Tren Pemulihan Global Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Peningkatan aktivitas ekspor-impor serta peningkatan konsumsi rumah tangga dan pemerintah menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2021 sebesar 7,07 persen secara tahunan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perbaikan perekonomian global pada triwulan II-2021 turut mendorong Indonesia keluar dari resesi ekonomi. Tren pemulihan ekonomi negara mitra dagang Indonesia menyebabkan peningkatan permintaan ekspor yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi triwulan II-2021.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2021 mencapai 7,07 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan II-2020 pertumbuhan ekonomi terkontraksi negatif 5,32 persen. Bila dibandingkan dengan triwulan I-2021, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2021 tercatat 3,31 persen.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, realisasi pertumbuhan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan ekspor yang meningkat setelah pulihnya perdagangan global. Pertumbuhan ekspor pada triwulan II-2021 tercatat mencapai 55,89 persen dibandingkan dengan periode triwulan II-2020. Adapun jika dibandingkan dengan triwulan I-2021, pertumbuhan ekspor tercatat 10,36 persen.
Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan ekspor yang meningkat setelah pulihnya perdagangan global. (Margo Yuwono)
Sementara itu, sektor impor pada triwulan II-2021 tercatat tumbuh 50,12 persen dibandingkan dengan triwulan II-2020. Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor impor juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 9,88 persen.
”Peran ekspor dan impor menjadi sangat berarti bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Peningkatan ekspor dan impor telah mengonfirmasi pertumbuhan industri di dalam negeri,” kata Margo dalam rilis pertumbuhan ekonomi triwulan II-2021 BPS, Kamis (5/8/2021).
Dari dalam negeri, kata Margo, pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh meningkatnya mobilitas masyarakat di triwulan II-2021. Hal ini tecermin dari peningkatan mobilitas masyarakat ke tempat berbelanja hingga ke luar kota yang terpantau melalui perjalanan menggunakan berbagai moda transportasi.
”Peningkatan mobilitas turut mengerek pertumbuhan konsumsi rumah tangga triwulan II-2021 sebesar 5,93 persen secara tahunan. Ini tecermin dari penjualan sepeda motor yang naik 10,65 persen dibandingkan triwulan I-2021 dan 268,64 persen dibandingkan triwulan II-2020,” kata Margo.
Pertumbuhan belanja pemerintah juga menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi domestik. Realisasi konsumsi pemerintah pada triwulan II-2021 mencatatkan pertumbuhan 8,06 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan realisasi belanja pemerintah dipicu oleh pertumbuhan tahunan belanja barang sebesar 82,1 persen, belanja pegawai (19,79 persen), dan belanja modal (45,56 persen). Pertumbuhan ketiga komponen ini secara langsung juga mendorong konsumsi masyarakat melalui berbagai program perlindungan sosial yang digulirkan pemerintah.
”Dengan adanya ekspor yang meningkat, impor meningkat, belanja pemerintah meningkat, konsumsi rumah tangga meningkat, faktor-faktor itulah yang secara ekonomi juga menopang pertumbuhan,” ujar Margo.
Adanya ekspor yang meningkat, impor meningkat, belanja pemerintah meningkat, konsumsi rumah tangga meningkat, faktor-faktor itulah yang secara ekonomi juga menopang pertumbuhan. (Margo Yuwono)
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro berpendapat, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2021 menjadi pertumbuhan tahunan positif tahunan pertama yang terjadi sejak pandemi Covid-19. Pertumbuhan ini ditopang baik oleh faktor eksternal maupun internal.
Dari sisi eksternal, percepatan pemulihan ekonomi global yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan China telah mendorong kinerja ekspor. Adapun dari sisi domestik, berbagai upaya telah dilakukan untuk mempercepat pemulihan ekonomi, di antaranya percepatan vaksinasi, insentif pajak untuk meningkatkan permintaan, stimulus fiskal, dan kebijakan moneter yang akomodatif.
”Insentif pajak terutama meningkatkan penjualan mobil dan sepeda motor, serta percepatan peluncuran vaksin telah meningkatkan kepercayaan konsumen sehingga meningkatkan penjualan ritel yang berimbas pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga,” kata Andry.
Menyusul perbaikan permintaan, kata Andry, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) terlihat menguat sejalan dengan PMI Manufaktur yang secara konsisten berada di zona ekspansi pada April-Juni 2021.
Andry mengatakan, ekspor dan impor Indonesia meningkat di tengah menguatnya permintaan eksternal seiring dengan pemulihan ekonomi global. Tingginya permintaan impor juga mengindikasikan adanya peningkatan aktivitas investasi domestik.
”Selain itu, stimulus fiskal terkait program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 telah mendorong konsumsi pemerintah yang menjadi salah satu kontributor pertumbuhan ekonomi,” ujar Andry.
Sementara itu, Kepala Kajian Makroekonomi dan Ekonomi Politik LPEM FEB Universitas Indonesia Jahen F Rezki menjelaskan, pemulihan ekonomi yang signifikan pada triwulan II-2021 telah terindikasi dari kinerja kredit sepanjang April dan Mei 2021 meski masih mengalami kontraksi secara tahunan.
”Kondisi ini didorong oleh peningkatan kredit modal kerja dan kredit investasi. Pertumbuhan positif kredit konsumsi dan akselerasi inflasi inti menunjukkan daya beli mulai pulih meskipun konsumen masih enggan berbelanja,” katanya.
Bank Indonesia (BI) mencatat secara tahunan kontraksi kredit bank pada Mei 2021 sebesar negatif 1,28 persen, lebih baik dari konstraksi tahunan pada bulan sebelumnya atau April 2021 sebesar negatif 2,28 persen. Di sektor rumah tangga, permintaan kredit di sektor properti terus membaik, tecermin dari pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) Mei 2021 sebesar 6,61 persen.
Di samping itu, kata Jahen, neraca perdagangan Indonesia terus membukukan surplus selama 13 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 hingga Juni 2021. Sayangnya, lonjakan tajam kasus positif Covid-19 dan pembatasan sosial yang berkepanjangan sejak akhir bulan Juni diperkirakan akan menahan laju pemulihan ekonomi pada sisa tahun ini.