Realisasi Investasi Triwulan II-2021 Naik, Serapan Tenaga Kerja Meningkat
Realisasi investasi pada triwulan II-2021 sebesar Rp 223 triliun atau tumbuh 16,2 persen dibanding realisasi triwulan II-2020 sebesar Rp 191,9 triliun. Seiring dengan itu, serapan tenaga kerja meningkat 18,5 persen.
Oleh
Agnes Theodora
·4 menit baca
Kompas/AGUS SUSANTO
Aktivitas alat berat dalam proyek konstruksi pendirian pabrik otomotif di kawasan industri GICC, Desa Sukamukti, Kecamatan Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (13/8/2020). Pemerintah tengah gencar berburu investor, khususnya ke bidang berbasis padat karya untuk menekan dampak resesi.
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19 yang belum selesai, Indonesia mencatat pertumbuhan realisasi investasi sebesar 16,2 persen pada triwulan II-2021. Sejalan dengan kenaikan tren investasi itu, lapangan kerja yang tercipta pun ikut bertambah dan menyerap sebanyak 311.922 tenaga kerja.
Data terbaru Kementerian Investasi menunjukkan, realisasi investasi pada triwulan II-2021 itu senilai Rp 223 triliun. Capaian tersebut tumbuh 16,2 persen dibandingkan realisasi pada triwulan II-2020 sebesar Rp 191,9 triliun dan naik 1,5 persen dibandingkan capaian triwulan I-2021 sebesar Rp 219,7 triliun.
Investasi sepanjang periode April-Juni 2021 itu didominasi oleh penanaman modal asing (PMA) senilai Rp 116,8 triliun (52,4 persen) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 106,2 triliun (47,6 persen).
Seiring dengan tren kenaikan investasi itu, serapan tenaga kerja yang tercatat sebanyak 311.922 orang atau naik 18,5 persen dibanding triwulan II-2020. Saat itu, investasi yang masuk hanya bisa mempekerjakan 263.109 orang. Serapan tenaga kerja pada triwulan II-2021 ini juga lebih tinggi dari triwulan I-2021 yang sebanyak 311.793 orang atau ada kenaikan sebesar 0,04 persen.
Adapun sepanjang semester I-2021, realisasi investasi tercatat sebesar Rp 442,8 triliun. Jumlah tersebut mencapai 49,2 persen atau nyaris separuh dari target investasi tahun ini yang senilai Rp 900 triliun. Capaian semester I-2021 ini tumbuh 10 persen dibandingkan semester I-2020 yang realisasinya Rp 402,6 triliun.
Seiring dengan tren kenaikan investasi itu, serapan tenaga kerja yang tercatat sebanyak 311.922 orang atau naik 18,5 persen dibanding triwulan II-2020.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia saat menjelaskan capaian realisasi investasi pada triwulan II-2021 dengan perbandingan serapan tenaga kerja yang dihasilkan.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan, capaian positif investasi sepanjang enam bulan pertama di tahun 2021 ini menunjukkan, investor sudah semakin terbiasa dengan keadaan Covid-19. Pandemi tidak menghalangi investor untuk menanamkan modal dan melakukan ekspansi usaha di Indonesia.
”Investor di dalam dan luar negeri sudah terbiasa dengan keadaan Covid-19. Biasanya, jika ada perubahan kondisi, di awal-awal pengusaha akan bingung dan masih mencari solusi. Kondisi sekarang ini menunjukkan bahwa mereka sudah mulai melakukan penyesuaian,” kata Bahlil dalam telekonferensi pers, Selasa (27/7/2021), di Jakarta.
Ia menambahkan, pertumbuhan realisasi investasi itu otomatis meningkatkan serapan tenaga kerja sesuai dengan janji pemerintah bahwa penanaman modal di masa pandemi pasca berlakunya Undang-Undang Cipta Kerja akan dimaksimalkan untuk menciptakan lapangan kerja dan menekan angka pengangguran.
