Sektor Keuangan Syariah Berpotensi Jadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kalsel
Ekonomi dan keuangan syariah masih sangat berpotensi dikembangkan di Kalimantan Selatan. Sosialisasi dan diseminasi perlu lebih gencar agar ekonomi dan keuangan syariah bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Ekonomi dan keuangan syariah masih sangat berpotensi dikembangkan di Kalimantan Selatan serta menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Di tengah kondisi pandemi Covid-19, kinerja ekonomi syariah secara umum tumbuh lebih baik jika dibandingkan dengan perekonomian nasional.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel Amanlison Sembiring mengatakan, pandemi Covid-19 memberikan tantangan yang luar biasa bagi perekonomian Indonesia dan dunia. Pandemi membuat ekonomi di banyak negara terkontraksi serta mengganggu rantai pasok global. Banyak negara kemudian mengoptimalkan potensi ekonomi yang dimilikinya melalui transformasi ekonomi.
Transformasi ekonomi dapat memperkuat struktur perekonomian nasional untuk tumbuh tinggi dan berkelanjutan melalui penguatan sektor unggulan, termasuk pengembangan ekonomi dan keuangan syariah sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. Di tengah implementasi bauran kebijakan nasional akibat pandemi Covid-19, kinerja ekonomi syariah secara umum tumbuh lebih baik.
Jika diwakili oleh sektor prioritas dalam pengembangan ekosistem halal value chains, yaitu sektor pertanian, makanan halal, mode Muslim, dan pariwisata ramah Muslim, kontraksi ekonomi syariah Indonesia pada 2020 minus 1,72 persen (tahun ke tahun/yoy), tidak sedalam ekonomi nasional yang mencapai minus 2,07 persen (yoy).
”Saat ini, meskipun sudah ada peningkatan terkait dengan pembiayaan syariah, nilainya masih jauh dari yang diharapkan kalau melihat komposisi penduduk yang mayoritas Muslim, khususnya juga di Kalsel. Jadi, masih perlu ditingkatkan,” kata Amanlison pada pembukaan kegiatan Sharia Fair melalui pameran UMKM dan Pondok Pesantren di Atrium Duta Mall, Banjarmasin, Jumat (23/7/2021).
Menurut Amanlison, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel menggelar Sharia Fair di Banjarmasin pada 23-24 Juli 2021 sebagai bentuk implementasi program ekonomi syariah Bank Indonesia di Kawasan Timur Indonesia yang mendukung pilar penguatan riset, asesmen, dan edukasi.
Saat ini, meskipun sudah ada peningkatan terkait dengan pembiayaan syariah, nilainya masih jauh dari yang diharapkan kalau melihat komposisi penduduk yang mayoritas Muslim, khususnya juga di Kalsel.
Di samping itu, Sharia Fair kali ini juga dalam rangka menyemarakkan kegiatan ”Road to Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) Kawasan Timur Indonesia (KTI) 2021” yang akan berlangsung di Gorontalo pada 27 Juli hingga 3 Agustus 2021.
”Melalui kegiatan Road to Fesyar KTI 2021, kami berharap dapat mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di Kalsel sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru,” ujarnya.
Sharia Fair di Banjarmasin digelar secara terbatas dan hanya diikuti UMKM unggulan Kalsel yang telah lulus kurasi Industri Kreatif Syariah Indonesia (IKRA), di antaranya adalah Duan Sasirangan, Geliat Tenun Pagatan, Refa Gallery, Casheila Creative, dan Kukis Talipuk Wadaikoe.
”Dua UMKM unggulan di antaranya, yaitu Refa Gallery dan Kukis Talipuk Wadaikoe, telah lulus kurasi untuk mengikuti pameran di Singapura dalam kegiatan Program Akselerasi UMKM Berorientasi Ekspor (Pamor Borneo) pada 28 Juli-18 Agustus 2021,” kata Amanlison.
Lebih gencar
Penjabat Gubernur Kalsel Safrizal ZA mengatakan, perkembangan ekonomi dan keuangan syariah memang cukup luar biasa. Untuk itu, sosialisasi dan diseminasi tentang ekonomi dan keuangan syariah harus lebih gencar lagi. Dengan semakin banyak masyarakat memahaminya, pertumbuhannya juga akan terus meningkat.
”Fesyar ini tentu saja untuk mendorong ekonomi dan keuangan syariah agar terus maju dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, secara khusus di Kalsel,” ujarnya.
Menurut Safrizal, ekonomi dan keuangan syariah bisa maju pesat karena prinsip-prinsip syariah terbilang mudah dan sesuai dengan prinsip mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam. Prinsipnya adalah kesejahteraan bersama.
”Dengan mendorong ekonomi dan keuangan syariah, terutama bagi Kalsel yang masyarakatnya sangat religius, diharapkan ekonomi Kalsel dapat terus berjalan dan tumbuh, baik pada level usaha besar maupun pada UMKM yang memiliki pangsa pasar terbesar,” tuturnya.
Safrizal pun berharap pertumbuhan ekonomi Kalsel pada triwulan II-2021 dan seterusnya tidak lagi minus, tetapi sudah bisa positif. Pada triwulan I-2021 pertumbuhan ekonomi Kalsel masih minus 1,25 persen (yoy). ”Mudah-mudahan ekonomi dan keuangan syariah ini akan memperkuat ekonomi Kalsel sehingga tumbuh positif,” ucapnya.