Penerapan Teknologi Ungkit Efisiensi Operasional Angkasa Pura II
Penerapan berbagai perangkat teknologi digital berhasil meningkatkan efisiensi operasional sekaligus pelayanan PT Angkasa Pura II (Persero). Implementasi digitalisasi AP II saat ini sudah berada di kisaran 50-60 persen.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemanfaatan perangkat teknologi digital terus diupayakan untuk meningkatkan efisiensi operasional sekaligus pelayanan PT Angkasa Pura II (Persero) selaku pengelola sejumlah bandar udara. Secara berkelanjutan, implementasi teknologi juga untuk mendukung faktor keamanan dan keselamatan.
Implementasi teknologi ini sejalan dengan transformasi digital dengan konsep New Experience through (X) Technology Airport 4.0 atau disebut dengan Next Airport 4.0. Bandara berkonsep Next Airport 4.0 adalah bandara masa depan yang selalu mengikuti perkembangan dan mengadopsi teknologi terkini (advance technology).
Presiden Direktur Angkasa Pura (AP) II Muhammad Awaluddin di Jakarta, Minggu (29/8/2021), mengatakan, ”Hingga saat ini, implementasi digitalisasi di bandara-bandara yang dikelola AP II sudah mencapai 50-60 persen untuk aspek pelayanan dan operasional. Persentase ini akan semakin meningkat cepat karena AP II telah memiliki sumber daya dan infrastruktur digital yang mendukung.”
Sejalan dengan transformasi digital, AP II mengembangkan satu model, yakni Digitally Ready for Operational and Infostructure Development (DROID) sebagai tulang punggung penerapan Next Airport 4.0. Melalui DROID Model, AP II memperkenalkan tiga platform mobile, yaitu aplikasi Travelin untuk layanan kepada penumpang (customer experience/CX), aplikasi iPerform untuk operasional (operational excellent/OX), dan Pocket Airport Collaborative Decision Making (ACDM) sebagai aplikasi untuk kolaborasi antarpemangku kepentingan bandara (ecosystem exploration/EX).
Dampak positif dari penerapan ketiga platform tersebut, di antaranya, aplikasi Travelindapat berkontribusi dalam meningkatkan kepuasan pelanggan (traveler) berdasarkan Airport Service Quality Survey (ASQ Survey) yang digelar Airport Council International (ACI). Rata-rata nilai ASQ Survey di bandara AP II pada tahun 2016 tercatat 4,00 dari skala 5. Kemudian, tahun 2017 naik menjadi 4,68, tahun 2018 (nilai 4,76), tahun 2019 (nilai 4,87), dan tertinggi pada tahun 2020 mencapai nilai 4,90.
”Bahkan, nilai ASQ Survey Bandara Soekarno-Hatta pada 2020 hampir sempurna pada angka 4,98 dari skala 5. Travelin mampu mendigitalisasi layanan tes Covid-19 di bandara-bandara AP II, khususnya untuk pemesanan layanan tes secara digital,” jelas Awaluddin.
Selain itu, aplikasi iPerform yang digunakan khusus oleh karyawan AP II memiliki fitur pendukung pekerjaan sehari-hari. Di tengah situasi pandemi, ini menjadi andalan untuk mendorong efisiensi. Penghematan beban pegawai AP II, misalnya, mencapai Rp 90 miliar pada semester I-2021 dibandingkan dengan budget (RKAP 2021). Hal ini sejalan dengan sejumlah pekerjaan yang dapat dilakukan lewat iPerform sehingga mobilitas fisik karyawan berkurang. Kemudian, program pengembangan kompetensi yang kini dilakukan secara daring, termasuk melalui iPerform dan aktivitas lainnya.
Awaluddin mengatakan, iPerform juga dapat memantau optimalisasi fasilitas di bandara guna memastikan efisiensi operasional. Pada semester I-2021, efisiensi penggunaan listrik di bandara AP II rata-rata 42 persen per bulan dan efisiensi air rata-rata mencapai 52 persen per bulan dibandingkan dengan kondisi normal.
Sementara platform Pocket ACDM membuat kolaborasi di antara seluruh pemangku kepentingan bandara terkait operasional pesawat di sisi udara dapat berjalan dengan baik. Aplikasi ini dapat meningkatkan prediktabilitas penerbangan, meningkatkan ketepatan waktu (on-time performance/OTP), dan memaksimalkan slot penerbangan. Penerapan ACDM di tengah pandemi Covid-19 membuat Bandara Soekarno-Hatta mampu tetap beroperasi dengan baik selama 24 jam melayani berbagai penerbangan dalam kondisi apa pun, termasuk di tengah dinamisnya lalu lintas penerbangan.
”Penerapan teknologi dan penggunaan tiga platform mobile menjadikan pengelolaan bandara-bandara AP II efisien, optimal, dan tangguh di setiap kondisi, termasuk dalam merespons tantangan pandemi global Covid-19,” tegas Awaluddin.
Mendukung regulasi baru
AP II juga memiliki infrastruktur teknologi yang memadai untuk secara cepat mendukung regulasi baru, khususnya di tengah pandemi, seperti kewajiban penggunaan aplikasi Peduli Lindungi bagi penumpang pesawat untuk memproses keberangkatan penerbangan.
Bahkan, di Bandara Sultan Thaha, Jambi, saat ini telah dioperasikan autogate yang terintegrasi dengan Peduli Lindungi. Setiap calon penumpang yang ingin masuk ke terminal harus menunjukkan QR Code Peduli Lindungi di autogate. Apabila calon penumpang sudah memenuhi persyaratan kartu vaksinasi dan surat keterangan tes Covid-19, pintu gerbang otomatis akan terbuka agar penumpang dapat melanjutkan proses check-in.
AP II saat ini tengah menjalani kurva kedua transformasi digital, yang disebut dengan Transformation 2.0 (2020-2024) untuk mencapai visi sebagai Airport Enterprise Leader in the Region.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno secara terpisah mengapresiasi pemanfaatan teknologi digital yang diterapkan AP II. Namun, hal terpenting yang tak boleh diabaikan adalah implementasinya benar-benar perlu sesuai kebutuhan. Sebab, efisiensi menjadi tantangan besar di masa pandemi untuk dapat bertahan sekaligus tetap berada dalam ranah kompetisi global.
”Bagi masyarakat, implementasi perangkat digital yang semakin canggih harus dapat memudahkan konsumen yang terkait jasa penerbangan. Perlu dipikirkan lagi apabila konsumen belum mempunyai perangkat Android?” ujar Djoko.