Merancang Pundi Kala Pandemi bagi Muda-Mudi
Dengan mencapai tujuan keuangan, seseorang bisa meraih kemerdekaan finansial, sejahtera, dan hidup lebih bahagia. Sedari muda perlu merancang keuangan secara teliti agar terhindar dari ketakutan-ketakutan finansial.
Tiap merogoh kocek, rasa dag-dig-dug menjalar dalam tubuh anak muda. Pertanyaan terkait daya tahan dompet dan rekening menghantui benak seiring pandemi Covid-19 yang belum tampak ujungnya. Merancang tujuan keuangan secara cermat bisa menjadi jawaban di tengah kecemasan risiko kantong kering yang membayangi.
Laporan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) berjudul ”Young people’s concerns during COVID-19: Results from Risks that Matter 2020” yang terbit pada Juli 2021 menunjukkan, sebanyak 36 persen anak muda yang berusia 18-29 tahun mengalami kesulitan finansial sejak mulainya pandemi Covid-19.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan responden dari kelompok usia 30-49 tahun dengan proporsi 33 persen serta kelompok 50-64 tahun (26 persen). Laporan tersebut berdasarkan survei terhadap sedikitnya 25.000 responden berusia 18-64 tahun di 25 negara anggota OECD.
Sekitar satu dari lima rumah tangga muda mengambil tabungan mereka atau menjual aset untuk membayar pengeluaran sehari-hari, seperti biaya sewa, pinjaman properti, serta tagihan listrik dan kartu kredit. Bahkan, sebanyak satu dari sepuluh rumah tangga muda meminta uang dari keluarga atau teman untuk membayar pengeluaran mereka.
Sebanyak 63 persen responden kaum muda menyatakan kekhawatirannya terhadap ketahanan keuangannya (financial security). Dalam jangka pendek dan menengah, mereka mengkhawatirkan pembayaran tagihannya sekaligus kestabilan pekerjaannya. Secara jangka panjang, mereka mengkhawatirkan risiko yang timbul dari pandemi dan krisis ekonomi yang tengah berlangsung.
Rincian hasil survey menunjukkan, sebanyak 53 persen kaum muda khawatir tidak dapat menemukan atau mempertahankan hunian yang layak dalam satu atau dua tahun ke depan, sedangkan 61 persen khawatir tidak dapat menemukan atau mempertahankan hunian yang layak setelah 10 tahun ke depan. Sebanyak 70 persen anak muda khawatir tidak aman secara finansial saat hari tua.
Di tengah kekhawatiran keuangan yang melanda anak muda akibat pandemi Covid-19, menyusun rencana dan tujuan finansial atau lebih populer dengan sebutan financial goals menjadi penting. ”Pada prinsipnya, setiap orang penting punya financial goals di dalam situasi apa pun. Namun, sekarang menjadi lebih penting karena kita tidak akan tahu sampai kapan kita bisa bekerja ataupun kestabilan penghasilan kita. Dampaknya, kita mesti lebih berjaga-jaga dan berhati-hati (dalam mengelola keuangan),” kata Co-founder Ternak Uang Felicia Putri Tjiasaka saat dihubungi, Rabu (18/8/2021).
Sementara itu, perencana keuangan sekaligus CEO ZAP Finance Prita Hapsari Ghozie mengatakan, tujuan keuangan mampu membuat seseorang memiliki aset lebih banyak dibandingkan yang tidak memilikinya karena meningkatkan komitmen dalam berinvestasi. Tujuan keuangan memberikan arah dalam mengelola finansial. ”Dengan mencapai tujuan keuangan, seseorang bisa meraih kemerdekaan finansial, sejahtera, dan hidup lebih bahagia,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (18/8/2021).
Founder Gatherich Ken Handersen berpendapat, mahasiswa dan pekerja mula penting memiliki tujuan keuangan agar dana yang dikelola dapat berkembang sekaligus tidak menghabiskan uang jajan atau penghasilan secara percuma. Dari menganalisis pola perkembangan itu, mahasiswa dan pekerja mula dapat mencari strategi yang efektif untuk mencapai tujuan keuangan.
Saat kuliah
Menyandang status mahasiswa tak jadi halangan dalam merancang tujuan keuangan sejak kuliah. Prita memaparkan, aspek sumber pemasukan mahasiswa penting untuk dipertimbangkan dalam menyusun tujuan keuangan, baik dari orangtua maupun upaya sendiri. Setelah itu, mahasiswa perlu menentukan prioritas tujuan keuangan yang ingin diraih beserta perhitungan kebutuhan dananya dan lini waktu pencapaiannya. Misalnya, memenuhi dana darurat dalam jangka pendek, menabung untuk liburan dalam jangka menengah, atau mempersiapkan biaya pernikahan dalam jangka panjang.
Sesudah merancang tujuan keuangan, lanjutnya, mahasiswa menyusun anggaran keuangan. Dia mencontohkan, mahasiswa dapat menggunakan alokasi pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari 70 persen, tabungan 20 persen, serta bermain 10 persen. Mahasiswa juga harus disiplin mencatat pemasukan dan pengeluaran supaya bisa menganalisis dan menyeleksi kebutuhan yang penting sehingga bias mengefisiensikan penggunaan uang. Dalam praktiknya, belajar hemat dalam mengeluarkan uang sesuai anggaran menjadi kunci.
