Belajar Investasi Saham dari Nol
Jika investasi saham tepat untuk Anda, jangan lupa untuk menggunakan dana menganggur guna berinvestasi. Bagi pemula, hindari berutang sebagai modal awal investasi karena risikonya jadi berlipat ganda.
Ikon investasi utama di pasar modal tak bisa dimungkiri adalah saham. Selama masa pandemi, investor yang membuka rekening dana investor untuk membeli saham tercatat meningkat sangat pesat. Bangkitnya investor lokal domestik secara tidak langsung akan menggairahkan pasar modal Indonesia. Namun, mengapa masih banyak investor yang ragu untuk memulai? Mari kita mulai belajar investasi saham dari nol.
Sederhananya, saham adalah bukti kepemilikan di sebuah perusahaan. Dengan menjadi investor saham, secara otomatis investor akan terdaftar sebagai pemilik perusahaan tersebut.
Saat ini, transaksi saham sejumlah 1 lot = 100 lembar saham. Artinya, jika saham ABCD harganya Rp 1.000 per lembar, maka investor membutuhkan dana sejumlah Rp 100.000 untuk membeli saham tersebut, ditambah biaya pembelian. Saham yang sudah go public diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, tetapi hanya dapat dibeli melalui perusahaan sekuritas yang telah mendapatkan izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan.
Setiap investasi pasti mengandung risiko dan memberikan potensi keuntungan. Dengan berinvestasi di saham secara langsung, ada dua potensi keuntungan yang dapat diperoleh. Potensi keuntungan yang kerap diminati investor adalah capital gain. Dalam hal ini, selisih keuntungan adalah selisih positif antara harga beli (modal awal) dan harga jual. Jika seorang investor membeli saham ABCD dengan modal Rp 1 juta lalu menjualnya di harga Rp 1,2 juta, maka ada keuntungan dalam bentuk capital gain sejumlah Rp 200.000 atau 20 persen.
Berikutnya adalah pembagian dividen perusahaan. Dividen adalah bagi hasil yang diberikan oleh perusahaan go public bagi para pemilik saham. Dividen dapat dibagikan dalam bentuk tunai dan dalam bentuk saham. Nilai dividen per saham dapat bervariasi dan tidak dapat dijanjikan.
Sebagai contoh, berdasarkan hasil RUPST 2020, emiten TLKM membagikan Rp 16,64 triliun atau 80 persen dari laba bersih 2020 sebagai dividen. Maka, investor akan menerima Rp 168,01 dari setiap saham. Apabila investor memiliki 100 lot TLKM alias 10.000 lembar saham, pada Juli 2021 ini investor mendapatkan keuntungan sejumlah Rp 1,680,100.
Berbicara mengenai potensi keuntungan, investor juga perlu memahami risiko investasi. Faktor risiko dari investasi saham secara langsung utamanya adalah fluktuasi harga saham dalam jangka pendek.
Contohnya, dalam satu hari pada 23 Juli 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak minus 0,58 persen. Padahal, sehari sebelumnya bergerak positif 1,78 persen. Apabila investor hanya berharap keuntungan dalam jangka pendek, tentu investasi ini berisiko.
Strategi berinvestasi
Lantas, sebagai pemula, bagaimana sebaiknya menyikapi peluang investasi saham secara langsung?
Pertama, investor dapat berniat menabung saham untuk tujuan keuangan tertentu. Jika jangka waktu berinvestasi masih di atas 10 tahun, strategi investasi di saham merupakan salah satu solusi yang baik.
Contohnya adalah persiapan dana pendidikan kuliah untuk anak yang saat ini berusia 1 tahun. Berdasarkan perhitungan, diasumsikan orangtua perlu mempersiapkan kebutuhan dana pendidikan sebesar Rp 500 juta, 15 tahun dari sekarang. Jika orangtua hanya menabung, dibutuhkan setoran bulanan Rp 2,4 juta ke rekening tabungan selama 15 tahun. Namun, jika orangtua memilih menabung saham, setoran bulanan dapat diturunkan menjadi Rp 760.000.
