Usaha rintisan Indonesia yang tengah berada di dalam radar investor global perlu segera berbenah agar bisa merebut peluang pendanaan. Selain dana, pengalaman, jaringan, dan prestise korporasi juga bisa diraih.
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
Di tengah pandemi Covid-19 yang terus mengepung, perusahaan teknologi di Indonesia diburu dan diincar investor asing. Indonesia disebut menarik setelah aksi korporasi beberapa perusahaan teknologi belakangan, termasuk Bukalapak, yang melakukan penawaran saham perdana, Jumat (6/8/2021). Bahkan, beberapa usaha rintisan akan dibawa ke pasar global untuk mendapatkan akses modal lebih luas.
Salah satu tren yang sedang berkembang adalah pendanaan dengan menggunakan perusahaan khusus untuk akuisisi modal (special purposes acquisition company/SPAC). Kredivo dan Traveloka dikabarkan akan menawarkan saham di Bursa New York, Amerika Serikat. Tak hanya dua perusahaan itu, beberapa perusahaan lain tengah diincar untuk merger dengan SPAC dan akan dibawa ke akses pendanaan global melalui pasar modal di luar negeri.
Fat Project Acquisition Corporation (Fat Project), salah satu yang mengincar usaha rintisan di Indonesia dengan SPAC, melihat Indonesia merupakan pasar besar yang eksis dalam radar perkembangan teknologi digital. Komunitas usaha rintisan juga berkembang di Indonesia. Mereka tengah mencari usaha rintisan di Indonesia yang layak dibawa ke pasar internasional agar menjadi perusahaan publik dengan menggunakan SPAC.
Indonesia merupakan pasar besar yang eksis dalam radar perkembangan teknologi digital. Komunitas usaha rintisan juga berkembang di Indonesia. Mereka tengah mencari usaha rintisan di Indonesia yang layak dibawa ke pasar internasional agar menjadi perusahaan publik dengan menggunakan SPAC.
Co Chief Executive Officer Fat Project David Adrada dalam wawancara dengan Kompas mengatakan, Indonesia termasuk negara yang diamati investor karena pasar Indonesia yang sangat besar dilihat dari produk domestik bruto (PDB) serta masih banyak peluang di dalam pasar ini. Bahkan, Indonesia menjadi salah satu episentrum dalam pengembangan usaha.
Ia mengatakan, di samping pendanaan langsung oleh modal ventura, berkembang pula tren merger dengan perusahaan investasi hingga muncul perusahaan yang disebut sebagai SPAC. Dengan valuasi yang lebih besar, SPAC akan menawarkan saham di bursa efek untuk mendapatkan dana. Beberapa usaha rintisan di Indonesia tengah diincar.
David melihat bahwa ada potensi usaha rintisan di Indonesia untuk masuk ke pasar itu hingga menjadi perusahaan terbuka melalui SPAC. Ia memperkirakan sebuah perusahaan yang mampu memenuhi beberapa syarat, dalam waktu 18 bulan akan bisa mencatatkan saham di bursa global.
Penasihat senior Fat Project, Shinta Dhanuwardoyo, melihat usaha rintisan yang sudah mendapatkan pembiayaan seri C salah satu yang menjadi target mereka untuk dibawa ke pasar internasional. Mereka melihat ini terutama usaha rintisan di bidang logistik, teknologi finansial, dan teknologi kesehatan. Mereka juga bisa membawa usaha kecil dan menengah yang layak setelah mereka melakukan penggabungan valuasi.
Dengan adanya sejumlah usaha rintisan yang mencapai level unicorn dan decacorn serta perusahaan rintisan yang melakukan penawaran saham perdana, Indonesia kian menarik di mata investor. Merger Gojek dan Tokopedia hingga valuasinya meningkat juga merupakan capaian yang diamati oleh investor.
Dengan adanya sejumlah usaha rintisan yang mencapai level unicorn dan decacorn serta perusahaan rintisan yang melakukan penawaran saham perdana, Indonesia kian menarik di mata investor.
Co CEO Fat Project Tristan Lo Tristan mengatakan, ada beberapa syarat agar perusahaan bisa mencatatkan sahamnya di Bursa New York melalui SPAC. Perusahaan yang jadi target itu, antara lain, perlu menunjukkan kemampuan untuk mendorong pendapatan dari berbagai sumber, memiliki komitmen bisnis jangka panjang, serta potensi untuk berkembang di luar pasar inti melalui ekspansi digital atau fisik.
Mereka juga harus berfokus pada target menjadi terdepan setidaknya pada satu industri atau segmen, memiliki teknologi terdepan, model bisnis atau kemampuan produk yang memungkinkan target untuk menangkap pangsa pasar yang lebih signifikan dari pemain lain.
Usaha itu juga harus memiliki nilai lebih agar ada hambatan sedang hingga tinggi bagi kompetitor untuk masuk. Di antaranya, karena pertimbangan peraturan, kekakuan produk, kesesuaian pasar, serta produk atau layanan unggulan terhadap persaingan.
Perusahaan tentu perlu memiliki tim manajemen yang kuat dan saling melengkapi dengan rekam jejak yang terbukti dalam membangun bisnis dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Perusahaan dituntut pula memiliki keunggulan kompetitif jangka panjang dan mampu membuat keputusan strategis yang tepat serta beroperasi dengan budaya perusahaan yang transparan. Mereka memiliki nilai-nilai yang kuat, memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingan, serta bermanfaat bagi komunitas.
Ketika ditanya tentang kendala talenta, Shinta mengatakan, masalah ini tidak hanya dialami Indonesia, tetapi juga negara lain. Ia yakin masalah ini bisa diselesaikan dengan berbagai pelatihan. Terkait dengan infrastruktur, ia melihat ada tantangan, tetapi perbaikan juga terus dilakukan.
Tristan mengatakan, akses modal ini unik dan punya tantangan tersendiri. Namun, dia optimistis, usaha rintisan di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, mampu memenuhi syarat sehingga bisa mengakses modal global.
Usaha rintisan Indonesia yang tengah berada di dalam radar investor global perlu segera berbenah agar bisa merebut peluang pendanaan. Sebenarnya, tidak hanya dana yang kelak didapat, tetapi juga pengalaman, jaringan, dan prestise korporasi yang meningkat.