Puluhan Hektar Tanaman Jambu Mete di Lereng Gunung Sirung Alor Bakal Gagal Panen
Puluhan hektar tanaman jambu mete yang sedang berbunga di lereng Gunung Sirung dengan status Waspada mengalami kerusakan karena tanaman kering akibat terjangan abu vulkanik.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KALABAHI, KOMPAS — Puluhan hektar tanaman jambu mete di lereng Gunung Sirung, yang sedang dalam status Waspada, mengalami kerusakan. Tanaman yang sedang berbunga itu berguguran dan kekeringan, diduga akibat abu vulkanik dari gunung itu. Masyarakat setempat masih melakukan aktivitas di sekitar gunung seperti biasa.
Camat Pantar Tengah Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Manoak Bolingsau, di Kalabahi, Rabu (28/7/2021), mengatakan, setelah mendapatkan informasi dari Bupati Alor soal kenaikan status Gunung Sirung di Kecamatan Pantar Tengah, dari level Normal menjadi level Waspada, ia bersama staf dan 10 kepala desa dan lurah di sekitar lereng gunung itu langsung melakukan pertemuan.
Laporan dari para kepala desa terutama lima desa di sekitar lereng gunung itu menyebutkan, masyarakat masih melakukan aktivitas seperti biasa di sekitar gunung itu.
Sampai sekarang belum ada aktivitas Sirung yang terpantau dengan mata telanjang dari jauh. Kelihatan situasi di puncak gunung masih tetap normal. Hanya ada laporan dari masyarakat bahwa tanaman jambu mete sekitar 25 hektar di sekitar gunung Siring mengalami kerusakan, yakni bunga dan buah jambu itu menjadi hitam, kering, dan berguguran. ”Tamanan ini bakal gagal panen tahun ini. Padahal, jambu mete menjadi andalan warga di kecamatan itu,” kata Bolingsau.
Bolingsau bersama tim telah memantau kondisi lereng gunung itu pada jarak 1,5 km, termasuk kondisi puncak gunung dengan alat teleskop, tetapi belum tampak awan vulkanik. Kondisi cuaca di puncak gunung dengan ketinggian 862 mdpl itu masih tampak cerah.
Letusan terakhir Gunung Sirung terjadi pada 8 dan 12 Mei 2012. Letusan itu bersifat freatik yang dipicu oleh interaksi antara uap magma dan sistem hidrotermal. Saat itu aktivitas erupsi didominasi lontaran abu vulkanik dan lumpur. Tingkat gunung api Sirung pun berada pada level Normal sejak 7 September 2012 sampai Rabu (21/7/2021) dan menjadi level Waspada sampai hari ini.
Kurangi aktivitas di sekitar lereng gunung, dan tetap mengikuti perkembangan status gunung itu dan siap-siap jika ada permintaan dari pemerintah untuk segera mengungsi. (Manoak Bolingsau)
Bolingsau mengatakan telah bertemu sejumlah warga Desa Mauta sekitar 3 km dari kawang Gunung Sirung. Desa ini paling dekat dengan kawah gunung. Mereka mengaku masih aman, dan tidak akan mengungsi sebelum status gunung itu naik ke level Siaga atau Level IV. Kepala desa setempat tetap mengingatkan 432 warga di desa itu agar tetap waspada.
”Saya telah bertemu dengan aparat Desa Mauta dan perwakilan tokoh masyarakat di desa itu, meminta mereka agar tetap waspada. Kurangi aktivitas di sekitar lereng gunung, dan tetap mengikuti perkembangan status gunung itu dan siap-siap jika ada permintaan dari pemerintah untuk segera mengungsi,” katanya.
Meski demikian, warga tetap diingatkan agar tidak melakukan aktivitas di sekitar 1,5 km dari kawah Gunung Sirung. Selain ancaman abu vulkanik, juga ada potensi ancaman gas vulkanik beracun seperti CO2,CO, dan SO2 di daerah puncak kawah. Potensi hujan abu dapat melanda wilayah yang jangkauan dan arah penyebarannya bergantung pada arah dan kecepatan angin.
Data pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi, antara lain, menyebutkan, secara visual terjadi aktivitas peningkatkan Gunung Sirung meskipun secara kegempaan belum teramati peningkatan signifikan. Peningkatan aktivitas gunung yang terjadi berupa emisi gas dan abu bertekanan lemah-sedang.
Ketua KNPI Alor Johanis Atamai meminta memastikan kondisi Gunung Sirung saat ini, setelah dinyatakan naik status Waspada sejak 21 Juli 2021. Jika kondisi gunung itu sudah redah, kembali ke status Normal tetap disampaikan, atau masih dalam status Waspada juga disampaikan.
”Intinya masyarakat setempat harus tetap mendapatkan informasi rutin mengenai kondisi aktivitas gunung itu. Jika ada pembaruan informasi, mereka dapat beraktivitas dengan aman termasuk merencanakan suatu kegiatan di sekitar lereng gunung,” kata Atamai.
Ketua DPRD Alor Enny Anggrek mengatakan, potensi bahaya abu vulkanik dapat menyebabkan gangguan saluran pernapasan akut sehingga warga diwajibkan menyediakan masker penutup hidung dan mulut. Juga perlu, disiapkan perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
Masyarakat dan pengambil kebijakan di daerah itu dianjurkan dapat memantau perkembangan Gunung Sirung setiap saat melalui aplikasi Magma Indonesia dengan membuka situs web milik stasiun vulkanologi. Semua pihak tidak boleh menyebarkan berita bohong atau hoaks terkait aktivitas Gunung Sirung.
”Saat masa pandemi Covid-19 seperti ini, masyarakat jangan diperburuk dengan informasi menyesatkan terkait aktivitas Gunung Sirung. Kita berharap yang terbaik bagi 10.017 jiwa yang berdiam di Kecamatan Pantar Tengah, atau di keliling lereng Gunung Sirung. Warga 10 desa termasuk fasilitas umum, seperti gedung sekolah dan rumah ibadat, diminta tetap waspada,” kata Anggrek.