Bantalan Digital Pedagang Pasar dan Tukang Sayur
Aplikasi digital menjadi bantalan dan benteng pertahanan usaha para pedagang pasar dan tukang sayur. Kendati belum menjangkau semua, aplikasi itu memberi secercah harapan di tengah sepinya pembeli dan hambatan pasokan.
Nyimas, pedagang pakaian Pasar Kranggan, Yogyakarta, baru pertama kali menggunakan aplikasi Whatsapp Bisnis pada Mei lalu. Dia tak menyangka, sejak memakai aplikasi pesan elektronik itu pembeli “berdatangan” untuk bertraksaksi sehingga usahanya bisa bertahan.
“Pembeli tak hanya dari Yogyakarta dan sekitarnya, tetapi juga ada yang dari Jakarta dan Bogor," ujar Nyimas ketika dihubungi dari Jakarta, Senin (19/7/2021).
Nyimas berkisah, selama pandemi Covid-19, apalagi ketika diterapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), omzetnya turun sekitar 50 persen. Hanya segelintir pengunjung pasar yang datang membeli sandang. Mereka sebagian besar membeli bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan harian atau bahan baku dagangan.
Melalui program Pasar JuWAra yang mengadopsi Whatsapp Bisnis, Nyimas memiliki katalog barang dagangan yang bisa dilihat oleh pengguna Whatsapp. "Lumayan. Meski belum begitu banyak, tapi sudah ada pembeli yang nge-chat, saya. Mungkin perlu sosialisasi saja. Biar lebih banyak yang tahu," kata dia.
Lumayan. Meski belum begitu banyak, tapi sudah ada pembeli yang nge-chat, saya. Mungkin perlu sosialisasi saja. Biar lebih banyak yang tahu.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran mengatakan, sejak pandemi berlangsung tahun lalu, omzet para pedagang pasar tradisional turun drastis sehingga sulit untuk membayar sewa lapak atau kios dan restribusi pasar. Penurunan omzet untuk pedagang sembako, sayur, serta daging dan ikan segar sekitar 30-40 persen. Adapun, omzet pedagang elektronik, mainan, pakaian, dan perkakas rumah tangga turun lebih dari 60 persen.
Untuk mempertahankan usaha, para pedagang pasar menggunakan aplikasi pesan elektronik, e-dagang, dan usaha rintisan (start up), baik secara mandiri maupun difasilitasi oleh pemerintah serta perusahaan digital. Namun, belum semua pedagang bisa menjangkau dan memanfaatkan teknologi ini.
"Sosialisasi dan gerak masif pemangku kepentingan terkait, terutama pemerintah daerah dan pengelola pasar tradisonal, sangat kami harapkan," tuturnya.
Berbeda dengan Nyimas, Titik Suwarno (53), pedagang daging sapi di Pasar Modern BSD, Tangerang Selatan, Banten, memanfaatkan aplikasi Titipku. Aplikasi ini memiliki fitur Belanja Pasar yang akan merekomendasikan pasar terdekat dari area pengguna. Di Pasar modern BSD saja terdapat 46 mitra pedagang yang memiliki lapak di aplikasi Titipku. Pada aplikasi ini, setiap lapak diberikan keterangan jenis barang dagangan dan nama pedagang.
Menurut Titik, aplikasi tersebut dapat menopang penjualannya ketika PPKM Darurat mengurangi jumlah pelanggan yang mengunjungi pasar. Meski jumlah pengunjung di Pasar Modern BSD dibatasi pengelola, Titik rata-rata tetap mampu menjual daging sapi sekitar 40 kg-50 kg per hari.
“Harga yang tertera pada aplikasi yang dilihat pelanggan adalah harga asli di pasar. Lantaran pelanggan bisa belanja lewat aplikasi dan pesanan diantar ke rumah langsung, omzet kami tetap terjaga meskipun pengunjung pasar menurun,” ujar Titik.
Berbagai aplikasi terbukti telah menjembatani pedagang pasar tradisional dengan konsumen. Beberapa yang dikembangkan antara lain Pasarmu.id di Cirebon, Jawa Barat; E-pasar di Malang, Jawa Timur; dan Tangerang LIVE di Kota Tangerang, Banten. Whatsapp bersama Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah juga bekerja sama menggulirkan program Pasar JuWAra.
Esther Samboh, Manajer Kebijakan Publik WhatsApp untuk Indonesia, menyatakan, sejak April 2021 hingga kini, Whatsapp telah memberikan pelatihan Whatsapp Bisnis kepada 1.130 pedagang di 66 pasar di 25 kota di Indonesia. Aplikasi ini bisa membantu mereka meningkatkan penjualan secara daring dan memudahkan komunikasi langsung dengan pelanggan tanpa harus bergantung pada kedatangan pembeli ke pasar.
Baca juga:
- Belanja di Pasar Tradisional, Manfaatkan Aplikasi Daring dan Pesan Elektronik
- Omzet Ritel Modern dan Pasar Tradisional Makin Tergerus
Project Leader UKMIndonesia.id. Dewi Meisari menambahkan, berdasarkan survei Whatsapp dan UKM Indonesia sebanyak 97 persen partisipan program itu ingin terus menggunakan WhatsApp Bisnis. Adapun 75 persen menyatakan berhasil menerima pesanan melalui WhatsApp Bisnis.
