Kolaborasi Great Giant Pineapple dan Meratus Perkuat Ekspor
Kolaborasi untuk mendorong kegiatan ekspor produk hortikultura perlu terus ditingkatkan. Hal ini, antara lain, ditempuh oleh produsen hortikultura Great Giant Pineapple dan Meratus International.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kolaborasi untuk mendorong kegiatan ekspor, termasuk untuk produk hortikultura, perlu terus ditingkatkan demi memperkuat kepastian pasar. Hal ini juga ditempuh produsen produk hortikultura PT Great Giant Pineapple dan industri pelayaran Meratus International.
Bentuk kolaborasi ini ditandai dengan pelayaran perdana produk hortikultura PT Great Giant Pineapple dengan menggunakan kapal Maratus International di Pelabuhan Panjang, Lampung, Minggu (29/8/2021). Pelayaran ini menempuh rute reguler dari Panjang menuju Singapura.
Hadir menandai pelepasan kapal dengan cara memecahkan kendi tanah liat secara langsung di pelabuhan, antara lain, Gubernur Lampung H Arinal Djunaidi, Corporate Affair PT Great Giant Pineapple (GGP) Welly Soegiono, CEO Meratus Line Farid Belbouad, Direktur Operasional dan Komersial Petikemas David Siraid, serta Sekretaris Kemenko Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso. Pada kesempatan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto hadir secara virtual.
Secara rutin, GGP mengekspor buah nanas (pineapple) sejumlah 350 TEUs atau setara 6.300 ton per minggu melalui rute Panjang-Singapura, dengan tujuan akhir Amerika dan Eropa.
Airlangga dalam sambutannya mengungkapkan, pada masa pandemi ini, permintaan buah-buahan, baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri, meningkat cukup besar. Ini menjadi peluang bagi pelaku usaha dan petani buah-buahan untuk dapat memenuhi permintaan pasar. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan upaya integrasi dalam meningkatkan kapasitas produksi melalui perluasan lahan tanam, pemanfaatan lahan marginal, dan pengembangan lahan perhutanan sosial. Yang tak kalah penting adalah upaya mendorong kegiatan korporatisasi petani melalui kemitraan dengan pola creating share value, seperti dilakukan oleh PT Great Giant Pineapple.
Menurut Airlangga, pandemi Covid-19 menyebabkan kontraksi perekonomian secara global dan terimbas pula ke Indonesia. Awal tahun 2021, kebijakan extraordinary yang dilakukan berbagai negara terhadap pandemi memberikan sinyal positif terhadap pemulihan ekonomi global. Diprediksi, dunia akan mengalami rebound dengan tumbuh sebesar 4-4,5 persen pada tahun 2021.
Sektor pertanian sebagai sektor terbesar kedua setelah industri pengolahan dalam pembentukan ekonomi Indonesia yang tetap konsisten bertumbuh selama pandemi Covid-19. Hal ini membuktikan sektor pertanian masih mempunyai daya tahan menghadapi pandemi Covid-19. Keberadaannya nyata dibutuhkan masyarakat dalam kondisi apa pun dan berkontribusi signifikan dalam perekonomian Indonesia.
Hortikultura merupakan subsektor pertanian yang perlu terus didorong agar dapat menyejahterakan petani, perekonomian daerah, bahkan mampu meningkatkan devisa negara melalui ekspor.
”Tahun 2020, ekspor hortikultura sebesar 645 juta dollar AS, meningkat 37 persen dibandingkan tahun 2019. Peningkatan ini didominasi oleh komoditas buah-buahan, sebagaimana tahun 2020, nilai realisasi ekspor buah-buahan tercatat sebesar 389,9 juta dollar AS atau meningkat 31 persen dibandingkan tahun 2019. Lima negara tujuan utama ekspor adalah China, Hong Kong, Malaysia, Arab Saudi, dan Pakistan,” jelas Airlangga.
Airlangga berharap semakin banyak perusahaan dapat melakukan pengiriman ekspor dengan kerja sama semacam ini. Kerja sama ini juga akan mendorong berkembangnya perusahaan pelayaran nasional mengingat sebesar 95 persen bisnis ekspor Indonesia dilakukan melalui laut.
Welly mengatakan, pelayaran perdana ini merupakan suatu proses panjang yang diawali dengan kelangkaan kontainer. Demikian juga ketika kontainer sudah tersedia, ternyata biaya pengangkutan naik luar biasa dan diperparah lagi dengan kelangkaan feeder factor.
”Dalam masa pandemi, syukur alhamdulillah sektor hortikultura masih meningkat. Bahkan, tahun 2021, kita pecah rekor pada bulan ini bisa mencapai 1.500 kontainer per bulan,” ujar Welly.
Bagi GGP, jalinan kolaborasi kerja sama dengan Meratus sebagai jalan keluar di tengah berbagai kendala logistik. Ini dinilai sebagai solusi efektif yang diharapkan memberikan sinyal positif bagi kegiatan ekspor-impor ataupun pelayaran nasional.
Welly mengakui, kegiatan bisnis ekspor sebesar 95 persen melewati laut. Sayangnya, selama ini barang dan pembelinya sudah ada, tetapi pengangkutan terkendala. Kerja kolaborasi yang baik perlu terus diupayakan bersama oleh pemerintah, swasta (industri pelayaran), perbankan, serta industri pengolahannya. Diharapkan pula, selama masa pandemi tidak tercipta dikotomi antara swasta dan pemerintah, melainkan justru terbangun kolaborasi yang menghasilkan devisa negara.
CEO Meratus Line Farid Belbouad mengatakan, pihaknya mendukung penuh industri yang mau bekerja sama. Tiga bulan lalu memang dibahas impian Meratus untuk membuat sesuatu yang berkelanjutan bagi industri berskala ekspor di Sumatera. ”Meratus akan mendukung proses pengiriman untuk meningkatkan kegiatan ekspor,” ujar Farid.
Gubernur Lampung H Arinal Djunaidi mengatakan, kegiatan ekspor ini menandai kemampuan Lampung berkontribusi di bidang hortikultura. Perekonomian Lampung didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu pertanian, peternakan, dan perikanan.
”Kemampuan ekspor Provinsi Lampung jauh lebih besar dan sangat berpeluang untuk ditingkatkan. Apalagi, Lampung mempunyai perusahaan-perusahaan bertaraf internasional. Komoditas-komoditas yang memang dibutuhkan untuk orang luar negeri harus mampu dijawab oleh pengusaha Lampung,” tegas Arinal.
Ia berjanji akan terus mendorong pengembangan industri olahan, terutama untuk hilirisasi komoditas pertanian unggulan di Provinsi Lampung. Setiap masalah yang menghambat ekspor perlu segera dikoordinasikan guna menghindari hal-hal yang bisa dilakukan oleh mafia ekspor. Banyak hal kerap kali menjadi kendala kegiatan ekspor yang terjadi di Lampung.