Bank Digital Terus Berinovasi untuk Memenangi Persaingan
Transaksi perbankan digital menunjukkan tren yang meningkat. Perbankan digital terus berinovasi dalam hal kemudahan pelayanan nasabah untuk dapat bertahan di tengah ketatnya persaingan di sektor ini.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank-bank digital semakin bergerak cepat menjalankan siasat bisnis. Mereka terus berinovasi memperluas layanan keuangan, memperkuat ekosistem digital, hingga rencana untuk menambah permodalan dengan melantai di bursa saham. Strategi ini ditempuh demi memenangi kompetisi perbankan digital yang kian ketat.
Consumer Banking Director PT Bank DBS Indonesia Rudy Tanjung menjelaskan, pihaknya terus berinovasi memberikan berbagai layanan di aplikasi Digibank by DBS. Inovasi terbaru dari DBS Indonesia adalah penerbitan produk Digibank Reksa Dana.
”Produk investasi terkini yang kami hadirkan di aplikasi Digibank by DBS adalah Digibank Reksa Dana dengan proses end-to-end yang fleksibel mulai dari registrasi SID (single investor identification) hingga transaksi beli, jual, dan switching. Hal ini untuk mendukung nasabah dalam menangkap peluang dan mengoptimalisasi portofolio investasinya 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu,” ujar Rudy, Jumat (23/7/2021).
Kehadiran Digibank Reksa Dana melengkapi rangkaian inovasi digital yang telah dimiliki aplikasi Digibank by DBS. Berbagai inovasi tersebut untuk memudahkan nasabah dalam melakukan segala bentuk kegiatan finansial secara digital, mulai dari transfer valas, penempatan deposito, hingga investasi obligasi.
Berbagai inovasi tersebut untuk memudahkan nasabah dalam melakukan segala bentuk kegiatan finansial secara digital, mulai dari transfer valas, penempatan deposito, hingga investasi obligasi.
Berdasarkan studi internal Bank DBS Indonesia mengenai penetrasi aktivitas secara daring pada 2021, dari total seluruh responden yang masuk dalam segmen nasabah prioritas, 83 persen menunjukkan preferensi transaksi daring.
”Hal ini sudah disikapi sejak awal oleh DBS yang mana transformasi digital merupakan salah satu fokus berkelanjutan agar nasabah dapat live more, bank less,” ucap Rudy.
Bank digital lainnya, yakni PT Bank Jago Tbk, juga melakukan manuver bisnis dengan memperkuat posisinya di ekosistem digital melalui sinergi dengan Gojek. Nasabah Bank Jago bisa menggunakan fitur Kantong Jago untuk pembayaran nontunai atau bertransaksi di aplikasi Gojek.
Setelah resmi berinvestasi di Bank Jago pada Desember 2020, Gojek memperkenalkan tahap awal kolaborasi dengan Bank Jago. Pada tahap ini, nasabah dapat menggunakan Kantong Jago sebagai sumber dana untuk membayar berbagai layanan, seperti transportasi, makanan, dan tagihan di aplikasi Gojek.
Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita menjelaskan, integrasi tahap awal dengan aplikasi Jago semakin melengkapi opsi pembayaran nontunai yang tersedia di aplikasi Gojek. Nasabah Bank Jago semakin mudah bertransaksi tanpa perlu top-up saldo karena setiap transaksi akan langsung memotong dana nasabah di Kantong Jago yang terhubung dengan aplikasi Gojek.
Nasabah Bank Jago semakin mudah bertransaksi tanpa perlu top-up saldo karena setiap transaksi akan langsung mendebet sumber dana di Kantong Jago yang terhubung dengan aplikasi Gojek.
”Kemitraan ini akan terus menghadirkan berbagai inovasi dan kemudahan dalam layanan keuangan digital ke depannya. Salah satunya adalah pembukaan akun Bank Jago yang akan bisa dilakukan langsung dari aplikasi Gojek,” kata Nila.
Direktur Kepatuhan dan Sekretaris Perusahaan Bank Jago Tjit Siat Fun menambahkan, integrasi fase awal dua aplikasi ini akan memberikan banyak manfaat sekaligus pengalaman baru bagi nasabah dalam bertransaksi. Selain menghemat waktu dan biaya untuk top-up saldo, integrasi Kantong Jago dengan aplikasi Gojek juga mendisiplinkan nasabah dalam mengatur keuangan.
”Aplikasi Jago memungkinkan nasabah memiliki banyak kantong untuk tujuan berbeda-beda, seperti kantong untuk dana liburan, investasi, pendidikan, dan belanja. Nasabah juga bisa membuat satu kantong khusus yang terhubung dengan Gojek sehingga tidak bercampur aduk dengan sumber dana untuk tujuan lainnya,” tutur Siat Fun.
Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk memiliki keinginan untuk membawa anak usaha bank digital mereka, PT Bank Digital BCA, melantai di bursa. President Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan, pihaknya memang berkeinginan untuk menambah permodalan lewat penawaran umum saham perdana (IPO) di bursa. Meski demikian, pihaknya tidak ingin terburu-buru merealisasikan rencana itu.
”Saya pikir BCA Digital ini, kan, baru lahir, ya. Namanya baru lahir ini tentu banyak hal dipersiapkan. Kami matangkan dulu,” ujar Jahja.
Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk memiliki keinginan untuk membawa anak usaha bank digital mereka, PT Bank Digital BCA, untuk melantai di bursa.
Jahja menambahkan, investor di bursa saham tidak akan meminati perusahaan kecil. Maka dari itu, pihaknya akan menyuntikkan tambahan modal ke BCA Digital. Namun, ia belum bersedia membeberkan berapa jumlahnya dan kapan penambahan modal itu dilaksanakan.
”Kalau mau IPO, skala bisnis perusahannya harus cukup. Jangan terlalu kecil sehingga tidak dipandang sebelah mata. Saya pikir dengan konsekuensi itu harus ada tambahan modal untuk BCA digital,” ucap Jahja.
BCA Digital baru meluncurkan aplikasi bank digital bernama Blu pada 2 Juli lalu. Aplikasi Blu hadir sebagai ekosistem bank digital tanpa kantor cabang (branchless) serta dapat diakses dari mana saja dan kapan saja. Aplikasi Blu juga terintegrasi dengan semua infrastruktur digital yang dimiliki oleh BCA, seperti pusat layanan dan jaringan anjungan tunai mandiri (ATM). Hingga Kamis (22/7/2021), Blu telah menjaring 25.000 nasabah baru.
Head Of Center of Innovation and Digital Economy dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menjelaskan, apa yang dilakukan sejumlah bank digital itu merupakan siasat untuk mempersiapkan diri agar memenangi persaingan di industri bank digital.
”Memperluas ekosistem dan layanan serta menambah permodalan dilakukan perbankan digital untuk memperkuat posisi masing-masing guna mengungguli pesaing di industri ini,” kata Nailul.
Transaksi dengan layanan perbankan digital memang semakin diminati. Mengutip data Bank Indonesia, nilai transaksi perbankan digital sepanjang semester I-2021 meningkat 39,39 persen secara tahunan menjadi Rp 17.901,76 triliun. Adapun tahun ini BI memproyeksikan transaksi perbankan digital mencapai Rp 35.600 triliun atau tumbuh 30,1 persen dibandingkan dengan tahun lalu.