"Sementara 20,9 persen mengalami peningkatan penjualan, bahkan melebihi jumlah penjualan harian sebelum pandemi," kata Dewi.
Ia juga mengakui mendampingi pedagang tidak mudah lantaran harus menyesuaikan dengan kesibukan berdagang. Di sisi lain, masih banyak pedagang yang terbiasa dengan penjualan luring, sehingga agak enggan ketika diperkenalkan tentang penjualan daring.
Sebanyak 97 persen partisipan program itu ingin terus menggunakan WhatsApp Bisnis. Adapun 75 persen berhasil menerima pesanan melalui WhatsApp Bisnis dan 20,9 persen mengalami peningkatan penjualan.
Adapun Co-Founder dan Marketing Manager Titipku Faradhita Delicia mengatakan, layanannya mengalami lonjakan transaksi di masa periode PPKM Darurat hingga 400 persen atau lima kali lipat dibanding sebelum penerapan kebijakan pembatasan tersebut.
Jangkauan wilayah layanan Titipku kini meliputi Jabodetabek, Yogyakarta, Solo, dan Bali. Mulai meluncur pada 2017 lalu, Titipku kini sudah memiliki 116.000 mitra pedagang dan UMKM yang tergabung dan 115.000 pengguna.
Baca juga:
- Pasar Tradisional, Setahun Lebih Mengarungi Pandemi
- Tutur Visual: Siapkah Pasar Tradisional Terapkan Normal Baru?
Tukang sayur
Tak hanya pedagang pasar, PPKM darurat turut mempersempit ruang pertemuan antara tukang sayur keliling dengan pemasoknya. Kendati begitu, mereka tetap bisa berdagang dengan mengandalkan teknologi dalam memperoleh pasokan.
Sumarto (45), pedagang sayur di Bintaro, Banten, bisa tetap berjualan selama PPKM darurat karena mendapatkan pasokan dari Kedai Sayur. Ia mengaku senang bisa bermitra dengan Kedai Sayur di tengah sulitnya mendapatkan pasokan sayur dan pembeli yang banyak beralih ke belanja daring, karena penutupan jalan di perumahan.
"Saya berharap harga suplai dari Kedai Sayur dapat lebih murah dengan kualitas produk yang semakin baik," ujarnya saat dihubungi, Sabtu (10/7/2021).
CEO Kedai Sayur Indonesia Adrian Hernanto mengatakan, jumlah permintaan Kedai Sayur melonjak empat kali lipat selama PPKM darurat dibandingkan dengan sebelum kebijakan tersebut diterapkan. Produk yang paling banyak dipesan antara lain sembako dan buah-buahan.
Jumlah permintaan Kedai Sayur melonjak empat kali lipat selama PPKM darurat dibandingkan dengan sebelum kebijakan tersebut diterapkan. Produk yang paling banyak dipesan antara lain sembako dan buah-buahan.
Sepanjang PPKM darurat, Kedai Sayur juga melakukan sejumlah inovasi yang berbeda dibandingkan periode sebelumnya. Misalnya, variasi produk yang ditawarkan meningkat 10 kali lipat dibandingkan tahun lalu.
"Kami juga menawarkan paket donasi bagi pelanggan untuk membantu masyarakat yang kurang beruntung," tuturnya.
Baca juga: ”Online Grocery” Bikin Petani Tetap Berdaya di Kala Pandemi
Hingga saat ini, terdapat 5.000 tukang sayur di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang bermitra dengan Kedai Sayur. Ekosistem dalam Kedai Sayur menjembatani produk pangan dari petani dengan tukang sayur. Tukang sayur dapat memperoleh pasokan dengan memesan melalui aplikasi. Pesanan itu diantarkan ke tukang sayur sebelum dia berjualan.
Adrian menilai, tukang sayur memegang peran penting dalam rantai pasok pangan karena mereka mengetahui secara persis preferensi produk dan tempat tinggal pelanggannya. "Pengantaran mereka bersifat hyperlocal logistics. Pada saat awal bergabung dengan Kedai Sayur, rata-rata pembelian mereka Rp 300.000-Rp 400.000 per hari ,sedangkan saat ini mencapai Rp 1 juta-Rp 1,5 juta per hari," ujarnya.
Di sisi lain, lanjut Adrian, PPKM Darurat turut menuntut peningkatan kapasitas mitra pemasok dalam memenuhi permintaan pelanggan. Untuk menghadapi tantangan itu, perusahaan menggandeng PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk atau BRI Agro dalam menyalurkan fasilitas modal kerja.
Dalam rangka memperkuat penyerapan di tingkat petani, Kedai Sayur juga mengembangkan pasar hilir. Selain memasok untuk tukang sayur, perseroan juga menyasar hotel, restoran, café, dan katering. Kedai Sayur juga membentuk KedaiMart, lokapasar pangan yang ditujukan ke konsumen secara langsung.
Baca juga: Pematuk Rezeki Itu Korona, Bukan Ayam