Sektor investasi diharapkan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Terlebih, kinerja investasi akan terus diakselerasi melalui implementasi regulasi yang dicitakan dapat memudahkan dunia usaha.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha/Agnes Theodora
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pada saat pertumbuhan konsumsi terhambat oleh pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, realisasi investasi triwulan II-2021 mencatatkan kinerja positif. Kontribusi sektor investasi sangat diharapkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi domestik.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, realisasi investasi langsung triwulan II-2021 mencapai Rp 223 triliun atau tumbuh 16,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020. Realisasi tersebut terdiri dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp 106,2 triliun yang tumbuh 23,7 persen secara tahunan serta penanaman modal asing (PMA) Rp 116,8 triliun yang tumbuh 19,6 persen secara tahunan.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu optimistis bahwa investasi dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Apalagi, kinerja investasi akan terus diakselerasi sejalan dengan implementasi aturan turunan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
”Implementasi reformasi struktural, terutama untuk kemudahan berusaha, akan terus dipercepat agar manfaatnya segera dirasakan investor. Investasi diharapkan bisa menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,” ujar Febrio, Kamis (29/7/2021), di Jakarta.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, realisasi investasi langsung triwulan II-2021 mencapai Rp 223 triliun atau tumbuh 16,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020.
Selama ini, konsumsi rumah tangga menjadi komponen penting pada perekonomian Indonesia. Mengutip data Badan Pusat Statistik 2020, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 56,9 persen. Sementara pada tahun yang sama, kontribusi investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) terhadap PDB mencapai 31,73 persen.
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I Kadek Dian Sutrisna mengingatkan, peluang pertumbuhan investasi tahun ini juga bergantung pada seberapa besar pemulihan konsumsi masyarakat.
Stimulus ekonomi yang digulirkan pemerintah dirancang untuk merangsang konsumsi masyarakat miskin dan rentan miskin menjadi lebih besar. Dengan permintaan yang membaik, lanjut Kadek, hal itu dapat memperbaiki sisi penawaran yang berujung pada pemulihan investasi. ”Pemerintah perlu menyeimbangkan konsumsi dan investasi antara tujuan untuk jangka pendek ataupun jangka panjang,” ujarnya.
Kendaraan listrik
Febrio menambahkan, pembangunan pabrik kendaraan listrik dan industri baterai berkontribusi besar pada investasi. Hal ini tecermin pada peningkatan investasi di sektor industri logam dasar yang notabene adalah komponen pembuatan kendaraan listrik dan baterai. Investasi ini utamanya berasal dari dana yang dialirkan oleh investor asing.
Mengutip data Badan Pusat Statistik 2020, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 56,9 persen. Sementara pada tahun yang sama, kontribusi investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) terhadap PDB mencapai 31,73 persen.
Berdasarkan sektor usahanya, aliran modal yang bersumber dari sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya sebesar Rp 29,7 triliun atau setara 13,3 persen dari total investasi PMDN dan PMA. Khusus untuk realisasi PMA triwulan II-2021, sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya mencapai Rp 25,81 triliun atau setara 22,1 persen. Pencapaian tersebut memosisikan sektor ini di peringkat kedua setelah sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran.
”Saat ini, pembangunan pabrik kendaraan listrik dan industri baterai sedang dikembangkan di Indonesia. Sifat padat karya dari industri ini diharapkan mampu menyerap banyak tenaga kerja dalam kondisi pandemi di tengah belum pulihnya sektor lain,” ucap Febrio.
Khusus sektor manufaktur, realisasi investasi semester I-2021 mencapai Rp 167,1 triliun. Jumlah tersebut berkontribusi 37,7 persen dari total nilai investasi nasional pada periode Januari-Juni 2021 yang senilai Rp 442,8 triliun.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, peningkatan investasi itu diharapkan bisa menguatkan daya tahan industri manufaktur dalam negeri serta menopang pertumbuhan ekonomi. ”Geliat investasi ini akan memperkuat struktur manufaktur Tanah Air dan meningkatkan daya saing,” kata Agus.
Melalui siaran pers, Kamis, Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution mengumumkan penandatanganan nota kesepakatan (MoU) dengan Pemerintah Indonesia. Kedua perusahaan menginvestasikan dana 1,1 miliar dollar AS untuk membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat. Penandatanganan MoU dilakukan Presiden dan CEO Hyundai Mobis Sung Hwan Cho dan President LG Energy Solution Jong Hyun Kim. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dan Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia Toto Nugroho turut menyasikan secara virtual penandatanganan MoU tersebut.
Pembangunan pabrik dijadwalkan pada triwulan IV-2021 dan diharapkan selesai pada semester I-2023. Adapun produksi massal sel baterai di fasilitas baru tersebut ditargetkan dimulai pada semester I-2024. Pabrik dibangun di atas lahan seluas 330.000 meter persegi. Ketika beroperasi penuh, fasilitas ini diharapkan menghasilkan sel baterai litium-ion NCMA dengan total 10 gigawatt jam (GWh) per tahun dan mampu memenuhi kebutuhan lebih dari 150.000 mobil listrik.