Perusahaan Teknologi Diperkirakan Tetap Prospektif
Sektor usaha teknologi tengah digandrungi dan diperkirakan tetap prospektif pada masa depan. Makin bergantungnya manusia pada teknologi membuka kesempatan dan peluang bisnis yang makin besar.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sektor usaha di bidang teknologi diperkirakan tetap menjanjikan pada tahun-tahun mendatang. Makin terhubung dan makin bergantungnya manusia dengan teknologi membuka peluang dan kesempatan bisnis yang besar bagi perusahaan berbasis teknologi untuk terus berkembang.
Hal itu mengemuka dalam webinar bertajuk ”Navigating the Opportunities in New Economy” yang diselenggarakan Bank DBS Indonesia, Jumat (20/8/2021). Komisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir hadir untuk memberikan sambutan dalam acara tersebut.
Turut hadir Direktur Shopee Indonesia Christin Djuarto, Senior Investment Strategist DBS Bank Joanne Goh, Consumer Bank Director PT Bank DBS Indonesia Rudy Tandjung, dan Head of Investment Product and Advisory PT Bank DBS Indonesia Djoko Soelistyo.
Mengutip data BEI, sejak awal tahun hingga 16 Agustus 2021, indeks IDX Techno yang berisi emiten sektor teknologi tumbuh 843,31 persen. Angka itu jauh di atas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya bertumbuh 1,82 persen. ”Dari data ini bisa kita lihat bahwa gairah pasar terhadap perusahaan sektor teknologi saat ini sedang sangat tinggi,” ujar Pandu.
Iklim ekonomi digital Indonesia, lanjut Pandu, semakin kondusif. Hal ini ditunjukkan dengan makin banyaknya perusahaan rintisan yang mencatat nilai valuasi di atas 1 miliar dollar AS atau unicorn.
Selain itu, kondusifnya ekonomi digital di Tanah Air ditunjukkan oleh makin banyak perusahaan dari sektor lain yang menjadikan teknologi sebagai tulang punggung usahanya. Penyedia layanan investasi Bibit, misalnya, masuk ke ekosistem digital untuk mendukung pemasaran jual beli reksa dana secara daring.
Selain itu, ada Rumah Sakit Siloam yang memberikan konseling dan layanan kesehatan secara daring atau telemedicine. ”Jadi, bisa kita lihat kegiatan sehari-hari ini makin lekat dengan teknologi,” ujar Pandu.
Djoko menjelaskan, perusahaan yang bertahan dan memenangi persaingan di era digital harus memiliki satu dari empat karakter, yakni IDEA yang merupakan akronim dari inovatif, disruptif, enabler, dan adaptif. ”Inovatif dan disruptif menciptakan produk baru, mampu menjalankan bisnisnya, dan adaptif dengan perubahan zaman,” ujar Djoko.
E-dagang
Menurut Rudy, perusahaan sektor teknologi diperkirakan terus menjadi tren arus utama ekonomi sampai 2030. Pandemi yang datang tanpa diduga mempercepat penggunaan teknologi pada kegiatan manusia sehingga tren ke depan bisnis sektor teknologi juga akan sangat berkembang. ”Sektor e-dagang akan menjadi motor penggerak ekonomi digital,” ujar Rudy.
Christin menjelaskan, di Shopee, pihaknya tidak hanya menjadi lokapasar yang mempertemukan penjual dan pembeli, tetapi juga mendorong efek domino dari ekonomi e-dagang seperti tenaga kurir. Pihaknya bekerja sama dengan perusahaan lain untuk membentuk jaringan logistik terintegrasi seperti Shopee Xpress, J&T, dan JNE.
Selain itu, pihaknya juga mendorong ekspor. Menurut Christin, Shopee mendukung pengusaha lokal untuk ekspor ke Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Saat ini ada lebih dari 5 juta penjual aktif di sepanjang triwulan pertama 2021. Adapun rata-rata pesanan harian mencapai 4,7 juta pada triwulan keempat 2020.