BI Revisi ke Bawah Target Pertumbuhan Kredit Perbankan Tahun Ini
Bank Indonesia merevisi ke bawah target pertumbuhan kredit bank pada tahun ini menjadi 4-6 persen dari sebelumnya 5-7 persen.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia merevisi ke bawah target pertumbuhan kredit bank pada tahun ini menjadi 4-6 persen dari sebelumnya 5-7 persen. Langkah ini didasarkan atas kondisi perekonomian triwulan III-2021 yang tidak sesuai prediksi awal akibat lonjakan kasus Covid-19 yang memaksa pemerintah melaksanakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan, pertumbuhan kredit tahun 2021 diperkirakan akan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. ”Ini sejalan dengan menurunnya kegiatan ekonomi karena pembatasan mobilitas untuk menekan penyebaran Covid-19,” ujar Perry dalam konferensi pers virtual hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (22/7/2021).
Catatan Kompas, BI telah merevisi target pertumbuhan kredit sebanyak dua kali tahun ini. Pada awal tahun, BI menargetkan pertumbuhan kredit 7-9 persen. Namun, pada Februari, BI merevisi ke bawah menjadi 5-7 persen dan sekarang direvisi lagi menjadi 4-6 persen.
Mengutip data BI, penyaluran kredit per Juni 2021 masih terkontraksi minus 0,59 persen secara tahunan. Meski masih negatif, penyaluran kredit terus menunjukkan perbaikan, terindikasi dari kontraksi yang semakin kecil.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual menjelaskan, untuk mendorong pertumbuhan kredit, perbankan perlu fokus dan selektif pada sektor-sektor yang bertahan dan mencatat pertumbuhan saat ini. Adapun sektor itu antara lain kesehatan, ekonomi digital, dan teknologi informasi. Selain itu sektor yang cukup menjanjikan adalah pertanian dan peternakan.
”Selama sektor-sektor ini bisa bergerak melalui daring, saya optimistis masih bisa bertumbuh,” ujar David.
Selain itu, pihaknya berharap belanja pemerintah bisa lebih cepat cair. Begitu juga dengan bantuan sosial kepada warga yang terdampak Covid-19. Ini agar perekonomian bisa lebih bergairah.
Perry juga menyampaikan, RDG BI memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan perbankan, yakni BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR), sebesar 3,5 persen, suku bunga deposit facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 4,25 persen. Level suku bunga ini telah bertahan sejak Februari 2021.
Perry menjelaskan, keputusan ini diambil untuk menjaga stabiitas keuangan di tengah ketidakpastian global, dengan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi.
”Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan. Di tengah inflasi yang rendah, diharapkan kebijakan ini bisa mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujar Perry.
David menjelaskan, keputusan itu wajar dilakukan BI karena untuk menjaga stabilitas keuangan sambil menjaga pemulihan ekonomi. ”Sudah sejalan dengan ekspektasi pasar,” ujar David.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menjelaskan, langkah ini jalan tengah BI untuk menjaga nilai tukar dari kemungkinan terjadi arus keluar modal (capital outflow) akibat perbaikan ekonomi negara-negara global. Di sisi lain, perekonomian masih membutuhkan insentif moneter untuk mendorong pemulihan ekonomi.
”Ini jalan tengah yang diambil BI untuk menjaga keduanya,” ujar Josua.
Kepala Ekonomi PT Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro memperkirakan BI akan terus mempertahankan tingkat suku bunga ini sampai akhir 2021. Sebab, BI perlu mempertahankan stabilitas sistem keuangan dari adanya ancaman capital outflow. BI juga perlu terus merangsang pertumbuhan ekonomi dengan kebijakan moneter yang longgar.