Produk 194 Desa Sejahtera Astra Tembus Pasar Ekspor
Sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di 194 desa berhasil melakukan inovasi untuk menghasilkan produk berkualitas ekspor. Sebanyak 74 produk binaan program Desa Sejahtera Astra siap menembus pasar ekspor.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di 194 desa berhasil melakukan inovasi dan menghasilkan berbagai produk melalui program Desa Sejahtera Astra. Dari desa-desa tersebut, 74 produk lokal berhasil menembus pasar ekspor.
Di tengah pandemi Covid-19 yang berdampak bagi gerak perekonomian, terobosan diperlukan untuk membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar usaha dapat bertahan. Harapannya, mereka bisa tetap berkontribusi dalam pemulihan ekonomi dan membuka lapangan kerja. Saat permintaan pasar domestik melemah, salah satu terobosan yang ditempuh pelaku usaha adalah mencari pasar baru di luar negeri melalui ekspor.
Mustofa, Ketua Kelompok Tani Desa Sejahtera Astra (DSA) Al Barokah Susukan, dalam Festival Kewirausahaan bertema ”Melaju Bersama Produk Anak Bangsa” yang digelar Grup Astra bersama tiga kementerian, di Jakarta, Rabu (28/7/2021), mengatakan, ”Masuknya Astra ke desa kami telah memberikan dampak positif. Astra memberikan jalan untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan. Selain pendapatan meningkat, target pasar juga meluas.”
Festival yang digelar secara virtual ini dihadiri Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, serta Direktur Jenderal Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PEID) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Harlina Sulistyorini.
Saat ini, kata Mustofa, jumlah desa yang terjangkau program DSA bertambah. Awalnya hanya empat desa, kini berkembang menjadi 20 desa. DSA Al Barokah Susukan, Semarang, telah mampu mengekspor beras organik 15 ton per bulan dengan tujuan pasar ekspor di Jordania dan Qatar.
Dari data Grup Astra, 20 desa yang tergabung dalam DSA Indragiri Hilir, Riau, mampu mengekspor rata-rata 26 ton kopra per bulan dengan tujuan India, Pakistan, dan Uni Emirat Arab. Selain itu, 20 desa yang tergabung dalam DSA Kendal, Jawa Tengah, mengekspor minyak esensial 10 ton per bulan dengan tujuan Amerika Serikat, China, Belgia, Perancis, dan El Salvador.
Dari timur Indonesia, DSA Lombok dan Bima mengekspor 2.000 potong sorgum olahan dengan tujuan Taiwan dan Asia Tenggara serta DSA Buton yang mengekspor 20 ton buah mete dengan tujuan Vietnam. Kisah itu adalah sebagian dari cerita sukses dari 74 produk yang telah diekspor oleh pelaku UMKM di 194 DSA. Hingga pertengahan 2021, nilai transaksi produk ekspor tersebut mencapai Rp 3,4 miliar.
Menurut Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, rasio kewirausahaan Indonesia saat ini masih 3,47 persen. Jika dibandingkan dengan rasio negara-negara di ASEAN, Indonesia masih tertinggal. Rasio di Thailand, misalnya, mencapai 4,26 persen, sementara Malaysia 4,74 persen, Singapura 8,76 persen, dan negara maju lain 12 persen.
”Untuk menjadi negara maju diperlukan rasio kewirausahaan paling tidak 4 persen. Guna mencapai target minimum rasio itu dibutuhkan dukungan dari seluruh stakeholders melalui sinergi dan kolaborasi. Apresiasi setinggi-tingginya kepada Astra karena senantiasa hadir dan berdampingan terus dengan pemerintah dalam membina dan menumbuhkan UMKM,” kata Teten.
”Sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menurunkan angka kemiskinan di Indonesia dan dunia, Astra melalui implementasi pilar kontribusi sosial kewirausahaan telah menjalankan serangkaian program pendekatan yang meliputi kewirausahaan berbasis supply chain. Kami membina UMKM yang menjadi rantai pemasok Grup Astra di sejumlah daerah,” kata Direktur Astra Gita Tiffani.
Selain itu, lanjut Gita, pembinaan kewirausahaan juga dilakukan berbasis kawasan di sekitar instalasi perusahaan Grup Astra di seluruh Indonesia. Tak menutup peluang pula kewirausahaan berbasis komunitas yang tergabung dalam komunitas kewirausahaan binaan Astra.
Dalam kesempatan itu ditandatangani kerja sama ekspor antara Astra dan Kementerian Perdagangan terkait komitmen menyukseskan desa siap ekspor. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Didi Sumedi, Direktur KSPE Kementerian
Perdagangan Marolop Nainggolan, Chief of Corporate Affairs Astra Riza Deliansyah, serta Head of ESR Astra Diah Suran Febrianti. Penandatanganan disaksikan oleh Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga dan Direktur Astra Gita Tiffani Boer.
Guna memperluas jaringannya, Astra menambah 175 DSA dan 17 Kampung Berseri Astra (KBA) di lokasi binaan barunya sehingga secara keseluruhan kini bertambah menjadi 930 DSA dan 133 KBA. Jumlah itu tersebar di 142 kabupaten dan 34 provinsi. Komitmen Astra untuk membina lokasi baru diwujudkan melalui penandatanganan getting commitment oleh Direktur PEID Kemendes PDTT Harlina Sulistyorini dan Head of ESR Astra Diah Suran Febrianti bersama para bupati DSA baru dan perluasan.
Penambahan DSA dan KBA itu diharapkan bisa menambah jumlah UMKM serta penerima manfaat yang dibina oleh Astra. Hingga saat ini, Astra telah membina lebih dari 14.700 UMKM dengan masyarakat penerima manfaat mencapai lebih dari 195.900 orang.
Festival Kewirausahaan yang telah digelar selama empat tahun berturut-turut itu juga menghadirkan Innovation Talk dengan narasumber yang berbagi pengalaman. Mereka adalah content creator Jerome Polin, CEO Menantea Jehian Panangian Sijabat, Founder Komunitas Bisa Ekspor Julio, dan penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2016 bidang Kewirausahaan Ahmad Sobirin. Mereka berbagi cerita tentang dunia usaha yang digeluti dan upaya mempertahankan eksistensi usaha.