Fenomena perdagangan langsung atau ”live commerce” memberikan pengalaman interaktif jual-beli barang di platform e-dagang.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kemunculan perdagangan langsung atau live commerce bertujuan memberikan pengalaman interaktif berbelanja kepada konsumen. Keberadaannya terbukti mendongkrak penjualan di platform lokapasar.
Perdagangan langsung atau live commerce merupakan perpaduan video beraliran langsung (streaming) dan perdagangan secara elektronik atau e-dagang. Dalam praktiknya, live commerce menggabungkan pembelian instan produk unggulan dan partisipasi konsumen melalui obrolan atau tombol reaksi.
Live commerce memiliki beberapa tipe. Salah satunya berlangsung di platform lokapasar. Di Indonesia, masyarakat mengenalnya, antara lain, melalui fitur Lazlive, Shopee Live, dan Tokopedia Play. Mengutip blog Alibabanews Indonesia, lebih dari 12.000 akun penjual aktif di LazLive per Mei 2020 atau dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan 2019. Selama April 2020, total pertumbuhan angka transaksi yang dihasilkan melalui LazLive meningkat hingga 45 persen.
Fitur Tokopedia Play yang dirilis sejak 2018, menurut External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya, telah memberikan nilai tambah pemasaran bagi mitra penjual di Tokopedia, termasuk UMKM. Mereka bisa berkolaborasi dengan kreator konten sehingga bisa menghasilkan pemasaran yang lebih interaktif dan menarik. Para mitra penjual lokal bisa mendapatkan pendampingan untuk memaksimalkan pemanfaatan fitur Tokopedia Play.
Dia menyebut kehadiran Tokopedia Play membantu mitra penjual lokal yang porsinya hampir 100 persen UMKM, tidak terkecuali selama pandemi Covid-19. Ekhel lantas memberikan contoh, sepanjang Ramadhan 2021 terjadi peningkatan signifikan lalu lintas pemakaian fitur Tokopedia Play. Produk kategori kecantikan, makanan dan minuman, ponsel pintar dan sabak, serta buku menjadi kategori paling diminati masyarakat.
”Selama Ramadan 2021 pula, terjadi peningkatan konsumen yang menonton (views) live commerce di Tokopedia Play sebanyak tujuh kali lipat. Hal ini mendorong peningkatan keseluruhan transaksi lebih dari delapan kali lipat dibanding hari biasa,” ujar Ekhel, Sabtu (14/8/2021), di Jakarta.
Bloger dan Koordinator Gerakan #BijakBersosmed Enda Nasution, Minggu (15/8/2021), di Jakarta, memandang, interaksi selama jual-beli tetap penting bagi penjual ataupun pembeli. Kehadiran fitur live commerce yang salah satunya berasal dari lokapasar memenuhi kebutuhan pentingnya interaksi itu, apalagi di tengah pandemi Covid-19. Pergi ke toko luring untuk mendapatkan pengalaman interaktif selama pandemi sukar terjadi.
Baik jenama mapan maupun UMKM yang memanfaatkan fitur live commerce dari lokapasar ingin menghadirkan pengalaman interaktif meski di ruangan virtual. Hanya saja, tantangan live commerce di lokapasar adalah penjual yang melakukannya bisa bersamaan, bahkan di platform lokapasar berbeda.
”Jadi, konsumen sebenarnya cenderung mudah pindah ke penjual lain yang sedang live, baik di satu platform lokapasar maupun berbeda. Kalau sudah pindah, mereka menonton konten live commerce lain dan ada kemungkinan bertransaksi di situ,” ujarnya.
Dewan Penasihat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan (Hippindo), Tutum Rahanta, berpendapat, kemunculan fitur live commerce mirip dengan kanal siaran khusus barang di televisi. Kanal itu menyediakan slot bagi jenama produsen ataupun peritel barang.
Menurut dia, fitur live commerce yang disediakan oleh lokapasar lebih bersifat alternatif mempromosikan dan menjual produk.
Senada dengan Enda, Tutum pun beranggapan tantangan live commerce adalah konsumen bisa cepat pindah menonton tanpa sempat membeli barang.
”Kategori barang yang dijual melalui live commerce turut menentukan konsumen mau bertahan menonton dan akhirnya memutuskan membeli, selain narasi konten promosi. Sebab, fitur live commerce mempunyai durasi waktu tertentu. Jadi, tidak mungkin seluruh kategori barang yang dipunyai sebuah toko dipaparkan semua,” tuturnya.
Tutum membenarkan, sudah ada sejumlah jenama mapan ataupun peritel besar yang punya akun penjual di lokapasar memanfaatkan fitur live commerce selama pandemi Covid-19. Namun, dia berpendapat, perolehan pendapatan hasil transaksi live commerce belum bisa dikatakan mampu menggantikan pendapatan dari penjualan ritel daring biasa ataupun penjualan ritel secara luring.
”Harus dibedah dulu latar belakang konsumen yang bertransaksi melalui live commerce. Lalu, harus ditelaah juga seberapa besar kontribusi penjualan ritel daring terhadap total ritel,” lanjutnya.
Pada semester I-2021, berdasarkan laporan Bank Indonesia, nilai transaksi e-dagang di Indonesia meningkat 63,36 persen menjadi Rp 186,75 triliun, sementara nilai transaksi uang elektronik tumbuh 41,01 persen menjadi Rp 132,03 triliun.
Menurut McKinsey melalui laporan It’s Showtime! How Live Commerce is Transforming The Shopping Experience (Juni 2021), fenomena live commerce dipelopori oleh Taobao Live Alibaba pada Mei 2016 di China. Di China, fenomena live commerce telah mengubah lanskap industri ritel dan menjadi saluran penjualan utama dalam waktu kurang dari lima tahun.
McKinsey dalam laporan yang sama mengatakan, peritel di Barat masih berada di belakang China dalam hal live commerce. Secara global, McKinsey meyakini live commerce memiliki potensi besar jangka panjang untuk merek dan platform e-dagang. Jika pengalaman China adalah panduan, analisis McKinsey menunjukkan bahwa penjualan melalui live commerce dapat mencapai 10 hingga 20 persen dari semua e-dagang pada tahun 2026.