Mengerahkan Segenap Kreasi agar Bisnis Bertahan
Sejumlah pelaku ekonomi kreatif memilih untuk tidak menyerah dengan situasi pandemi Covid-19. Mereka mengerahkan kreativitas untuk berinovasi agar tetap bisa mempertahankan bisnis.
Situasi pandemi Covid-19 yang seolah tidak berkesudahan bisa menyebabkan siapa pun ingin lekas menyerah. Tak terkecuali, pelaku ekonomi kreatif. Namun, tidak sedikit pula di antara pelaku ekonomi kreatif ini yang memilih mengerahkan segenap kreativitas, berinovasi, atau menjajal pendekatan bisnis berbeda agar tetap bertahan.
Sebelum pandemi Covid-19, Medina Catering yang berdiri sejak 2010 biasa melayani katering pernikahan setiap akhir pekan di Jabodetabek. Untuk satu kali acara pernikahan, Medina Catering biasanya menyediakan sajian makanan-minuman untuk 1.000-5.000 tamu. Pada hari-hari biasa, Medina Catering melayani permintaan dari acara korporasi.
Setelah pandemi Covid-19 diumumkan Maret 2020, permintaan pesanan katering pernikahan ataupun acara korporasi seketika turun drastis. Kalaupun ada permintaan, jumlah order anjlok lebih dari 50 persen. Acara pernikahan di era normal baru pandemi Covid-19 hanya mengundang sedikit tamu, berkisar 30-50 orang, karena mempertimbangkan pembatasan sosial.
Erick Bintang, Direktur Medina Catering, segera memutar otak agar bisnisnya tidak tumbang sehingga koki dan karyawan bisa tetap bekerja. Cara yang dia lakukan adalah terjun ke bisnis bumbu masakan, sambal, dan lauk siap santap. Pemasaran diputuskan langsung melalui platform daring, yakni lokapasar dan media sosial, agar lebih relevan dengan kondisi konsumen saat pembatasan sosial masih berlangsung.
Cara yang dia lakukan adalah terjun ke bisnis bumbu masakan, sambal, dan lauk siap santap. Pemasaran diputuskan langsung melalui platform daring, yakni lokapasar dan media sosial, agar lebih relevan dengan kondisi konsumen
Segmen pasar Medina Catering adalah usia muda 25-35 tahun, keluarga baru, ibu rumah tangga muda, ataupun pasangan akan menikah. Di tengah pandemi Covid-19, mereka tetap sibuk bekerja dari rumah sehingga butuh kepraktisan saat memasak makanan sendiri.
”Bumbu masakan yang kami buat itu mulanya bumbu nasi goreng cumi hitam dan itu langsung laris diburu. Kami memang membuat bumbu-bumbu masakan yang cenderung dianggap susah dibuat oleh segmen pasar kami. Saat ini, sudah ada tujuh varian bumbu masakan,” kata Erick saat dihubungi, Kamis (12/8/2021), di Jakarta.
Bumbu masakan, sambal, dan lauk siap santap Medina Catering dikemas dalam stoples kaca. Menurut Erick, dirinya juga berupaya selalu memakai bahan segar, tanpa penyedap, dan tidak ada pengawet. Saat ini, ribuan stoples setiap bulan berhasil dijual. Berkat jualan produk ini, Medina Catering bisa bertahan tanpa banyak merumahkan karyawan.
”Ke depan, kami ingin membuat lebih banyak varian bumbu masakan. Lalu, kami menciptakan menu rantangan berbahan bambu sebagai kemasan masakan khusus acara pernikahan era normal baru pandemi Covid-19,” ucapnya.
Masih di bidang usaha makanan, PT Seilera Berkah Nusantara (Seilera) yang berdiri sejak 2019, selama pandemi Covid-19, Seilera berinovasi membuat produk makanan beku. Sei daging sapi yang biasa dinikmati tamu di tiga restoran Seilera itu kini ditawarkan dalam kondisi beku, bisa disimpan di kulkas, dan dapat dimasak sesuai keinginan pembeli.
Makanan beku ini dapat dibeli melalui lokapasar dan aplikasi pesan antar makanan yang dipunyai perusahaan ride hailing. Untuk makanan beku yang dijual ke konsumen perorangan, Andina Rosnandi, Co-Founder Seilera, menyebutkan rata-rata jumlah penjualan saat ini berkisar 2.000-3.000 paket per bulan.
”Kami sekarang juga melayani penjualan makanan beku ke restoran yang menjadikan sei sapi sebagai menu musiman. Ada satu restoran, pelanggan kami, punya sekitar 100 gerai di seluruh Indonesia. Kami juga berencana meluncurkan program reseller,” ujar Andina
Seilera juga bergabung ke dua pengelola dapur bersama (cloud kitchen). Salah satu cloud kitchen dimiliki oleh GoFood di Jakarta Barat. Meski secara penjualan tidak sebesar di tiga restoran milik Seilera, keberadaan cloud kitchen membantu Seilera untuk meningkatkan kesadaran ataupun pencitraan merek Seilera ke konsumen.
