Pembangunan Stasiun Bumi untuk Satelit Satria I Terkendala Pembebasan Lahan
Sejalan dengan proses pembuatan satelit multifungsi Satria I, konsorsium pemerintah dan badan usaha menyiapkan pembangunan stasiun bumi di 11 kabupaten/kota. Namun, ada kendala menghadang, terutama soal pengadaan lahan.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejalan dengan proses pembuatan satelit multifungsi Satelit Republik Indonesia atau Satria I, konsorsium proyek membangun stasiun bumi di 11 kabupaten/kota di Indonesia. Namun, ada kendala dalam proses pembangunannya. Hingga kini belum semua dari 11 lokasi pembangunan selesai proses pembebasan dan pengadaan lahannya.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate dalam sambutan secara daring pada peletakan batu pertama Stasiun Bumi Satria I di Cikarang, Bekasi, Rabu (18/8/2021), mengatakan hal tersebut. Bekasi menjadi kabupaten/kota pertama yang pembebasan dan pengadaan lahannya tuntas sehingga sudah bisa mulai pembangunan stasiun bumi.
”Lokasi lain adalah Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura. Sisanya itu masih dalam proses pengadaan lahan. Kami berharap tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintah daerah di kabupaten/kota tersebut membantu agar bank tanah tersedia, baik sesuai dengan koordinat stasiun bumi maupun landasan hukum,” ujarnya.
Stasiun bumi di Cikarang akan berfungsi sebagai pengendali, menjalankan fungsi transmisi sinyal dari dan ke satelit, dan server komunikasi satelit ke bumi.
Menurut Johnny, dengan kondisi geografis Indonesia, pembangunan infrastruktur telekomunikasi memakai kabel fiber optik tidak mungkin bisa dilakukan seutuhnya. Oleh karena itu, satelit telekomunikasi dibutuhkan meski hal itu bukan berarti pembangunan infrastruktur kabel fiber optik berhenti. Penggelaran jaringan telekomunikasi melalui kabel fiber optik harus tetap dijalankan agar kesenjangan akses mengecil.
Satelit multifungsi Satria I memiliki kapasitas 150 gigabyte (GB). Kapasitas ini diharapkan bisa menjangkau kebutuhan akses layanan telekomunikasi bagi 150.000 titik layanan publik, seperti sekolah, pesantren, kantor desa, dan pusat kesehatan masyarakat.
”Satelit multifungsi Satria I diharapkan bisa beroperasi secara komersial pada 17 November 2023. Pembangunan 11 stasiun buminya pun diharapkan juga ikut selesai Maret 2023. Total keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk satelit ataupun stasiun bumi sebesar 540 juta dollar AS,” ujar Johnny.
Presiden Direktur PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Adi Rahman Adiwoso mengutarakan, proses pembuatan satelit Satria I saat ini mencapai 33 persen. Pembuatan perangkat antena yang dibutuhkan untuk stasiun bumi sedang berlangsung dan ditargetkan selesai akhir 2021.
”Antena tersebut dikerjakan oleh Xi’an China. Akhir tahun 2021, antena-antena itu diharapkan tiba di Tanah Air,” katanya.
Adi membenarkan, pengadaan dan pembebasan tanah untuk 10 lokasi stasiun bumi sedang dilakukan. Dalam proses ini, PSN yang ikut dalam konsorsium pembuatan Satria I ikut menyosialisasikan kepada masyarakat di sekitar lokasi bakal stasiun bumi.
Menurut dia, salah satu lokasi menantang ada di Pontianak, Kalimantan Barat. Sebab, lahan yang pernah disurvei berupa lahan gambut dan perlu mencari lahan lain yang mendukung pembangunan stasiun bumi. ”Stasiun bumi di Cikarang akan menjadi stasiun utama,” ujar Adi.
Proyek satelit multifungsi Satria I dikerjakan memakai skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU). Kemenkominfo bertindak selaku penanggung jawab proyek kerja sama melalui badan layanan umum Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi. Satria I dibuat di pabrik Thales Alenia Space yang bermarkas di Perancis, sedangkan peluncuran akan dilakukan menggunakan roket Falcon 9-5500 yang diproduksi oleh Space X Amerika Serikat. Konsorsium PSN membentuk Satelit Nusantara Tiga (SNT) sebagai badan usaha penyelenggara proyek KPBU satelit multifungsi Satria I.
Tumbuh
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, sektor industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK) konsisten tumbuh selama pandemi Covid-19 meski pada triwulan II-2021 hanya tumbuh 6,8 persen. Padahal, sektor TIK biasanya tumbuh dengandigit ganda.
”Kami tetap optimistis sektor industri TIK bisa terus tumbuh. Sebab, TIK telah menjadi fondasi layanan sehari-hari. Di tengah pandemi, TIK menjadi landasan atas setiap aktivitas mulai dari pembelajaran sampai bekerja,” katanya.
Suswijono menyampaikan, pemerintah terus menjalankan pembangunan infrastruktur, termasuk jaringan TIK, sesuai dengan agenda Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Keberadaan satelit multifungsi Satria I untuk melengkapi kebutuhan akses layanan telekomunikasi, khususnya di daerah pelosok yang sukar dijangkau dengan pembangunan kabel fiber optik.
”Kami berharap pemerintah daerah ikut membantu menyelesaikan permasalahan teknis yang menghambat pembangunan infrastruktur TIK,” katanya.