Christianto Wibisono, pemikir ekonomi yang pernah jadi anggota Komite Ekonomi Nasional era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, direncanakan akan dikremasi, Sabtu (24/7/2021) besok, di Taman Kenangan Lestari, Karawang.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Christianto Wibisono, pemikir ekonomi yang pernah menjadi anggota Komite Ekonomi Nasional era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, direncanakan akan dikremasi pada Sabtu (24/7/2021) di Taman Kenangan Lestari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sebelum dikremasi, jenazah Chis, begitu panggilan akrab para koleganya, disemayamkan di Rumah Duka Sitanala, Tangerang, Banten.
Christianto Wibisono meninggal dunia di RS Medistra, Jakarta, Kamis (22/7/2021) pukul 17.05. Dalam pesan berantai melalui Whatsapp, Jumat ini, tertulis undangan ibadah pelepasan jenazah yang akan digelar di Rumah Duka Sitanala pada Sabtu pukul 09.00. Pesan itu juga memberikan catatan tertulis: ”Dikarenakan Covid-19 protocol, kami mengundang partisipasi hanya via Zoom.”
Dari Washington DC, Amerika Serikat, Mari Elka Pangestu, Menteri Perdagangan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang kini menjabat Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan untuk Bank Dunia, kepada Kompas di Jakarta, Kamis (22/7/2021) tengah malam, menyampaikan rasa dukanya yang sangat mendalam.
Sampai-sampai, saat mendengar kabar duka kematian Chris, Mari hanya menuliskan kesan singkat soal kesedihannya. Namun, malam harinya, kesan sedikit panjang kembali disampaikannya. Banyak cerita kebersamaan yang ingin disampaikannya.
”Selamat jalan, sahabatku Chris…. Kami seperjuangan dari saat saya baru kembali dari kuliah sebagai seorang ekonom, ikut serta di berbagai pembahasan dan seminar mengenai ekonomi dan bisnis di Indonesia,” ujar Mari.
Chris, kata Mari, selalu provokatif, kritis, dan tajam, yang membuat semua diskusi menjadi hidup.
Mereka sering berdiskusi. Dan, Chris hobi sekali menantang dengan pandangan yang berbeda. Salah satu memori yang melekat adalah saat mereka bersamaan berada di situasi tragedi Trisakti bulan Mei 1998.
”Kami lagi bersama di satu seminar di Universitas Tarumanagara dan bisa menyaksikan kejadian dari jendela ruangan. Kami memang segera pulang dan tentu Mei 1998 mengubah hidup kita, termasuk secara langsung terhadap Pak Chris pribadi, dan juga transformasi negara kita,” ujar Mari.
Chris memang sempat tinggal di Amerika Serikat, tetapi akhirnya kembali ke Tanah Air dan kembali berkiprah di Indonesia. Mari menuturkan, belakangan ini mereka banyak berdiskusi lagi, antara lain mengenai kontribusi masyarakat minoritas untuk negara.
Pada akhirnya, kata Mari, Chris mempunyai kecintaan sangat besar kepada tanah airnya dan semua masukan, pujian, ataupun kritik diajukan demi kemajuan negara Indonesia. ”Saya akan kehilangan salah satu teman berdebat dan bertukar pikiran. Rest in peace, Chris,” ujar Mari mengakhiri kesannya.
Secara terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J Supit mengatakan, Christianto Wibisono adalah seorang patriotik dan mempunyai semangat juang yang sangat tinggi. Kecintaannya kepada tanah air adalah dengan berjuang sesuai talentanya di bidang kewartawanan.
Memang, kata Anton, Chris mulai menempa kekritisan pola pikirnya dari koran mahasiswa. Kemudian, seiring berjalannya waktu, dia terlibat dalam majalah Ekspres yang akhirnya dibredel. Kemudian, ia ikut mendirikan majalah Tempo.
”Chris tidak pernah diam. Dan terakhir setelah melihat perkembangan politik yang menurut dia tidak seideal yang diharapkannya, Chris ingin terjun langsung melalui partai politik yang dia harapkan akan menjadi partai yang ideal, yaitu Partai Solidaritas Indonesia. Tapi sayangnya, karena alasan kesehatan, Chris tidak bisa mencalonkan diri untuk melangkah menjadi anggota DPR,” ujar Anton.