Pemasaran Digital Membuat UMKM Bertahan di Masa Pademi
Selama pandemi Covid-19, pemakaian teknologi digital untuk berjualan relatif membantu UMKM bertahan dari potensi gulung tikar.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM yang mengadopsi teknologi digital untuk penjualan barang dan jasa secara daring relatif bisa bertahan selama pandemi Covid-19. Meski demikian, mereka tidak boleh mengabaikan inovasi produk.
Salah satu survei yang menyorot bagaimana kondisi UMKM selama pandemi Covid-19 adalah Grow With Google Impact Researchyang dikerjakan oleh Google dan Kantar. Survei ini menyasar ke 1.571 UMKM yang mengikuti pelatihan Gapura Digital dan Women Will dari Google. Survei dilaksanakan pada April-Juni 2021.
Product Marketing Manager Google Indonesia Dora Songco, Kamis (12/8/2021), di Jakarta, mengatakan, seusai mengikuti pelatihan Gapura Digital dan Women Will yang diselenggarakan sejak 2015, sebanyak 26 persen responden menyatakan bisnis mereka relatif dapat bertahan selama pandemi. Sekitar 80 persen di antaranya mendapatkan lebih banyak pelanggan dan 13 persen mencatatkan kenaikan penghasilan.
Di kalangan perempuan yang disurvei, angkanya bahkan lebih baik, yakni 30 persen mampu bertahan setelah mengalihkan bisnis mereka ke daring, 23 persen mengalami dampak keuangan yang positif, dan 6 persen mampu mengembangkan bisnis.
Sebanyak 50 persen responden UMKM mulai menggunakan Google Bisnisku, yang sekarang telah berubah nama menjadi Profil Bisnis. Sebanyak 99 persen di antaranya mengaku mengalami peningkatan interaksi dengan pelanggan dan 32 persen mengalami dampak keuangan yang positif.
Sebanyak 26 persen responden menyatakan bisnis mereka relatif dapat bertahan selama pandemi. Sekitar 80 persen di antaranya mendapatkan lebih banyak pelanggan dan 13 persen mencatatkan kenaikan penghasilan.
”Secara umum, 82 persen responden mengaku pasca-pelatihan pemasaran digital di dua program itu bisa membuat ataupun memperbarui kehadiran toko daring mereka,” ujar Dora.
Dora menjelaskan, makna ”bertahan” yang ditemukan dalam survei berarti bisnis UMKM tersebut tidak sampai gulung tikar. Dengan adanya pelatihan pemasaran digital, mereka mengalihkan penjualan luring ke daring sehingga tetap bisa menjalankan bisnis selama pandemi.
Sejak 2015 hingga Juli 2021, Google terlibat melatih lebih dari 2 juta UMKM agar mereka bisa mengadopsi teknologi digital untuk berjualan. Teknologi digital yang dipakai berasal dari ciptaan Google meski tidak menutup kemungkinan ada pembekalan pemasaran digital secara makro.
”Kami belum sampai detail meneliti perkembangan skala usaha 2 juta UMKM yang kami latih itu. Namun, di beberapa kota di mana kami melatih, selalu ada sejumlah UMKM punya cerita sukses berjualan daring setelah ikut pelatihan,” kata Dora.
Bank Dunia melalui laporan ”Beyond Unicorns: Harnessing Digital Technologies for Inclusion in Indonesia” (Juli 2021) mengatakan, perusahaan yang lebih besar secara signifikan lebih mungkin mengadopsi internet untuk membeli dan menjual barang dan jasa. Tingkat adopsi jual beli barang di kalangan perusahaan skala mikro masih rendah. Rendahnya tingkat adopsi internet oleh perusahaan—terutama usaha mikro dan kecil—juga berarti rendahnya pekerja dari kelompok usaha itu yang terampil menggunakan internet.
Dengan adanya pelatihan pemasaran digital, mereka mengalihkan penjualan luring ke daring sehingga tetap bisa menjalankan bisnis selama pandemi.
Penyerapan teknologi digital karena didorong oleh pandemi Covid-19, sesuai laporan Bank Dunia itu, ditemukan lebih tinggi di antara perusahaan besar 90 persen, sedangkan usaha kecil menengah sekitar 58 persen dan usaha skala mikro 32 persen.
Penetrasi atau proporsi pembeli dan penjual dalam populasi yang memakai layanan perdagangan secara elektronik atau e-dagang meningkat lebih cepat di provinsi-provinsi yang aktivitas internet dan infrastruktur logistiknya sudah meluas. Bank Dunia dalam laporan itu mengatakan, perluasan akses internet telah menarik lebih banyak orang ke dalam ekosistem e-dagang jika disertai dengan infrastruktur logistik yang memadai.
Salah satu pendiri Meldeb Kitchen di Manado, Sulawesi Utara, Erwin Sandag, mengatakan, program pelatihan penjualan barang/jasa secara daring membantu UMKM memperluas koneksi sesama penjual. Dia juga bisa belajar dari pelaku yang sudah lebih dulu memasarkan produk ke tingkat nasional dan internasional.
”Kami punya laman toko daring sendiri selain berjualan di lokapasar. Kedua saluran penjualan ini melengkapi toko fisik. Ketika pandemi Covid-19 tiba, wisatawan yang datang ke Manado berkurang drastis sehingga penjualan luringnya menurun. Pelatihan pemasaran digital membantu kami tetap bisa beroperasi karena melayani pembelian dari luar Manado,” ujar Erwin.
Business Development Manager Ayam Goreng Tulang Lunak Hayam Wuruk, Dimas Setyo Jatmiko, secara terpisah, mengatakan, penjualan makanan secara daring tidak terhindarkan selama pandemi Covid-19. Di saat bersamaan, sejumlah konsumen juga menuntut pembayaran melalui metode digital, seperti pembayaran menggunakan dompet elektronik.
”Selain gencar memasarkan produk secara daring, pengusaha restoran juga harus berinovasi agar tetap bertahan. Kami mengembangkan produk makanan beku sehingga bisa tetap menggaet pelanggan,” kata Dimas.