Fitur Analisis Data di Platform Lokapasar Dongkrak Penjualan UMKM
Berjualan barang/jasa di platform layanan perdagangan secara elektronik membutuhkan kegigihan untuk selalu belajar hal baru seputar pemasaran digital.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berjualan barang/jasa di lokapasar bisa menguntungkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM sepanjang mereka mampu memanfaatkan analisis mahadata yang telah disediakan sebagai fitur layanan oleh pengelola platform lokapasar. Dengan kata lain, pengelola platform punya peran besar membantu UMKM menuai kesuksesan.
Di Lazada Indonesia, misalnya, terdapat fitur Bisnis Analis di Seller Center, dashboard khusus akun penjual. Fitur itu dapat digunakan penjual untuk mengakses wawasan hasil analisis mahadata transaksi mereka secara langsung. Pemilik toko Maula Hijab, Burhan Alfironi, yang berjualan di lokapasar Lazada Indonesia sejak empat tahun lalu, menceritakan, keberadaan fitur seperti itu membantu dia ketika pengelola platform punya promo nasional. Misalnya, promo diskon tanggal cantik.
”Promo tanggal cantik biasanya rutin setiap tahun. Saya tinggal baca hasil wawasan mahadata transaksi tahun lalu, lalu persiapkan stok dan sumber daya manusia. Membaca analisis mahadata yang platform sediakan relatif tidak susah dan bisa tanya ke sesama penjual yang tergabung di komunitas atau ikut pelatihan dari pengelola platform,” ujarnya saat menghadiri diskusi daring #PahlawanEkonomiDigital, Senin (9/8/2021), di Indonesia.
Burhan sebenarnya berlatar belakang pendidikan dosen, tetapi begitu melihat istri suka mengoleksi kerudung, dia tebesit berbisnis hijab. Pada awal berbisnis, dia bertindak sebagai pedagang yang menjualkan produk hijab produsen lain. Pemasaran daring saat itu dilakukan di lokapasar Lazada.
Dia rajin mengutak-atik cara pemasaran dari hasil membaca wawasan di fitur Bisnis Analis. Dia percaya, mitra UMKM yang sukses berjualan di lokapasar adalah yang mampu memanfaatkan mahadata.
Pada tahun 2018, pertumbuhan pendapatan tokonya 1.000 persen. Sejak itu, dia mencoba merintis produksi hijab beserta pendukungnya sendiri. Dia memberdayakan ibu rumah tangga di sekitar rumahnya. Saat ini total 100 karyawan. Segmen utama tokonya adalah perempuan muda pekerja kantoran.
Aldo Permana Putra, pemilik toko Klikotomotif, memiliki pengalaman senada. Usaha kecil menengah aksesori kendaraan bermotor dan mobil ini dirintis sejak 2014 dan mulai berjualan daring tahun 2015. Sebanyak 95 persen penjualannya ditaruh di lokapasar Lazada Indonesia. Dengan rajin mengutak-atik fitur jualan digital di internet, termasuk yang disediakan oleh pengelola platform, dia bisa tetap bertahan di pandemi Covid-19.
”Kita semua tahu bahwa pembatasan sosial karena pandemi Covid-19 menyebabkan bepergian memakai mobil dan motor berkurang drastis. Aku untungnya mulai merambah ke aksesori sepeda melihat gelagat masyarakat di internet yang suka bersepeda sejak awal pandemi dan ini juga pernah jadi saran pengelola platform ke aku,” tuturnya.
Beberapa barang yang diproduksi ataupun dipasarkan Klikmotor merupakan hasil kemitraan dengan grup Astra. Ada juga barang yang datang dari impor lalu dijual kembali di Indonesia.
Aldo yang juga menjadi pelatih pemasaran digital bagi sesama UMKM, menambahkan, keuntungan berjualan daring lainnya adalah bisa menjangkau pasar lebih luas. Dia pun dapat mencatat transaksi lebih akurat karena semua jejak transaksi terekam di platform lokapasar.
Senior Vice President Traffic Operations and Seller Engagement Lazada Indonesia Haikal Bekti Anggoro menyampaikan, Lazada Indonesia fokus memperbesar jumlah UMKM dalam negeri.
Dia menyebut bahwa Lazada Indonesia berusaha ”jemput bola” ke sentra UMKM di Indonesia. Misalnya, sentra UMKM mode dan wastra Nusantara di Cirebon dan Pekalongan. Di dua kabupaten ini, sejumlah UMKM telah berjualan secara daring salah satunya di platform Lazada Indonesia. Penjualan naik 7-8 kali lipat.
UMKM yang ingin belajar dan berkembang selama pandemi Covid-19 bisa bergabung dengan komunitas Lazada Club. Hingga Juni 2021, jumlah UMKM yang bergabung sebanyak 12.000 dan 80 persen di antaranya merupakan penjual aktif. Sebanyak 30 persen dari anggota komunitas itu memiliki omzet lebih dari Rp 14 juta per bulan.
Secara terpisah, Co-Founder dan Chief Marketing Officer Social Bella Chrisanti Indiana mengatakan, selama semester I-2021, penjualan produk kecantikan merek dalam negeri, yang di antaranya diproduksi UMKM/industri kecil menengah di platform Sociolla, naik 60 persen. Secara spesifik, produk kecantikan yang diminati berupa kosmetik dan perawatan kulit.
”Selama tiga tahun terakhir, merek produk kecantikan buatan dalam negeri naik 14 kali lipat. Kami menduga, hal itu sejalan dengan masyarakat yang semakin mengapresiasi merek-merek lokal,” ujarnya.
Sebagai pengelola platform Sociolla, Chrisanti menyampaikan, Social Bella memiliki beberapa inisiatif agar produsen dalam negeri tetap bertumbuh. Salah satunya melalui kampanye Love Local yang memungkinkan 50 pemilik merek produk kecantikan dalam negeri memanfaatkan semua fitur pemasaran digital yang dimiliki Social Bella. Misalnya, layanan ulasan produk di Beauty Journal, media daring di platform Sociolla.