Sembari kuliah, Prita berpendapat, mahasiswa dapat berlatih untuk menabung dan investasi dengan memperhatikan profil keuangan masing-masing. Contohnya, menyisihkan pemasukan sebanyak 5 persen per bulan untuk dana darurat di tabungan terpisah, sebanyak 5 persen di reksa dana pasar uang untuk liburan dalam jangka menengah, dan sebanyak 10 persen di instrumen uang untuk menikah dalam jangka panjang.
Langkah sederhana yang dapat diambil mahasiswa dalam mendesain keuangannya, menurut Ken, ialah mengelola dan menabung uang saku pribadi. Mahasiswa dapat memilih tujuan keuangan seperti, menabung dalam waktu 1-2 tahun untuk membeli peralatan yang menopang studi, misalnya ponsel atau laptop.
Dalam jangka menengah, mahasiswa bisa mencantumkan kebutuhan dana wisuda, persiapan melamar kerja, hingga berkarier di luar kota sebagai tujuan keuangan. Untuk mencapainya, dia menyebutkan, mahasiswa bisa belajar berinvestasi, mulai di deposito atau reksa dana pasar uang.
Di jangka panjang, dia menggarisbawahi, mahasiswa mesti mengoptimalkan keunggulan tenaga dan waktu yang dimiliki. ”Mahasiswa bisa mengonversi tabungan atau hasil kerja paruh waktunya untuk investasi pengembangan diri, ilmu pengetahuan, dan keterampilan. Investasi ilmu ini tak ternilai, karena tidak bisa dicuri sama orang lain. Bahkan, investasi ini bisa membuat kita lebih siap dibandingkan orang lain saat memasuki dunia kerja,” tuturnya.
Dari perspektif lainnya, Felicia menilai, mahasiswa cenderung belum dapat merumuskan tujuan keuangannya secara spesifik. ”Hal ini wajar. Mahasiswa dapat menjadikan target memiliki aset senilai Rp 100 juta pertama sebagai tujuan keuangannya. Lebih penting lagi, mahasiswa membangun kebiasaan menabung sedini mungkin,” katanya.
Pekerja mula
Ketika pekerja muda yang baru memulai karier merancang tujuan keuangannya, Prita menyarankan mereka meninjau aspek sumber pemasukan, seperti penghasilan dari pekerjaan utama, tambahan pekerjaan, atau investasi. Setelah itu, pekerja mula dapat menentukan maksimal tiga tujuan keuangan untuk dicapai secara bersamaan, misalnya dana liburan untuk jangka pendek, menikah untuk jangka menengah, dan beli rumah untuk jangka panjang. Selanjutnya, pekerja mula harus meriset dan menghitung kebutuhan dana tiap tujuan yang ingin dicapai serta menentukan jumlah uang yang perlu diinvestasikan setiap bulan.
Dalam menyusun anggaran, pekerja mula dapat mengalokasikan sumber pemasukan sebanyak 75 persen untuk kebutuhan hidup utama dan cicilan serta tabungan dan investasi 25 persen. Pengeluaran sebaiknya dipisah menjadi tiga macam, yakni kewajiban, kebutuhan, dan keinginan.
Pekerja mula juga dapat memilih produk investasi sesuai dengan profil risiko masing-masing dalam rangka mencapai tujuan keuangannya. Contohnya, menyisihkan penghasilan sebanyak 5 persen tiap bulan untuk investasi emas demi dana pernikahan dalam jangka menengah dan sebanyak 10 persen per bulan untuk investasi reksa dana campuran demi membeli rumah.
Prita menggarisbawahi, pekerja mula perlu mencatat setiap uang yang masuk dan keluar agar dapat menganalisis pengelolaan dananya. Catatan ini juga penting bagi pekerja mula untuk memantau dan mengevaluasi arus keuangannya.
Di tengah pandemi Covid-19, Felicia mengatakan, pekerja mula mesti memiliki dana darurat karena masih adanya ketidakpastian ketenagakerjaan. Selain memiliki dana darurat, tujuan keuangan lainnya mesti dirancang serinci mungkin. Contohnya, ketika berencana membeli rumah, pekerja mula mesti memperincinya ke target waktu pembelian, jumlah uang muka, lokasi dan harga hunian, hingga jumlah tabungan yang perlu dialokasikan tiap bulannya.
Tak hanya investasi keuangan, dia mengatakan, pekerja mula perlu berinvestasi pada sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan sesuai dengan profesi masing-masing. Misalnya, membeli laptop atau kamera.
Ken menggarisbawahi, pekerja mula sebaiknya menyiapkan dana darurat senilai 6 kali jumlah pengeluaran bulanan. Investasi ke diri sendiri juga penting bagi pekerja mula, seperti mengambil kursus dalam jaringan, membeli buku, atau mengikuti komunitas keuangan untuk mencari referensi strategi mencapai tujuan finansial.
Terkait investasi, dia berpendapat, pekerja mula mesti mulai dari jumlah yang kecil, praktik secara pelan-pelan, dan konsisten. ”Instrumen investasi ibarat kendaraan. Kita mesti mengetahui mana pedal gas, rem, dan cara memindahkan giginya supaya bisa menjaga diri dari risiko yang ada. Percuma kalau kendaraannya bagus tetapi kita tidak tahu cara menggunakannya,” katanya.
Impitan pandemi mendesak kaum muda-mudi untuk memicingkan mata pada rincian aliran uang yang masuk dan keluar kantong. Rancangan pundi-pundi yang cermat dapat menjadi pijakan anak muda dapat menyikapi ketidakpastian keuangan.
Penjelasan lebih detil dari tiga narasumber di atas dapat disimak dalam acara Kompasfest pada Jumat (20/8/2021).