Jumlah Investor Pasar Modal Melonjak Selama Pandemi Covid-19
Seiring tren penurunan suku bunga, deposan cenderung menarik depositonya serta menempatkannya pada instrumen obligasi dan saham.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Ilustrasi. Bursa Efek Indonesia
JAKARTA, KOMPAS — Seiring tren penurunan suku bunga, deposan cenderung menarik depositonya dan menempatkannya pada instrumen obligasi dan saham. Imbal hasil kedua instrumen pasar modal tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bunga deposito perbankan yang terus menurun.
Kondisi tersebut salah satunya terindikasi dari meningkatnya jumlah investor di pasar modal. Di Mandiri Sekuritas, misalnya, jumlah nasabah per Juni bertumbuh 73 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Jumlah rekening dana nasabah (RDN) pun bertumbuh 75 persen secara tahunan.
Pertumbuhan itu ditopang oleh investor baru dari generasi milenial dan generasi Z yang bertumbuh 91 persen secara tahunan. Naiknya jumlah investor mendorong lonjakan frekuensi transaksi harian hingga 220 persen secara tahunan.
Pelaksana Tugas Direktur Utama Mandiri Sekuritas Silva Halim menjelaskan, kenaikan jumlah investor dipicu oleh meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi pada obligasi dan saham.
Di sisi lain, bunga deposito terus menurun seiring merendahnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebagai respons terhadap melemahnya perekonomian akibat pandemi Covid-19.
Selama pandemi, tabungan masyarakat kelas menengah ke atas juga meningkat karena pengeluaran mereka berkurang drastis. Tabungan ini kemudian mereka tempatkan di pasar modal.
”Nasabah memilih berinvestasi di pasar modal yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi,” ujar Silva pada konferensi pers paparan Hasil Bisnis Semester I-2021 Mandiri Sekuritas, Rabu (21/7/2021).
Kompas
Jumlah investor pasar modal dan jumlah transaksi pasar modal sampai dengan Mei 2021.
Mengutip data BI, suku bunga deposito perbankan telah menurun 207 basis poin (bps) sejak April 2020 menjadi 3,66 persen pada April 2021. Sementara imbal hasil obligasi bisa mencapai 4 persen per tahun. Meskipun fluktuatif, imbal hasil saham juga masih lebih baik dibandingkan dengan deposito.
Kenaikan jumlah nasabah turut mendorong bisnis Mandiri Sekuritas. Pada semester pertama tahun ini, Mandiri Sekuritas mencatatkan pendapatan usaha Rp 465 miliar, meningkat 61 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020. Adapun laba bersih per 30 Juni 2021 tercatat Rp 94 miliar, meningkat 201 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020.
Silva menjelaskan, peningkatan bisnis semester pertama ini juga tak lepas dari rendahnya kinerja semester pertama tahun lalu akibat gelombang awal pandemi. Seiring berjalannya waktu, meski di tengah pandemi, pihaknya berhasil terlibat dalam 15 penjaminan emisi obligasi denominasi rupiah, 7 penjaminan emisi obligasi global, penerbitan 2 right issues atau hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), dan 1 penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).
Kenaikan jumlah nasabah pasar modal juga dicatat oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA). ”Saat ini BCA telah mencatat pembukaan rekening dana nasabah (RDN) mencapai lebih dari 1 juta rekening, yang menempatkan BCA sebagai pemegang market share RDN terbesar di Indonesia,” ujar Direktur BCA John Kosasih.
Kompas/Priyombodo
Nasabah melakukan transaksi di anjungan tunai mandiri di sebuah pusat perbelanjaan di Tangerang Selatan, Banten, Selasa (28/6/2021).
John menjelaskan, pembukaan RDN baru semakin dipermudah dengan sistem daring. Selain itu, BCA juga menyediakan fasilitas pemantauan portofolio dana bagi investor melalui fitur info RDN pada BCA Mobile dan Klik BCA secara online serta melalui e-statement yang dikirimkan setiap bulan kepada nasabah. BCA juga telah terhubung dengan fasilitas AKSes KSEI yang terintegrasi dengan sistem KSEI untuk memonitor seluruh investasi dan RDN melalui Klik BCA.
”Dengan solusi perbankan yang terintegrasi, baik dari sisi pembukaan rekening maupun monitoring portofolio, kami berharap masyarakat lebih mudah dan nyaman bertransaksi di pasar modal sehingga mendorong pertumbuhan dan perkembangan industri pasar modal Indonesia,” tutup John.