Bukan Era ”Superman” yang Serba Bisa, Kini Eranya Kolaborasi
Kolaborasi antara pelaku usaha mikro kecil produsen jenama lokal dengan pekerja kreatif menghasilkan produk yang lebih berkualitas dan menarik dalam kemasan serta pemasarannya. Kini bukan eranya jalan sendiri-sendiri.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
Pesatnya perkembangan teknologi informasi memberi peluang dan akses jauh lebih besar kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah untuk mengembangkan jenama dan produknya. Setiap pengusaha akhinya menjangkau pasarnya sendiri-sendiri. Namun, ketimbang bersaing dengan sesama pengusaha, mereka lebih baik berkolaborasi.
Dengan semangat itu PT Bank Central Asia Tbk atau BCA bekerja sama dengan komunitas kreatif Kreavi dan entitas lokapasar untuk UMKM dan produk jenama lokal Grebe menjalankan program ”BCA Bangga Lokal Kolaberaksi”.
Dalam kegiatan ini, baik BCA, Kreavi, maupun Grebe, mempertemukan pelaku UMKM produsen jenama lokal dengan kreator kreatif bidang ilustrasi, pengemasan, dan lain-lain. Kolaborasi ini dalam rangka meningkatkan kualitas, pengemasan, dan pemasaran agar produk lokal bisa bersaing di pasar global.
Pada Rabu (18/8/2021), sebanyak 11 jenama lokal yang berkolaborasi dengan 5 kreator kreatif dipamerkan secara virtual. Sebelas jenama lokal itu adalah Paperie Lab, Specialitea, HIA Everywear, Kavia Soapery, SINAU, Engineer Workwear, Nucalale, Dua Coffee, HAM! Jeansku, Maximall, dan Galada.
Produk-produk itu beragam, mulai dari sandang, seperti kaus, jaket, kaus kaki, dan sandal, sampai makanan-minuman, seperti cumi, teh, dan kopi, bahkan produk kebutuhan seperti sabun mandi.
Sementara lima Kreator Kreatif yang turut serta berpartisipasi, di antaranya, Nibras (@astro.ruby), Erin Dwia (@erindwia), Maika Collective (@maikacollective), Popomangun (@popomangun.png), dan Jamal (@lapantigatiga). Mereka adalah pegiat ilustrasi seni, konsultan kreatif, dan pengemasan.
Hasil kolaborasinya, luar biasa! Coba lihat produk Cumi Luat, produksi Gelada. Berkolaborasi dengan konsultan kreatif dan butik, Maika Collective, makanan khas dari Nusa Tenggara Timur (NTT) itu dipasarkan dengan kemasan yang didesain dengan gambar corak warna kain khas NTT.
Coba tengok pula hasil kolaborasi lain, seperti di produk jenama Specialitea. Mereka menawarkan pengalaman minum teh yang berbeda, yakni dengan saringan tehnya sendiri. Berkolaborasi dengan Astroruby, seorang illustrator kreatif asal Yogyakarta, kemasan Specialitea dibuat menarik serta terkesan modern dan estetik.
Pentingnya kolaborasi
Dalam kesempatan itu hadir kreator konten media sosial Edho Zell dan pengusaha kreatif Monica Amadea. Keduanya memberikan ulasan terhadap produk-produk itu. Baik Edo maupun Monica menyambut baik inisiatif kolaborasi pelaku UMKM dengan kreator kreatif.
”Sekarang bukan zamannya ’Superman’ di mana pengusaha harus bisa melakukan semuanya sendiri. Sekarang zamannya ’Avengers’ yang punya kemampuannya masing-masing dan berkolaborasi,” ujar Edho.
Edho mengandaikan tokoh super Superman yang bisa menyelesaikan masalah dan musuhnya sendirian karena kekuatan supernya. Sedangkan Avengers adalah kelompok tokoh super yang terdiri dari beberapa tokoh jagoan yang harus bekerja sama untuk berhasil mencapai tujuan. Gaya bekerja serba sendiri ala Superman, lanjut Edho, sudah tidak relevan lagi hari ini.
”Kita lihat di ’Avengers’ itu tokoh-tokohnya punya kemampuan sendiri-sendiri, jadi mereka bekerja sama untuk menang. Begitu pula di dunia produk lokal ini. Masing-masing punya keunggulan dan jangkauan pasarnya sendiri. Bergabung akan menguntungkan semuanya,” ujar Edho.
Senada dengan Edho, Monica menjelaskan, saat ini sudah bukan lagi eranya kompetisi, tetapi kolaborasi. “Kolaborasi antara brand (jenama) dengan brand, brand dengan ilustrator, atau brand dengan influencer. Di era digital ini kita harus makin kreatif memperluas jaringan. Maka lebih baik berkolaborasi ketimbang berkompetisi,” ujar Monica.
Chief Operating Office Kreavi Efendy Saujana mengatakan, saat pandemi seperti ini, UMKM tidak bisa berdiri sendiri. Mereka harus berkolaborasi dengan banyak pihak untuk bertahan dan bahkan mengembangkan produknya. “Kita lihat sebetulnya produk lokal ini tidak kalah dengan produk global,” ujar Efendy.
Hal senada juga dikemukakan Co-Founder Grebe, Muhammad Triangga. Menurut dia, produk-produk lokal perlu dukungan dan perhatian agar bisa naik kelas dan produsennya bisa terus mengembangkan kapasitasnya.
Sadar akan pentingnya kolaborasi dan pembinaan UMKM itulah yang mendorong BCA menggelar program tersebut. Selain berperan membina dan mengembangkan UMKM, BCA juga menyediakan fasilitas transaksi pembayaran produk-produk itu. Selain itu, BCA memberikan pembiayaan ke pelaku UMKM.
“Kolaborasi ini bentuk dukungan kami kepada UMKM untuk bisa meningkatkan kualitas dan kapasitasnya baik dari sisi produknya dan pemasarannya. Masalah klasik mereka antara lain kesulitan pemasaran, branding-nya kurang menarik. Maka kami kolaborasi untuk meningkatkan mereka,” ujar EVP Transaction Banking Business Development BCA I Ketut Alam Wangsawijaya
BCA telah mengembangkan program BCA Bangga Lokal di November 2020. Hingga kini program tersebut telah menaungi lebih dari 500 jenama lokal yang melingkupi kategori UMKM dari bidang kesehatan dan kecantikan, mode, makanan minuman, hingga hobi dan aktivitas. BCA juga bekerja sama dengan lokapasar dan layanan daring, seperti Blibli, Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, dan Grab yang menawarkan berbagai produk lokal dengan diskon.