta kesiapan pelaku usaha.
Saat ini, pihak Kemenparekraf/Baparekraf masih berkoordinasi lintas kementerian/lembaga untuk penerapan TCA, seperti dengan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 dan Kementerian Luar Negeri. Dengan Kementerian Luar Negeri, koordinasi dilakukan untuk menentukan negara mana saja yang berisiko rendah sehingga wisatawan dari negara itu bisa masuk Indonesia.
Selain itu, koordinasi lintas kementerian/lembaga bertujuan menyiapkan aturan dan kebijakan berdasarkan jejak perjalanan wisatawan yang meliputi sebelum keberangkatan, selama berwisata, dan kembali ke negara asal. Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf Kurleni Ukar bahkan menyebut akan ada pula uji coba penerbangan carter dari beberapa negara. Fasilitas kesehatan dan asuransi juga akan disiapkan.
Sebelumnya, pemerintah telah memutuskan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Jawa-Bali diperpanjang sampai 30 Agustus 2021. Dalam aturan PPKM level 4, usaha-usaha kecil, seperti pedagang kaki lima, diizinkan tetap buka dengan protokol kesehatan ketat sampai jam tertentu.
Selain PPKM level 4, beberapa daerah statusnya diturunkan mengikuti ketentuan PPKM level 3. Ketentuan PPKM level 3 berlaku untuk kondisi 50-150 kasus Covid-19 per 100.000 penduduk, 10-30 kasus yang dirawat di rumah sakit per 100.000 penduduk, dan 2-5 kasus meninggal per 100.000 penduduk di daerah tersebut. Salah satu isi ketentuan PPKM level 3 adalah warung makan, pedagang kaki lima, lapak jajanan, dan sejenisnya diizinkan buka dengan protokol kesehatan yang ketat sampai pukul 20.00, dengan maksimal jumlah pengunjung makan di tempat maksimal 25 persen dari total kapasitas.
Pada awal-awal PPKM, Kemenparekraf sempat menyampaikan menunda program yang mengundang turis seperti TCA dan wisata vaksin.
Direktur Eksekutif The Pacific Asia Travel Association (PATA) Indonesia Chapter Agus Canny saat dihubungi, Minggu (29/8/2021), di Jakarta memandang kebijakan pemerintah untuk menjadikan ajang World Superbikesebagai salah satu sasaran uji coba TCA sebagai kebijakan bundling ekonomi dan kesehatan. Indonesia perlu mencuri start dalam menarik investasi dari negara-negara tujuan pariwisata lainnya di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Filipina.
Pelaksanaan ajang World Superbike bisa meniru Olimpiade Tokyo yang menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Dampak TCA di ajang ini tidak akan langsung terjadi. Namun, Indonesia bisa menunjukkan ke mata internasional melalui momentum World Superbike bahwa sudah siap membuka kembali batas kunjungan wisatawan mancanegara meskipun bertahap.
Agus mengakui, pola perilaku berwisata ikut berubah karena pandemi Covid-19 masih berlangsung. Sebagai gambaran, kalangan pelaku industri pariwisata di Indonesia memproyeksikan kunjungan wisatawan mancanegara dari Eropa dan Amerika kemungkinan baru akan pulih tahun 2022. Sementara kunjungan wisatawan mancanegara dari kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, dan Australia berpotensi pulih lebih awal.
”Perhatian kami adalah ada bukti nyata kesiapan fasilitas protokol kesehatan di destinasi yang akan diujicobakan TCA, bukan sekadar pernyataan siap di media massa,” katanya.
Misalnya, integrasi sistem pengecekan sertifikat vaksin Covid-19 dengan sarana transportasi yang dipakai turis. Sejauh ini, Agus mengamati sejumlah maskapai penerbangan internasional sudah menerapkan integrasi itu.
Pendapatan
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Bahriyansah Momod berpendapat, TCA akan mampu menggerakkan kembali pendapatan para pelaku parekraf. Selama ini, permintaan layanan perjalanan ke agen perjalanan wisata anjlok. Kalaupun ada pergerakan perjalanan wisata selama PPKM ataupun pembatasan sosial lainnya, tidak terjadi melalui fasilitasi bisnis biro perjalanan.
Dia lantas menceritakan, pada akhir 2020, pihaknya menggelar survei ke hampir 7.000 perusahaan anggota Asita. Tujuannya untuk mengetahui perkembangan kondisi mereka. Hanya 700 perusahaan anggota yang menyerahkan kembali jawaban.
”Hasilnya, 5 persen dari mereka yang menyerahkan kembali jawaban survei itu mengaku masih memiliki kantor dan pegawai, 35 persen sudah tidak mempunyai kantor ataupun pegawai, dan 60 persen mengklaim usaha masih jalan tetapi bekerja dari rumah. Ketika kami cek, ternyata 5 persen itu merupakan usaha perjalanan milik badan usaha milik negara dan representasi milik asing,” ujar Bahriyansyah saat menghadiri diskusi ”Global Trend that Impacts Indonesia’s Travel & Tourism Industry, Post Pandemic Covid-19”, Jumat (27/8/2021) petang, di Jakarta.
Menurut dia, Asita mengupayakan berbagai cara agar ada penciptaan paket-paket wisata yang berpotensi dibeli wisatawan yang sudah ikut vaksinasi Covid-19. Salah satu sasaran paket wisata ada di Bali yang masuk sasaran uji coba TCA pemerintah. Paket wisata yang dimaksud menyasar pula ke lima destinasi prioritas.
Agar usaha anggota tidak terhenti dan bisa tetap bergerak meskipun perlahan, Asita telah memperbarui segala informasi terkait aktivitas pariwisata, pengembangan desa tujuan wisata, dan lokasi di laman asosiasi. Asita juga memasukkan paket di laman Indonesia.travel dan Kementerian Luar Negeri.
”Kami bahkan telah menjajaki kerja sama dengan pihak Kereta Api Indonesia agar memudahkan menciptakan paket tur wisata sekaligus akomodasi. Kerja sama ini bersifat simbiosis mutualisme,” ujarnya.
Kepala Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada Janianton Damanik saat dihubungi, Minggu (29/8/2021), dari Jakarta memandang, pemerintah mempunyai otoritas untuk menentukan solusi atas stagnasi industri pariwisata. Saat ini, tuntutan pelaku industri untuk mereaktivasi seluruh mata rantai produk dan jasa pariwisata ke pemerintah besar.
”Akan tetapi, jangan lupa tetap ada yang lebih penting, yaitu penanganan pandemi Covid-19 yang terukur dari penurunan angka warga terinfeksi dan peningkatan angka kesembuhan,” katanya.
Uji coba TCA bisa efektif asalkan penanganan pandemi Covid-19 maksimal, diikuti dengan masifnya praktik sertifikasi CHSE dan sumber daya manusia pariwisata telah betul-betul menjalankan protokol kesehatan sebagai perilaku normal baru. Apabila fondasi-fondasi tersebut belum optimal, terobosan TCA berpotensi menjadi bumerang.