Pengusaha Bantu Rp 2 Triliun untuk Warga Sumsel Terdampak Pandemi
Keluarga besar pengusaha almarhum Akidi Tio memberikan bantuan sebesar Rp 2 Triliun guna penanganan pandemi Covid-19 dari hulu hingga hilir di Sumsel.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS--Keluarga besar pengusaha almarhum Akidi Tio memberikan bantuan sebesar Rp 2 Triliun bagi warga yang terdampak pandemi di Sumsel. Rencananya, bantuan ini selain dialokasikan untuk kebutuhan masyarakat juga akan digunakan untuk penyediaan alat kesehatan guna mempercepat penanggulangan pandemi.
Bantuan disampaikan oleh dokter keluarga besar Akidi, Prof dr Hardi Darmawan di Mapolda Sumsel, Palembang, Senin (26/7/2021).
Hardi mengatakan Akidi sebenarnya adalah pengusaha asal Langsa, Aceh yang bergelut di berbagai bidang bisnis seperti kontraktor, pengusaha besi, dan kontainer. Namun dirinya memang pernah tinggal di Sumsel.
"Itulah yang membuat keluarga besar memiliki keterikatan yang kuat dengan warga Sumsel "Enam dari tujuh anaknya tinggal di Jakarta. Hanya satu yang masih tinggal di Palembang," ujar Hardi.
Sepeninggalan Akidi, keluarganya pun masih memberikan beragam bantuan untuk Sumsel. Rasa kepedulian itu diwarisi dari Akidi.
Dia selalu berpesan kepada anak hingga cicitnya untuk menyisihkan penghasilannya untuk orang yang membutuhkan. "Tidak hanya di Sumsel beberapa daerah juga mendapatkan bantuan" ucapnya.
Selain memberikan bantuan itu, keluarga besar Akidi juga kerap memberikan makanan gratis bagi warga Sumsel yang menjalani isolasi mandiri. Sebelum pandemi pun keluarga ini terus memberikan santunan ke sejumlah panti jompo di Sumsel.
Awalnya, Hardi hanya menerima telepon dari salah satu anak Akidi. Dia mengira itu merupakan panggilan dirinya sebagai seorang dokter keluarga. Namun, alangkah terkejutnya ia ketika keluarga menyampaikan niatnya untuk memberikan bantuan kepada warga Sumatera Selatan dengan nilai Rp 2 Triliun.
Dana tersebut diamanatkan pada Kapolda Sumsel Inspektur Jenderal Eko Indra Heri dan Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy. Kepercayaan itu diberikan karena Eko sudah mengenal keluarga ini saat bertugas di Aceh.
Nantinya, dana itu digunakan untuk menyelesaikan masalah pandemi dari hulu ke hilir mulai dari penyediaan kebutuhan hidup warga sampai penyediaan sarana kesehatan. "Harapannya, Sumsel bisa segera keluar dari situasi pandemi," ucap Hardi.
Dana itu digunakan untuk menyelesaikan masalah pandemi dari hulu ke hilir mulai dari penyediaan kebutuhan hidup warga sampai penyediaan sarana kesehatan. (Hardi Dharmawan)
Eko tidak mengira mendapat amanah sebesar ini. Dirinya akan segera menyalurkan amanah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. "Kami akan membentuk tim yang didalamnya juga terdapat beberapa ahli yang mengerti apa yang sedang dibutuhkan masyarakat Sumsel saat ini," ucap Eko.
Namun, melihat situasi saat ini, ujar Eko, kemungkinan dana tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan oksigen, obat-obatan, insetif bagi tenaga kesehatan, termasuk juga tempat isolasi bagi masyarakat."Saya harus berkomunikasi dengan para ahli karena saya hanya sekadar makelar kebaikan saja," ujar Eko. Dia berharap banyak orang sukses yang asal Sumsel juga melakukan hal serupa.
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy menyampaikan kemungkinan bantuan ini akan digunakan untuk mempercepat proses pemeriksaan dan pemulihan pasien, baik dengan menambah jumlah laboratorium reaksi berantai polimerase (PCR) dan ruang unit gawat darurat. Saat ini Sumsel memiliki 15 laboratorium dengan kapasitas 2.000 sampel per hari. "Untuk mempercepat pemeriksaan, tentu penambahan kapasitas sangat diperlukan," ujarnya.
Kemungkinan lain, bantuan ini juga digunakan untuk menyediakan alat transportasi untuk mengantar oksigen di beberapa tempat. Ketersediaan transportasi distribusi oksigen memang masih terkendala walaupun sumbernya terbilang melimpah di Sumsel. Per hari Sumsel bisa menghasilkan setidaknya 33 ton oksigen medis.
Sebelumnya, Kepala Dinas Sosial Sumatera Selatan Mirwansyah mengatakan diperkirakan ada sekitar 800.000 keluarga di Sumsel yang terdampak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM. Mereka berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah atau mereka yang terpaksa dirumahkan karena terdampak PPKM.