Kinerja Emiten Sektor Kesehatan Tetap Baik di Semester I-2021
Kinerja emiten-emiten sektor kesehatan tetap baik pada semester I-2021. Bisnis rumah sakit, laboratorium, farmasi, dan alat kesehatan menjadi sebagian bisnis yang menjanjikan di kala pandemi Covid-19.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kinerja emiten-emiten di sektor kesehatan Bursa Efek Indonesia tetap baik pada semester I-2021. Bisnis rumah sakit menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan di kala pandemi. Selain rumah sakit, beberapa emiten pada sektor kesehatan, seperti penyedia layanan laboratorium, distributor alat kesehatan, dan farmasi, sebagian membukukan kinerja keuangan yang baik.
Sektor kesehatan dicermati para analis dan investor karena terkait erat dengan situasi pandemi yang sedang terjadi. Emiten rumah sakit PT Siloam International Hospitals Tbk, misalnya, membukukan pendapatan yang naik 51,67 persen menjadi Rp 3,8 triliun pada paruh pertama tahun 2021.
Naiknya pendapatan tersebut ikut mendongkrak oleh laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp 291,54 miliar. Pada semester pertama tahun lalu, Siloam masih mencatatkan kerugian Rp 130,04 miliar.
Dari laporan keuangan yang dipublikasikan pada Kamis (29/7/2021) terlihat bahwa kenaikan pesat dibandingkan periode yang sama tahun 2020 ditopang oleh pendapatan dari rawat inap. Segmen rawat inap menyumbangkan pendapatan Rp 2,08 triliun atau naik 52,57 persen pada semester I-2021 dibandingkan dengan semester I-2020.
Segmen rawat inap berkontribusi 54,52 persen dari total pendapatan yang diperoleh Siloam. Sementara segmen rawat jalan berkontribusi 45,48 persen terhadap total pendapatan atau senilai Rp 1,73 triliun. Jumlah ini naik dari periode sama tahun lalu yang hanya Rp 1,15 triliun.
Pendapatan emiten rumah sakit lainnya, PT Medikaloka Hermina Tbk yang mengelola rumah sakit Hermina, juga naik hingga 61 persen menjadi Rp 1,58 triliun sepanjang paruh pertama tahun ini. Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga ikut naik signifikan 294,27 persen dari Rp 71,84 miliar menjadi Rp 283,25 miliar.
Serupa, emiten pengelola rumah sakit PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk yang mengelola rumah sakit Omni Hospital membalikkan kerugian menjadi keuntungan. Pendapatan meningkat 103,1 persen pada semester pertama ini menjadi Rp 438,11 miliar dari Rp 215,66 miliar. Tahun lalu, Sarana Meditama masih membukukan kerugian bersih sebesar Rp 47,44 milar dan menjadi laba bersih Rp 98,64 miliar pada semester pertama tahun ini.
Tren peningkatan kasus Covid-19 masih akan berlanjut dan mencapai puncak pada Juli-Agustus.
Analis Mirae Sekuritas Joshua Michael dalam risetnya memperkirakan tren peningkatan kasus Covid-19 masih akan berlanjut dan mencapai puncak pada Juli-Agustus sehingga bisa jadi juga kasus Covid-19 pada triwulan III-2021 akan sama dengan triwulan II-2021.
”Kasus Covid diperkirakan akan mereda pada kuartal keempat 2021,” katanya. Tingkat okupansi tempat tidur yang melonjak ketika pandemi mendorong kenaikan pendapatan dari pengelola rumah sakit.
Produsen jamu
Tidak hanya emiten rumah sakit, emiten produsen jamu yang juga masuk ke dalam sektor kesehatan, yaitu PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, membukukan penjualan yang tumbuh 13,36 persen menjadi Rp 1,65 triliun. Setengah tahun ini, labanya naik 21,32 persen menjadi Rp 502 miliar.
Laporan keuangan dari emiten rumah sakit lain, seperti PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk, juga perusahaan distribusi alat kesehatan PT PT Itama Ranoraya Tbk, juga diperkirakan baik.Tim analis dari RHB Sekuritas menyebutkan, di tengah ketidakpasitan, bisnis rumah sakit yang bertahan akan mendukung pertumbuhan.
”Pengelola rumah sakit seperti Mitra Keluarga akan mendapatkan keuntungan dari pasien Covid-19 sehingga akan membuat laba pada 2021,” demikian riset mereka.