Ekosistem Digital Dorong Penyaluran Kredit Bank Jago
Strategi dengan menggandeng banyak perusahaan teknologi finansial mendongkrak penyaluran kredit PT Bank Jago Tbk, salah satu bank digital di Indonesia.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Strategi dengan menggandeng banyak perusahaan teknologi finansial mendongkrak penyaluran kredit PT Bank Jago Tbk, salah satu bank digital di Indonesia. Bank Jago akan terus memperluas ekosistem digital untuk mendorong kinerja.
Hingga akhir semester I-2021, posisi kredit Bank Jago Rp 2,17 triliun, tumbuh 695 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau tumbuh 139 persen dibandingkan awal tahun ini.
”Dari sisi nominal memang belum besar karena kami baru memulai ekspansi setelah right issue kedua pada April lalu. Namun, kami tetap bersyukur, selama pandemi, kami masih bisa mengoptimalkan fungsi intermediasi dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian,” ujar Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar, Senin (26/7/2021).
Pada April lalu, Bank Jago menawarkan saham baru atau right issue sebanyak 3 miliar saham baru dengan harga Rp 2.350 per saham. Dari pelaksanaan rights issue, Bank Jago mendapatkan dana Rp 7,05 triliun.
Direktur Kepatuhan Bank Jago Tjit Siat Fun menjelaskan, penyaluran kredit didorong luasnya ekosistem digital Bank Jago. Dalam menyalurkan pembiayaan, Bank Jago melakukan kerja sama dengan perusahaan teknologi finansial pinjaman antarpihak, multifinance, dan ekosistem bisnis dari suatu perusahaan.
Adapun perusahaan yang sudah bermitra dengan Bank Jago antara lain Akseleran, Adakami, Logisly, dan BFI Finance. Dalam menyalurkan pembiayaan kepada konsumen, para mitra juga menggunakan platform digital.
Pada Juli 2021, Bank Jago bekerja sama dengan dua perusahaan teknologi untuk memperluas cakupan ekosistem digitalnya. Pada 5 Juli lalu, Bank Jago bekerja sama dengan perusahaan agen penjual reksa dana (APERD) online, yakni Bibit. Kemudian pada 22 Juli, Jago mengintegrasikan sistemnya dengan aplikasi Gojek.
”Sejak awal, kami memosisikan diri sebagai bank teknologi yang tertanam dalam ekosistem, melayani segmen mass market dan ritel dengan menggunakan teknologi. Pertumbuhan kredit mencerminkan tingkat akseptasi publik terhadap bisnis model kami,” ujar Siat Fun.
Pertumbuhan kredit membuat pendapatan bunga naik 289 persen secara tahunan. Adapun pendapatan bunga bersih tumbuh sebesar 423 persen menjadi Rp 139 miliar pada semester I-2021.
Kendati demikian, Bank Jago tetap mencatat kerugian Rp 46,7 miliar. Menurut Kharim, sebagai bank teknologi yang tengah berkembang, pihaknya terus mengalokasikan belanja modal untuk investasi teknologi informasi, pengembangan aplikasi, dan perekrutan talenta baru. Hal ini membuat biaya operasional meningkat 135 persen menjadi Rp 183 miliar. Kenaikan biaya operasional ini berdampak pada meruginya Bank Jago.
”Jadi, kinerja laba kami belum positif karena faktor investasi. Kami menilai hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar dan masih sejalan dengan perencanaan awal. Investasi ini tentu akan bisa dinikmati hasilnya di masa mendatang,” kata Kharim.
Head Of Center of Innovation and Digital Econony dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menjelaskan, perluasan ekosistem digital merupakan salah satu upaya yang dilakukan bank digital dan perusahaan teknologi finansial untuk berupaya memenangi persaingan.
”Semakin perusahaan itu masuk dalam pusaran ekosistem digital yang lebih luas, dia bisa menjangkau lebih banyak nasabah dan memberikan layanan keuangan perbankan yang lebih beragam,” ujar Nailul.