Semangat untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan di berbagai bidang disuarakan di tengah kondisi bangsa dan dunia saat ini yang masih dihadapkan pada situasi pandemi Covid-19.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemaknaan dan harapan disampaikan berbagai kalangan terkait peringatan HUT Ke-76 Republik Indonesia. Semangat untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan di berbagai bidang disuarakan di tengah kondisi bangsa dan dunia saat ini yang masih dihadapkan pada situasi pandemi Covid-19.
Hari Kemerdekaan Ke-76 Republik Indonesia di era pandemi Covid-19 saat ini harus dimaknai dengan perjuangan untuk berdisiplin dan berupaya dengan sungguh-sungguh dalam rangka mencapai pemulihan kesehatan masyarakat secara total di seluruh wilayah Nusantara.
”Dengan pulihnya kesehatan masyarakat, kita melanjutkan perjuangan dengan bekerja keras dan cepat dalam menuju kebangkitan perekonomian bangsa,” kata Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) yang juga Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Agraria, Tata Ruang, dan Kawasan Sanny Iskandar ketika dimintai pandangan, Selasa (17/8/2021).
Dengan pulihnya kesehatan masyarakat, kita melanjutkan perjuangan dengan bekerja keras dan cepat dalam menuju kebangkitan perekonomian bangsa.
Menurut Sanny, beberapa langkah penting dalam hal ini adalah meningkatkan kewirausahaan dan sumber daya manusia untuk pemberdayaan ekonomi daerah. Selain itu juga meningkatkan ketahananan pangan, meningkatkan investasi, dan pembangunan industri nasional yang berkelanjutan. Upaya lain adalah meningkatkan kerja sama ekonomi internasional dan kinerja ekspor serta memperkuat industri kesehatan nasional.
Proklamasi Kemerdekaan RI pada 76 tahun lalu merangkum aspirasi dan kehendak rakyat Indonesia untuk menjadi bangsa yang berdaulat, mandiri, maju, dan berkeadilan sosial.
”Dalam konteks pembangunan industri manufaktur, mandiri berarti keberlangsungan industri manufaktur dalam negeri tidak boleh tergantung pada sumber daya luar negeri,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melalui keterangan tertulis terkait refleksi HUT Ke-76 Republik Indonesia, Selasa.
Agus Gumiwang lebih lanjut menuturkan, berdaulat dapat dimaknai bahwa produk-produk industri manufaktur dalam negeri mesti menjadi tuan di negeri sendiri serta dipakai oleh dan menjadi kebanggaan anak bangsa. Maju artinya industri manufaktur dalam negeri memiliki daya saing global dan menguasai pasar internasional.
Sementara itu, berkeadilan dan inklusif memiliki makna bahwa pembangunan industri manufaktur harus merata di seluruh wilayah atau daerah dan memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat hingga lapisan terbawah.
Kepala Sekolah Ekspor Handito Joewono menuturkan bahwa kemerdekaan adalah hak setiap negara dan warga negaranya. Hal ini termasuk kemerdekaan melakukan ekspor. Terbukanya pasar global sebagai hasil kesepakatan kerja sama Indonesia dengan banyak negara memberikan kesempatan dan kemerdekaan bagi Indonesia dan rakyatnya untuk memasuki pasar dunia.
Kemerdekaan juga bermakna melepaskan diri dari belenggu ketertindasan. ”Saat ini banyak pelaku usaha sedang terbelenggu dan menderita karena pandemi Covid-19. Merdeka ekspor menjadi pembuka dan memerdekakan pelaku usaha untuk meraih masa depan baru. Dirgahayu NKRI. Dirgahayu kemerdekaan ekspor,” kata Handito.
Sebelumnya, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia Syahnan Phalipi menuturkan bahwa digitalisasi dan go ekspor UMKM harus menjadi poros utama menuju Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh. Indonesia mesti maju, sejahtera, adil, makmur, bersatu dalam kebinekaan, bermartabat, dan berdaya saing.
Harapan lainnya, menurut Syahnan, adalah Indonesia yang dipenuhi rasa aman, tenteram, berbudaya, bersinergi, berkolaborasi, berkarakter saling tolong-menolong, bergotong royong, dan bermanfaat untuk sesama bangsa. Semua hal tersebut dibutuhkan Indonesia dalam menuju tatanan dunia baru yang lebih baik.
Menyapa rakyat
Seusai Upacara Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka, Presiden Joko Widodo menyempatkan diri menyapa masyarakat Poso, Sulawesi Tengah; dan Merauke, Papua, melalui konferensi video. Kepala Negara pun menuturkan akan mengunjungi Merauke saat penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menuturkan bahwa perhatian terhadap agenda-agenda besar menuju Indonesia Maju tidak berkurang sedikit pun walaupun pemerintah sangat berkonsentrasi dalam menangani permasalahan kesehatan. Pengembangan sumber daya manusia berkualitas tetap menjadi prioritas.
”Penyelesaian pembangunan infrastruktur yang memurahkan logistik untuk membangun dari pinggiran dan mempersatukan Indonesia terus diupayakan,” kata Presiden Joko Widodo saat menyampaikan pidato pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR) RI, Sidang Bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI-Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara MPR, DPR, DPD, Senayan, Jakarta, Senin (16/8).
Menanggapi pidato kenegaraan tersebut, Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi, Selasa (17/8), menuturkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu pilar penting peningkatan efisiensi logistik nasional. Hal ini karena salah satu pemicu biaya logistik yang tinggi adalah masalah penyebaran infrastruktur yang tidak merata antarwilayah. ”Membangun dari pinggiran penting untuk meningkatkan keseimbangan pertumbuhan ekonomi antarwilayah,” katanya.
Membangun dari pinggiran penting untuk meningkatkan keseimbangan pertumbuhan ekonomi antarwilayah.
SCI mencatat, pada 2020 distribusi produk domestik bruto (PDB) masih didominasi wilayah Jawa, yakni 58,75 persen, dan Sumatera sebesar 21,36 persen. Empat wilayah lainnya masih harus ditingkatkan kontribusinya, yaitu Kalimantan dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 7,94 persen, Sulawesi 6,66 persen, Bali-Nusa Tenggara 2,94 persen, dan Papua 2,35 persen.
Menurut Setijadi, peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar atau 3T memerlukan perubahan paradigma dari ship follow the trade (pelayaran mengikuti aktivitas perdagangan) menjadi ship promote the trade (pelayaran mendorong perdagangan). ”Jika mengikuti paradigma lama, infrastruktur dikembangkan mengikuti pertumbuhan industri dan perdagangan,” ujarnya.
Apabila mengikuti paradigma baru, lanjut Setijadi, infrastruktur dibangun untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi di wilayah baru. Terkait hal tersebut, walaupun saat ini belum dibutuhkan sepenuhnya, infrastruktur di daerah 3T harus segera direncanakan dan dibangun berdasarkan analisis potensi wilayah.