Strategi yang baik digunakan untuk tipe investor dengan tujuan keuangan spesifik adalah tidak membeli saham secara sekaligus dalam satu waktu saja.
Baca juga: Belajar Investasi Mulai dari Nol
Strategi yang baik digunakan untuk tipe investor dengan tujuan keuangan spesifik adalah tidak membeli saham secara sekaligus dalam satu waktu saja. Tambahan lagi, tidak disarankan membeli saat harga saham sedang tinggi dan menjual saat harga saham jatuh berguguran. Pahami juga bahwa investasi di saham mengandung risiko fluktuasi yang cukup tinggi.
Kedua, berdagang dengan saham. Investor akan melakukan proses jual-beli saham secara aktif. Umumnya, saham yang dibeli akan dijual dalam waktu sebulan. Sebagai trader, Anda akan mengharapkan keuntungan seperti layaknya seorang manajer investasi. Tipe investor aktif seperti ini membutuhkan pengetahuan khusus tentang pasar modal dan selalu memantau perkembangan pasar secara harian.
Dalam hal berdagang saham, investor juga sebaiknya melengkapi diri dengan berbagai ilmu analisa teknikal. Jika belum paham, sebenarnya perusahaan sekuritas yang baik juga kerap membuat webinar pelatihan untuk mengasah keahlian sekaligus juga terdapat rekomendasi yang telah dianalisis oleh analis sekuritas. Meski begitu, Anda juga perlu berhati-hati untuk tidak secara buta mengikuti semua rekomendasi yang ada, tetap sesuaikan profil risiko masing-masing.
Jika Anda mau menabung saham, investasikan uang dengan jumlah yang sama setiap bulan, terlepas saat harga tinggi ataupun saat harga rendah. Jika waktu dan tenaga ada di sisi Anda, maka konsep menabung saham atau dollar-cost averaging merupakan strategi terbaik.
Investor pemula sebaiknya memilih saham-saham dengan fundamental baik, yang memang diharapkan akan meningkat secara stabil. Bilamana saham sudah dikoleksi, ilmu berikutnya adalah pengelolaan portofolio.
Investor pemula sebaiknya memilih saham-saham dengan fundamental baik, yang memang diharapkan akan meningkat secara stabil. Bilamana saham sudah dikoleksi, ilmu berikutnya adalah pengelolaan portofolio. Saya juga mengingatkan untuk merealisasikan keuntungan jika nilai portofolio meningkat sesuai atau bahkan melebihi target. Biasanya, digunakan acuan kenaikan harga saham mulai 10 persen untuk merealisasikan keuntungan.
”Manakah yang tepat untuk saya?” Jawabannya tergantung dari apa tujuan keuangan dan bagaimana profil risiko yang dimiliki. Mencari investasi ideal itu ibarat mencari jodoh, jadi jangan terpengaruh dengan rumput tetangga. Ingatlah, berinvestasi bukan berarti tutup mata dan membiarkan pasar menentukan nilai kekayaan pribadi.
Saya pribadi pertama kali berinvestasi di saham secara langsung pada tahun 2007, tepat sebelum kejatuhan pasar modal pada tahun 2008 yang sukses membuat nilai investasi saya turun hampir setengahnya. Namun, karena didukung pengetahuan dan rencana keuangan yang baik, saya tidak panik. Terbukti 10 tahun kemudian, nilai investasi pada saham milik saya berhasil naik melebihi 300 persen dari modal awal, tanpa menghitung tambahan keuntungan dari dividen.
Jika investasi saham tepat untuk Anda, jangan lupa untuk menggunakan dana menganggur guna berinvestasi. Bagi pemula, hindari berutang sebagai modal awal investasi karena risikonya jadi berlipat ganda. Terakhir, selalu miliki dana darurat sebelum mulai berinvestasi di saham.
Live a beautiful Life!