Jenama kuliner ini juga berinovasi menawarkan layanan makan di kendaraan. Jadi, konsumen yang membawa kendaraan tinggal memarkirkan kendaraan pribadinya di parkiran Restoran Seilera. Pihak restoran akan membawakan perangkat pemesanan sampai pembayaran secara digital. Lalu, saat menu selesai dimasak, pihak restoran akan datang ke konsumen, membawakan menu disertai meja lipat.
”Tantangan kami sekarang adalah material daging sapi yang sempat mengalami kenaikan harga dua kali lipat. Mungkin itu disebabkan aktivitas peternakan mengalami perubahan karena pandemi Covid-19 sehingga memengaruhi suplai,” kata Andina.
Baca juga : Pemasaran Digital Membuat UMKM Bertahan di Masa Pandemi
Relevan
Lain lagi cerita PT Klik Otomotif Satria Indonesia. Sejak awal berdiri tujuh tahun lalu, usaha kecil menengah yang didirikan Aldo Permana Putra di Bekasi ini bergerak sebagai distributor aksesori mobil, baik dari pabrikan dalam maupun luar negeri. Dia memakai lokapasar sebagai saluran penjualan selain luring.
Pada pertengahan Agustus 2019, Aldo mengamati gaya hidup bersepeda mulai marak. Dari sanalah dia mencoba melakukan riset pabrikan aksesori sepeda dalam dan luar negeri, lalu mulai menjual dalam jumlah besar pada November-Desember 2019.
”Ketika pandemi Covid-19 berlangsung diikuti sejumlah kebijakan pembatasan sosial, seperti pelarangan mudik, penjualan aksesori mobil langsung anjlok. Sebelum pandemi, kami bisa menjual 10 ton karpet mobil dalam kurun waktu tiga bulan, kini susah sekali,” ujarnya.
Keputusan berbelok ke bisnis distributor aksesori sepeda justru akhirnya membantu Aldo bertahan selama pandemi Covid-19. Ini didukung oleh perilaku masyarakat yang aktif bersepeda demi hidup sehat selama pandemi.
Keputusan berbelok ke bisnis distributor aksesori sepeda justru akhirnya membantu Aldo bertahan selama pandemi Covid-19. Ini didukung oleh perilaku masyarakat yang aktif bersepeda demi hidup sehat selama pandemi. Dia menceritakan pernah membeli satu kontainer aksesori sepeda untuk stok lima bulan. Akan tetapi, tidak sampai lima bulan, stok tersebut sudah habis terjual.
”Karena berjualan di lokapasar, kami bisa melayani pembeli dari seluruh Indonesia,” kata Aldo.
Nilai tambah
Inovasi untuk bertahan juga dilakukan jenama mode Sare Studio. Jenama yang lahir pada 2015 ini menawarkan produk baju rumahan berbahan rayon adem dengan model piyama dan night dress multifungsi selama pandemi Covid-19.
Sare Studio juga mengeksplorasi material kain bersertifikat organik agar memberikan nilai tambah produk. Sare Studio pun berkolaborasi dengan pelaku ekonomi kreatif. Baru-baru ini, misalnya, Sare berkolaborasi dengan KAMI, jenama mode bersahaja (modest fashion wear).
Salah satu pendiri Sare Studio, Cempaka Asriani, Jumat (13/8/2021), di Jakarta, mengatakan, inovasi yang dilakukan Sare, termasuk kolaborasi dengan sesama pelaku ekonomi kreatif, bertujuan memberikan nilai tambah ke konsumen. Saat ini konsumen selalu menginginkan produk yang relevan dengan kebutuhannya sekaligus bernilai tambah.
Melalui program ”Sare di Rumah”, Sare Studio juga menawarkan kegiatan-kegiatan yang bisa diakses oleh pelanggan secara gratis. Misalnya, kelas pilates, yoga, memasak, dan pengelolaan keuangan.
Penjualan Sare Studio sempat meningkat tiga kali lipat selama pandemi Covid-19. Pesanan dari luar negeri pun tetap mengalir.
Meski demikian, memasuki tahun kedua pandemi, menurut Cempaka, masyarakat kini cenderung berhati-hati berbelanja. Ini menjadi tantangan bagi pelaku ekonomi kreatif untuk tetap mencari jalan agar bertahan. Pelaku usaha juga perlu pintar mengatur skala prioritas finansial usaha.
”Kami mendapat pesanan gift set atau pembelian produk Sare Studio untuk diberikan ke kolega/kerabat pelanggan kami yang sedang sakit. Artinya, kami tetap bisa menjadi jenama yang relevan dengan kebutuhan pelanggan,” katanya.
Komitmen untuk tetap relevan menjawab kebutuhan konsumen serta daya kreasi yang tak meredup membuat para pelaku usaha kreatif berskala kecil dan menengah ini tetap bertahan di tengah tekanan pandemi.