Menyuntik Usaha yang Lebih Kecil, Mengokohkan Ekosistem Bisnis
Inisiatif pendanaan atau investasi oleh perusahaan teknologi yang sudah mapan ke unit usaha berskala lebih kecil marak belakangan ini. Selain membantu permodalan, cara ini mengokohkan ekosistem sekaligus bisnis mereka.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Inisiatif perusahaan teknologi yang sudah mapan menyuntikkan investasi ke unit usaha berskala lebih kecil bukan semata-mata memudahkan akses pembiayaan. Upaya tersebut memberikan pendampingan usaha sekaligus memperkuat ekosistem bisnis.
Inisiatif itu, antara lain, dilakukan oleh Hijup, perusahaan perdagangan secara elektronik (e-dagang) di lokapasar produk mode, melalui Program Growth Fund. Kini total dana yang sudah dikumpulkan oleh perusahaan untuk Growth Fund mencapai Rp 100 miliar.
Program Growth Fund Hijup memiliki tiga skema. Skema pertama diperuntukkan bagi usaha rintisan (start up) atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bidang mode yang berminat menciptakan koleksi produk dan akan dikolaborasikan dengan Hijup. Skema ini akan mendapatkan pendanaan sampai Rp 5 miliar.
Skema kedua, modal kerja dengan tujuan meningkatkan kapasitas produksi. Hijup akan menyuntikkan investasi sampai Rp 2 miliar. Adapun skema ketiga berupa investasi korporat yang artinya Hijup akan menjadi salah satu pemegang saham dengan nominal pendanaan sampai Rp 20 miliar.
Menurut Pendiri dan CEO Hijup Diajeng Lestari, Rabu (25/8/2021), di Jakarta, program Growth Fund tidak bertujuan mengakuisisi perusahaan rintisan bidang teknologi (start up) ataupun perusahaan mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bidang mode. Program itu diharapkan memudahkan akses pendanaan dan memberikan pendampingan bisnis.
”Bagi pelaku usaha rintisan atau UMKM, akses pendanaan sangat krusial. Kesulitan akses pendanaan menyulitkan mereka berkembang dan berinovasi,” ujar Diajeng saat menghadiri perayaan ulang tahun ke-10 Hijup.
Bagi pelaku usaha yang berminat mengikuti program Growth Fund, mereka harus menjadi mitra dan menjual produknya di laman Hijup. Lalu, mereka harus melewati beberapa tahapan sebelum mendapatkan pendanaan, antara lain fase pengajuan, verifikasi, persetujuan pencairan, dan pengembalian dana.
Diajeng mengakui sudah ada perusahaan teknologi lain yang menjalankan inkubasi pendampingan bisnis sampai menyuntikkan investasi ke sesama start up ataupun UMKM. Hanya saja, dia optimistis, keunikan Growth Fund dari Hijup adalah sasarannya yang khusus ke pelaku industri mode.
Saat ini, melalui program Growth Fund, Hijup sudah menyetujui dan menandatangani kesepakatan pendanaan kepada dua pelaku bisnis dengan total pembiayaan senilai Rp 22 miliar.
Beberapa perusahaan penyedia layanan e-dagang juga memiliki program serupa meski bukan berupa suntikan modal. Perusahaan e-dagang JD.ID, misalnya, bekerja sama dengan ThisAble Foundation menggelar pelatihan pemasaran daring bagi pemilik UMKM yang berkebutuhan khusus/penyandang disabilitas di Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar.
Pelatihan dari program tanggung jawab korporasi (CSR) itu menyasar 30-35 pelaku usaha per kota. Tujuan akhirnya adalah menambah mitra penjual baru. Perusahaan induk JD.ID, yakni JD.com, terlibat dalam sejumlah putaran suntikan investasi ke usaha rintisan bidang teknologi, seperti platform e-dagang khusus elektronik bekas Aihuishou.
Perusahaan teknologi bervaluasi lebih dari 10 miliar dollar AS atau decacorn asal Indonesia, Gojek, juga terlibat dalam sejumlah putaran suntikan investasi, bahkan mengakuisisi beberapa start up, seperti Moka, Loket, dan Promogo. Upaya tersebut bertujuan untuk memperkuat ekosistem bisnis Gojek.
Di tingkat internasional, laporan riset CB Insights menunjukkan, pendanaan global untuk usaha baru dan start up saat ini naik lebih dari 157 persen dibandingkan tahun lalu. Pada Juli 2021, dalam konteks start up, ada lebih dari 700 start up bervaluasi lebih dari satu miliar dollar AS atau unicorn di seluruh dunia.
Saat bersamaan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno memandang, program suntikan investasi yang dimiliki perusahaan teknologi nasional sejalan dengan upaya pemerintah untuk membesarkan produk dalam negeri. Di sektor ekonomi kreatif, pemerintah mengupayakan akses pembiayaan semakin mudah. Selain perusahaan modal ventura, perbankan semestinya aktif memberikan pendanaan.
Dalam konteks UMKM barang ekonomi kreatif, kata Sandiaga, kementerian/lembaga sepakat mendorong agar ada 30 juta pelaku usaha yang on boarding atau terjun ke pemasaran digital pada tahun 2024. Harapannya, mereka memiliki pangsa pasar lebih luas, selain luring.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro, secara terpisah, berpendapat, Indonesia perlu membangun hub ekonomi kreatif di setiap daerah yang berfungsi mempermudah dukungan terhadap usaha kreatif. Bentuk dukungannya mulai dari pembinaan bisnis, pengembangan teknologi, sampai akses ke pendanaan.
”Secara makro, sektor ekonomi kreatif lekat dengan hak kekayaan intelektual. Pemilik bisnis di sektor itu seharusnya gencar memanfaatkan hak kekayaan intelektual untuk mendukung kesuksesan usaha,” katanya.