Harga Internasional Naik, Indika Tetap Tingkatkan Porsi Penjualan Batubara Dalam Negeri
Sepanjang semester I-2021, penjualan batubara DMO dari Indika Energy ke PLN mencapai 35 persen. Padahal, batas minimalnya sebesar 25 persen. Selisih itu setara dengan 1,9 juta ton batubara.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penjualan batubara PT Indika Energy Tbk untuk memenuhi kewajiban pasar domestik, khususnya dalam memasok kebutuhan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, berada di atas batas minimal. Meskipun demikian, perusahaan tetap mencatatkan kinerja positif lantaran kenaikan harga batubara di pasar internasional.
Direktur dan Group Chief Financial Officer Indika Energy Retina Rosabai mengatakan, sepanjang semester I-2021, penjualan batubara kewajiban dalam negeri (domestic market obligation/DMO) perseroan ke PLN mencapai 35 persen. Padahal, batas minimalnya 25 persen.
Selisih itu setara dengan 1,9 juta ton batubara. Dia menyebutkan, apabila jumlah selisih itu dijual ke pasar ekspor, perusahaan berpotensi mendapatkan tambahan profit bersih 12 juta dollar AS.
Retina memperkirakan, realisasi DMO sepanjang 2021 akan melebihi kontrak. ”Kami terus berdiskusi dengan PLN untuk suplai batubara (ke pembangkit listrik). Ada rencana realokasi pasar dan waktu (penjualan). Kami bergantung pada perencanaan PLN karena pembelian batubara mereka didorong oleh permintaan listrik domestik. PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) saat ini membuat volatilitasnya tinggi,” tuturnya saat pertemuan dalam jaringan dengan media, Rabu (4/8/2021).
Meskipun demikian, lanjutnya, Indika Energy tetap membukukan kinerja keuangan yang positif karena tren kenaikan harga batubara di pasar internasional. Dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, pendapatan Indika Energy pada semester I-2021 tumbuh 14 persen menjadi 1,28 miliar dollar AS. Dari yang sebelumnya rugi bersih 21,9 juta dollar AS, menjadi untung bersih 12 juta dollar AS.
Selain karena tren kenaikan harga internasional, peningkatan volume penjualan dari anak usaha juga menopang kinerja keuangan Indika. PT Kideco Jaya Agung (Kideco), misalnya, menjual batubara 18,1 juta ton sepanjang semester I-2021, naik dari 16,6 juta ton pada semester I-2020. Penjualan batubara PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU) juga naik dari 0,6 juta ton menjadi 0,9 juta ton.
Harga batubara di pasar internasional naik dari 66,1 dollar AS per ton pada triwulan IV-2020 menjadi 111,5 dollar AS per ton pada triwulan II-2021. Menurut Head of Investor Relations Indika Energy Ricardo Silaen, tren harga positif itu dipengaruhi oleh kenaikan kuota pembelian batubara China yang semula berkisar 260 juta-270 juta ton menjadi 300 juta-320 juta ton.
Non-batubara
Direktur Utama Indika Energy M Arsjad Rasjid mengatakan, korporasi menargetkan membukukan 50 persen pendapatan dari lini bisnis non-batubara pada 2025. Perusahaan juga ingin mencapai emisi nol bersih pada 2050 demi lingkungan hidup yang lebih baik.
Proporsi pendapatan dari lini bisnis batubara pada semester I-2020 masih 86,3 persen, sedangkan non-batubara 13,7 persen. Proporsi tersebut berbeda dengan periode sama tahun sebelumnya dengan lini bisnis batubara 76,4 persen, sedangkan non-batubara 23,6 persen.
Menurut Retina, kenaikan pendapatan dari lini batubara menyebabkan proporsi bisnis non-batubara menurun. Kenaikan pendapatan itu salah satunya berasal dari Kideco dan MUTU.
Untuk mencapai target pada 2025, perusahaan akan mengembangkan proyek maupun mengakuisisi portofolio di sektor non-batubara.
Terkait wacana penghapusan batubara dalam pembangkit listrik, dia mengatakan perusahaan mendukung komitmen pemerintah dalam memenuhi Perjanjian Paris. ”Kami sedang mendiskusikan karena hal ini melibatkan banyak stakeholder, seperti pembiayaan dan penyuplai batubara. Power purchase agreement pun sedang ditinjau karena ada aspek jangka waktu dan pendanaannya,” kata Retina