Kenaikan Harga Obat dan Pangan Picu Inflasi Juli 2021
Inflasi subkelompok obat-obatan dan produk kesehatan selama Januari-Juli 2021 cukup tinggi, yaitu sebesar 1,34 persen dan secara tahunan 3,14 persen.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Inflasi nasional pada Juli 2021 sebesar 0,08 persen. Kenaikan harga obat-obatan dan produk kesehatan, serta sejumlah komoditas pangan berkontribusi besar terhadap inflasi tersebut.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kelompok pengeluaran kesehatan paling tinggi inflasinya pada Juli 2021, yakni sebesar 0,24 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 108,6 pada Juni 2021 menjadi 108,86 pada Juli 2021. Andil atau sumbangan kelompok ini terhadap inflasi sebesar 0,01 persen.
Empat subkelompok pada kelompok tersebut seluruhnya mengalami inflasi. Subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah obat-obatan dan produk kesehatan sebesar 0,47 persen dan terendah adalah jasa rawat jalan sebesar 0,06 persen.
Kepala BPS Margo Yuwono, Senin (2/8/2021), mengatakan, di beberapa kota, obat-obatan yang harganya naik antara lain obat batuk, flu, penurun panas, dan vitamin. Inflasi subkelompok obat-obatan dan produk kesehatan tersebut selama Januari-Juli 2021 sebesar 1,34 persen dan secara tahunan 3,14 persen.
“Hal ini terkait erat dengan kebutuhan masyarakat memenuhi kebutuhan di sektor kesehatan di tengah pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung,” ujar Margo dalam telekonferensi pers di Jakarta.
Inflasi subkelompok obat-obatan dan produk kesehatan tersebut selama Januari-Juli 2021 juga cukup tinggi, yaitu sebesar 1,34 persen dan secara tahunan 3,14 persen.
Kenaikan harga obat-obatan dan produk kesehatan, lanjut Margo, turut berkontribusi terhadap inflasi ini yang pada Juli 2021 ini sebesar 0,07 persen. Secara tahun kalender (Januari-Juli 2021), tingkat inflasi komponen inti ini sebesar 0,82 persen dan secara tahunan sebesar 1,4 persen.
BPS juga menyebutkan, inflasi terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,15 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 109,25 pada Juni 2021 menjadi 109,41 pada Juli 2021. Kelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 0,04 persen.
Komoditas dari kelompok ini yang menyumbang inflasi adalah cabai rawit sebesar 0,03 persen, serta tomat, cabai merah, bawang merah, dan tahu mentah yang masing-masing sebesar 0,01 persen. Adapun komoditas penyumbang deflasi atau komoditas yang harganya turun adalah daging dan telur ayam ras, serta beras.
“Kenaikan harga cabai ini tidak terlepas dari faktor cuaca yang tengah memasuki musim pancaroba,” kata Margo.
Secara umum, tingkat inflasi tahun kalender sebesar 0,81 persen dan secara tahunan sebesar 1,52 persen. Angka ini masih jauh dari sasaran inflasi yang ditetapkan pemerintah, yaitu sebesar 2-4 persen.
Sebelumnya, hampir sebulan terakhir ini Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memantau harga dan peredaran obat-obatan terapi Covid-19 dan oksigen. Di tengah mulai membaiknya harga dan distribusi yang turut ditopang inovasi dan solidaritas, masih ada saja yang mengambil keuntungan di luar kewajaran.
Di Jawa Barat, misalnya, masih ada pedagang daring yang menjual favipiravir, salah satu obat terapi Covid-19, Rp 35.000-Rp 85.000 per tablet. Harga tersebut masih jauh di atas HET favipiravir 200 mg yang sebesar Rp 22.500 per tablet.
Adapun harga oksigen portabel merek Oxycan 500 cc juga mulai turun kendati harga rata-ratanya masih tinggi. Awal Juli lalu, harga rata-ratanya Rp 275.000 per kaleng. Per 28 Juli 2021, harga rata-ratanya turun menjadi Rp 214.625 per kaleng.
Komisioner KPPU Ukay Karyadi menyatakan, KPPU masih akan melanjutkan pengawasan harga dan peredaran obat-obatan, vitamin, dan oksigen yang sangat dibutuhkan masyarakat, terutama selama penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4. Jika masih terbukti ada yang memainkan harga dan mengambil margin di luar kewajaran, KPPU akan menyelidiki dan menindaknya.
Sementera itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengemukakan, pemerintah terus menjaga harga, stok, dan distribusi bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat. Untuk cabai, per 27 Juli 2021, stoknya sebanyak 342,62 ton per hari atau lebih rendah dari kondisi pasokan normal per hari yang sebanyak 386 ton.
Di DKI Jakarta dan Jawa Timur misalnya, stoknya masing-masing sebanyak 3.898 ton dan 199.175 ton. “Stok ini diperkirakan akan bertambah lagi ke depan seiring dengan panen cabai di beberapa daerah sentra cabai di Jawa Timur dan Jawa Tengah,” ujarnya.
Adapun beras, harganya relatif turun setelah Perum Bulog menyalurkan sekitar 50.000 ton beras program bantuan sosial hingga akhir Juli 2021 dari total rencana penyaluran 200.000 ton. Beras tersebut disalurkan kepada 10 juta keluarga penerima manfaat (KPM) bantuan sosial tunai dan 10 juta KPM Program Keluarga Harapan (PKH).
"Stok beras Bulog saat ini sebanyak 1,38 juta ton dan Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta 40.361 ton. Stok beras Bulog tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 17,3 bulan ke depan," kata dia.