Pemerintah meyakini ekonomi nasional masih akan tumbuh positif pada triwulan III-2021. Ekonomi domestik dinilai memiliki basis yang cukup kuat untuk melanjutkan tren pemulihan selama ini.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ekonomi domestik dinilai memiliki basis yang cukup kuat untuk melanjutkan tren pemulihan di triwulan III-2021. Gelontoran anggaran perlindungan sosial serta kelanjutan upaya penanganan pandemi Covid-19 menjadi landasan pemerintah menjaga asa pemulihan di sepanjang sisa tahun 2021.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2021 diperkirakan masih akan tumbuh positif di kisaran 4 persen–5,7 persen. Optimisme ini berlandaskan pada keyakinan akan terjaganya momentum pemulihan ekonomi yang berlangsung pada triwulan II-2021.
”Momentum pemulihan ekonomi akan terjaga, apabila penularan (virus korona) varian Delta dapat dikendalikan sehingga mobilitas masyarakat serta kegiatan ekonomi dapat berjalan normal kembali,” ujarnya dalam konferensi pers pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2021, secara daring Kamis (5/8/2021).
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2021 mencapai 7,07 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Pencapaian tersebut juga telah mengeluarkan Indonesia dari zona pertumbuhan ekonomi negatif yang terakhir terjadi pada triwulan I-2021 mencapai negatif 0,74 persen.
Sri Mulyani memastikan momentum pemulihan ekonomi di triwulan-triwulan selanjutnya tahun ini akan terjaga, ditopang oleh konsumsi yang diyakini tetap terakselerasi oleh program perlindungan sosial. Dengan masih terbatasnya mobilitas masyarakat demi mengurangi tingkat penularan Covi-19, lanjutnya, sejak 16 Juli 2021 pemerintah telah meningkatkan penyaluran bantuan sosial.
Realisasi penggunaan anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hingga 30 Juli mencapai Rp 305,5 triliun. Angka tersebut setara 41,02 persen dari pagu anggaran PEN tahun ini sebesar Rp 744,75 triliun.
Sri Mulyani optimistis melalui berbagai gebrakan, termasuk salah satunya memintas (intercept) langsung bantuan langsung tunai (BLT) dana desa, penyerapan sisa anggaran PEN sebesar Rp 439,25 triliun di sepanjang periode Agustus–Desember 2021 akan semkin optimal.
”Fokus dari kinerja APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) di sepanjang sisa tahun ini adalah mendukung sisi permintaan konsumsi maupun dari sisi sektor produksi,” ujar Sri Mulyani.
Di sisi lain, lanjut Sri Mulyani, program PEN akan semakin optimal mendorong pemulihan ekonomi bila diimbangi dengan aktivitas ekonomi yang lebih tinggi. Untuk itu, konsumsi pemerintah akan terus digenjot turut membatu sektor usaha, baik UMKM maupun korporasi, untuk menguatkan dunia usaha sekaligus menahan gelombang pemutusan hubungan kerja.
BPS mencatat, konsumsi pemerintah selama triwulan II-2021 telah tumbuh 8,06 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan II-2020, belanja pemerintah telah mengalami kontraksi yang cukup dalam mencapai negatif 6,9 persen secara tahunan.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, indikasi dari pertumbuhan konsumsi pemerintah adalah adanya peningkatan realisasi belanja barang dan jasa serta belanja pegawai pada triwulan II-2021. Adapun belanja barang dan jasa tumbuh 82,1 persen, sementara belanja pegawai tumbuh 19,79 persen.
”Jadi, peningkatan belanja barang dan jasa dan belanja pegawai pada triwulan II-2021 meningkat cukup tajam dibandingkan dengan triwulan II-2020, masing-masing sebesar 82,1 persen dan 19,79 persen,” kata Margo.
Kenaikan realisasi belanja barang dan jasa untuk memenuhi pengeluaran konsumsi kolektif dan individu untuk menangani pandemi Covid-19, seperti program vaksinasi, pengadaan alat uji medis, penyemprotan disinfektan, pengujian (testing), pelacakan (tracing), serta program lainnya yang berkaitan pemulihan kesehatan.
Sisi pengeluaran
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu mengatakan, tingkat penyebaran pandemi Covid-19 yang relatif terkendali hingga Mei 2021 merupakan aspek penting dalam pemulihan permintaan masyarakat.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) untuk pertama kalinya sejak pandemi mampu kembali ke atas 100 pada April (101,5), Mei (104,4), dan Juni (107,4). Selain itu, Indeks Penjualan Ritel (IPR) juga menunjukkan keberlanjutan pemulihan konsumsi masyarakat sejak April dengan tumbuh positif selama tiga bulan berturut-turut hingga Juni 2021.
”Sementara kebijakan fasilitas PPnBM ditanggung pemerintah untuk pembelian mobil juga cukup efektif dalam mendorong aktivitas konsumsi kelas menengah,” kata Febrio.
Konsumsi Rumah Tangga pada triwulan II-2021 mampu tumbuh 5,93 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Aktivitas konsumsi masyarakat pada periode ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau tumbuh 1,27 persen.
Febrio menilai tingkat keyakinan masyarakat yang terus pulih serta momentum bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri menjadi faktor utama pemulihan aktivitas konsumsi rumah tangga.
”Selain itu, base effect atas pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang terdampak cukup dalam pada triwulan II-2020 juga berperan penting dalam tingkat pertumbuhan komponen ini pada triwulan II-2021,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meyakini pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2021 bisa lebih dari 5 persen, dengan catatan kasus penularan Covid-19 dapat turun secara drastis di akhir September 2021.
”Kita masih berharap perekonomian bisa digenjot pada arah positif kembali. Di triwulan III-2021 kita masih meraba-raba kapan bisa mendorong kegiatan mobilitas masyarakat karena di Agustus kita masih menerapkan PPKM,” kata Airlangga.