Capaian serapan tenaga kerja itu juga menjadi bukti bahwa realisasi investasi yang tinggi akan selaras dengan penciptaan lapangan kerja yang lebih banyak. Bahlil mengatakan, pemerintah memprioritaskan investasi yang masuk di sektor padat karya dibandingkan padat modal atau teknologi.
Pemerintah memprioritaskan investasi yang masuk di sektor padat karya dibandingkan padat modal atau teknologi.
Pekerja menyelesaikan pembangunan Jalan Tol Cengkareng-Batu Ceper-Cikunir di Jalan Daan Mogot, Batu Ceper, Kota Tangerang, Banten, Minggu (12/4/2020). Tol sepanjang 14,19 kilometer ini menelan biaya investasi sekitar Rp 3,5 triliun. Proyek infrastruktur, seperti pembangunan jalan, menjadi salah satu proyek yang masih terus berjalan di tengah pandemi Covid-19.
”Kalau pekerjaan itu bisa memakai tenaga manusia, jangan pakai mesin. Ini dapat kami pertanggungjawabkan karena semua berdasarkan laporan kinerja perusahaan yang disampaikan langsung ke kami. Proyeknya di mana, apa jenis investasinya, lokasinya di mana, semua data dapat dipertanggungjawabkan,” ujar Bahlil.
Dampak PPKM
Kendati demikian, Bahlil belum bisa memprediksi jika tren positif ini akan berlanjut hingga triwulan III-2021 mendatang. Sebab, sejak Juli 2021 Indonesia mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang berujung pada pengetatan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Ia mengakui, triwulan III-2021 tantangannya akan lebih besar. Oleh karena itu, diharapkan lonjakan kasus bisa mulai terkendali pada awal Agustus dan PPKM bisa perlahan dilonggarkan. ”Apakah pemerintah akan merevisi target? Sampai sekarang saya belum terpikir, beri kami waktu untuk bekerja,” katanya.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, optimisme dunia usaha memang sempat meningkat sebelum lonjakan kasus Covid-19 dan pengetatan PPKM akhir-akhir ini. Kendati demikian, ia menilai, prospek investasi pada triwulan III-2021 tidak akan terlalu buruk.
”Potensi PPKM darurat menekan investasi lebih kecil dibandingkan pengalaman tahun lalu karena kali ini kegiatan konstruksi adalah sektor kritikal yang masih dibolehkan 100 persen dan kita tahu investasi kita paling besar itu di sektor bangunan atau konstruksi,” kata Faisal.
Triwulan III-2021 tantangannya akan lebih besar. Oleh karena itu, diharapkan lonjakan kasus bisa mulai terkendali pada awal Agustus dan PPKM bisa perlahan dilonggarkan.
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan Pasar Senen Blok I dan Blok II di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Senin (28/6/2021). Dalam masa pengetatan PPKM mikro tempat konstruksi atau lokasi proyek pembangunan dapat beroperasi normal dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat.
Adapun penanaman modal sepanjang triwulan II-2021 paling banyak pada sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran senilai Rp 31,3 triliun (14 persen); industri logam dasar serta barang logam bukan mesin dan peralatannya senilai Rp 29,7 triliun (13,3 persen); transportasi, gudang, dan telekomunikasi Rp 27,9 triliun (12,5 persen); air Rp 24,1 triliun (10,8 persen); serta pertambangan Rp 20,3 triliun (9,1 persen).
Investasi dari Singapura mendominasi penanaman modal asing sepanjang triwulan II-2021 dengan nilai 2,1 miliar dollar AS atau 26,4 persen dari total PMA. Pada urutan kedua, investasi dari Hongkong tercatat senilai 1,4 miliar dollar AS atau 18,1 persen dari total PMA. Negara ketiga yang paling banyak menanamkan modal di Indonesia adalah Belanda dengan nilai 1,1 miliar dollar AS atau 13,8 persen dari total PMA.