Gerakan Nasional Dukung Produk UMKM Lokal Dimulai di Sulawesi
Pemerintah berjanji memfasilitasi segala yang dibutuhkan UMKM demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus pertumbuhan ekonomi semasa pandemi Covid-19.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pemerintah berjanji memfasilitasi segala yang dibutuhkan unit usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus pertumbuhan ekonomi semasa pandemi Covid-19. Ini dilakukan dengan memperlebar akses ke pasar digital sembari mengampanyekan konsumsi produk-produk UMKM lokal.
Komitmen ini diejawantahkan dalam kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Wisata Indonesia (Gernas BBI dan BWI) bagi Pulau Sulawesi. Peluncuran kampanye tersebut dilaksanakan terpusat di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (26/8/2021), dengan dihadiri Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga dan diikuti oleh gubernur di enam provinsi yang ada di Sulawesi secara virtual.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi juga hadir dalam gerakan yang dipelopori Kementerian Perdagangan itu. Dalam sambutannya, Lutfi menyebut digitalisasi UMKM sebagai fokus utama dari gerakan itu.
”Hingga Agustus 2021, lebih dari 15 juta unit UMKM atau 22 persen dari total UMKM di Indonesia sudah onboarding (bergabung) ke platform (lokapasar) elektronik. Dari jumlah itu, 7 juta di antaranya onboarding sejak Gernas BBI dimulai pada Mei 2020,” ujar Lutfi.
Perkembangan ini membuat Lutfi optimistis Indonesia bisa mencapai target 30 juta UMKM menembus pasar digital pada 2023. Apalagi, transaksi perdagangan daring meningkat drastis semasa pandemi. Selama paruh pertama 2021, transaksi jual beli melalui lokapasar tumbuh 63,4 persen menjadi Rp 186 triliun.
Lutfi pun yakin nilai transaksi bisa menyentuh Rp 395 triliun pada akhir 2021. ”Indonesia sangat berpotensi memainkan ekonomi digital dunia, juga di kawasan ASEAN (Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara). Nilai ekonomi digital Indonesia pada 2020 sudah mencapai Rp 632 triliun dan terus akan tumbuh hingga delapan kali lipat pada 2030,” katanya.
Seandainya tercapai, target dan prediksi tersebut akan bermuara pada percepatan pertumbuhan ekonomi nasional. Selama triwulan kedua 2021, Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 7,07 persen. Sektor perdagangan turut tumbuh positif sebesar 9,44 persen.
Untuk mencapai itu, kata Lutfi, pegiat UMKM harus dikembangkan melalui sinergi lintas kementerian dan lembaga lainnya, salah satunya dengan menyediakan infrastruktur telekomunikasi yang dapat diandalkan. Di samping itu, UMKM Indonesia harus berinovasi dan mendigitalkan diri.
Bank Negara Indonesia (BNI) adalah salah satu lembaga yang terlibat dalam upaya memajukan UMKM. Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati mencontohkan, pihaknya telah bekerja sama dengan Pemprov Sulut dan Bank Indonesia untuk memilih 111 produk UMKM yang berdaya saing global, seperti kerajinan kain, kopi, dan makanan olahan.
Para pegiat UMKM itu juga didampingi dengan beragam fasilitas, salah satunya kredit usaha rakyat. Di seluruh Sulawesi, BNI telah menyalurkan sekitar Rp 2 triliun bagi 6.808 unit UMKM. Para pengusaha kecil juga mendapatkan pelatihan melalui program-program BNI, seperti Xpora, untuk memberikan kemampuan digital sekaligus membukakan pintu ekspor.
UMKM adalah tulang punggung perekonomian nasional.
”Kami ingin terus mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia ini. UMKM harus bisa berdiri di atas kaki sendiri,” kata Adi.
Sementara itu, Luhut mengatakan, UMKM adalah tulang punggung perekonomian nasional. Ia menyatakan telah meminta salah satu penyedia jasa lokapasar, Shopee, untuk mengakomodasi lebih banyak produk dalam negeri, terutama dari UMKM.
Selain merambah pasar digital, kata Luhut, UMKM akan terus berkembang jika ditopang oleh pariwisata. Namun, hal ini menghadapi hambatan besar akibat Covid-19. Karena itu, Luhut menyatakan akan berupaya menyediakan informasi yang terintegrasi soal Covid-19 di tempat-tempat wisata melalui aplikasi Peduli Lindungi.
Luhut mengatakan, aplikasi ini harus dapat diakses, terutama di lima destinasi superprioritas. ”Jadi, pergerakan kita akan dapat dipantau terus, begitu pula data vaksinasi serta hasil tes PCR-nya (reaksi rantai polimerase). Ini adalah upaya kita bersama. BBI dan BWI ini tidak akan jadi apa-apa kalau kita tidak mengatasi Covid-19,” tuturnya.
Sementara itu, para pegiat UMKM dari berbagai daerah di Sulawesi meminta pemerintah untuk lebih memfasilitasi mereka. Abdul Rahim, pengusaha kopi arabika di Enrekang, Sulawesi Selatan, meminta agar pemerintah bisa menyediakan sarana pengolahan pascapanen. Sebab, kualitas kopi buatannya perlu dipertahankan jika ingin bertahan di pasar global.
Ramdan Mopangga, pengusaha kain karawo khas Gorontalo, meminta pemerintah lebih aktif mempromosikan produk serta mengajak pegiat UMKM mengikuti pameran. Adapun pengusaha klappertaar asal Manado, Elsye Christine, merasa bantuan pemerintah telah ia rasakan selama pandemi, baik dalam bentuk bantuan alat-alat maupun kredit usaha.