Indeks Keyakinan Konsumen Turun ke Level Pesimistis
Indeks Keyakinan Konsumen Juli 2021 berada pada level 80,2, turun tajam dibandingkan Juni pada level 107,4. Konsumen cenderung pesimistis karena PPKM yang memang perlu diperpanjang.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi pada Juli mengalami penurunan dan masuk ke level pesimitis. Lonjakan kasus Covid-19 yang membuat pemerintah memutuskan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM membuat aktivitas ekonomi melambat sehingga konsumen cenderung pesimistis.
Survei Konsumen yang diselenggarakan Bank Indonesia (BI) menghasilkan Indeks Keyakinan Konsumen Juli 2021 berada pada level 80,2. Ini turun cukup tajam dibandingkan Juni pada level 107,4. Sebelumnya, pada April-Juni 2021, Indeks Keyakinan Konsumen selalu berada pada level di atas 100. Indeks di atas 100 berarti konsumen berada pada area optimistis, sedangkan di bawah 100 berarti konsumen berada pada area pesimistis.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, hasil survei itu mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap ekonomi tertahan. Ini seiring dengan kebijakan pengetatan mobilitas untuk mengatasi peningkatan covid-19.
”Konsumen mempersepsikan kondisi ekonomi saat ini belum sesuai yang diharapkan, ditengarai sejalan dengan penurunan aktivitas ekonomi dan penghasilan masyarakat yang lebih terbatas karena adanya PPKM level 4 di berbagai wilayah di Indonesia,” ujar Erwin dalam keterangannya, Selasa (10/8/2021) malam.
Ia menambahkan, tertahannya keyakinan konsumen pada Juli 2021 itu disebabkan konsumen memprakirakan ekspansi kondisi perekonomian pada enam bulan ke depan masih terbatas, baik dari aspek kegiatan usaha maupun ketersediaan lapangan kerja.
Survei konsumen merupakan survei bulanan BI untuk mengetahui keyakinan konsumen mengenai kondisi ekonomi Indonesia saat ini, yang tecermin dari persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi dan ekspektasi ke depannya. Indeks Keyakinan Konsumen merupakan salah satu indikator perkembangan konsumsi rumah tangga dalam produk domestik bruto (PDB).
Kepala Ekonomi Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan, konsumsi masyarakat memainkan peranan penting dalam PDB dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Konsumsi yang besar di triwulan kedua tahun inilah yang turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada triwulan kedua tahun ini sebesar 7,07 persen secara tahunan.
”Pada periode itu (triwulan II-2021), pembatasan sosial sudah mulai longgar dan kinerja sektor-sektor ekonomi juga membaik. Konsumsi masyarakat pun meningkat,” ujar Asmoro.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga menyumbang Rp 1.468,8 triliun atau setara dengan 52,97 persen dari PDB triwulan kedua 2021. Besaran konsumsi rumah tangga itu bertumbuh 3,17 persen secara tahunan.
Associate Economist Moody’s Analytics Sonia Zhu menjelaskan, konsumsi masyarakat yang tinggi pada triwulan kedua tahun ini itu berpotensi mengalami penurunan pada triwulan ketiga. Ini didasarkan sejak awal triwulan ketiga atau Juli sampai hari ini pembatasan sosial terus diperpanjang dan bisa menyebabkan kontraksi ekonomi kembali.
”Melihat besarnya peran konsumsi rumah tangga terhadap PDB, maka pemerintah harus berupaya menjaga tingkat konsumsi di masyarakat,” ujar Sonia.
Prediksi
Sampai akhir tahun, Tim Ekonom Bank Mandiri memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 3,69 persen, direvisi turun dari prediksi awal, yakni 4,43 persen. Tim ekonom Bank Mandiri juga memprediksi inflasi akan terjaga di kisaran 1,76 persen. Adapun nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar AS akan berada pada level Rp 14.375. Selain itu, tingkat suku bunga acuan BI akan tetap dipertahankan pada level 3,5 persen.
”Kami berharap PPKM bisa menurunkan angka jumlah kasus Covid-19 yang dibarengi juga vaksinasi massal yang terus dilakukan. Harapannya, perlahan pelonggaran bisa kembali dilakukan dan ekonomi bisa bergerak kembali,” ujar Asmoro.
Sementara ekonom DBS Research Group, Radhika Rao, menjelaskan, pihaknya memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun 3,5 persen. Pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga diperhitungkan sedikit menurun dibandingkan triwulan kedua karena adanya perpanjangan PPKM. Namun, ekonomi akan kembali naik di kuartal keempat dan tahun depan ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh 4,5 persen.
Senada dengan Asmoro, Radhika meyakini, pengendalian jumlah Covid-19 dan vaksinasi massal menjadi kunci agar kegiatan ekonomi Indonesia bisa kembali pulih.