Cari Jalur Distribusi Baru, Alternatif Pasarkan Produk Kreatif
Para pelaku industri kreatif dituntut fleksibel di tengah ketidakpastian situasi akibat pandemi Covid-19. Upaya mencari jalur distribusi baru pemasaran dinilai bisa jadi strategi untuk bertahan dalam kondisi saat ini.
JAKARTA, KOMPAS - Strategi paling ideal bagi pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif agar bisa bertahan adalah mencari jalur distribusi baru untuk pemasaran. Ketidakpastian situasi akibat pandemi Covid-19 menuntut pelaku industri di sektor ini lebih fleksibel.
Akan tetapi, pemerintah juga dituntut lincah merumuskan kebijakan yang berpihak pada industri. Demikian sebagian poin yang mengemuka dalam webinar Indonesia Tourism & Creative Industry Forum (ITCIF) 2021: Challenge & Opportunities di Jakarta, Rabu (21/7/2021).
Managing Partner Ideosource Ventura Capital, Andi Surja Budiman mengatakan, industri konten kreatif, seperti film, memiliki hak kekayaan intelektual yang sebenarnya mudah dimonetisasi di kanal-kanal distribusi baru. Contohnya adalah platform penerbitan daring, aplikasi pemutar video beraliran langsung (over-the-top video on demand), dan manajemen fan daring.
"Subsektor film sebenernya mengandalkan bioskop sebagai jalur distribusi yang berkontribusi dominan terhadap pendapatan. Akan tetapi, di tengah pandemi Covid-19, bioskop belum bisa segera pulih. Maka kami mendorong pelaku industri film tidak melupakan jalur distribusi lain agar tetap bisa bertahan," ujarnya.
Andi mencontohkan film "Sobat Ambyar" yang didanai Ideosource Venture Capital dirilis di aplikasi Netflix saat pandemi Covid-19. Film "De Oost" dimana Ideosource Ventura Capital juga ikut terlibat dalam pembiayaannya didistribusikan di aplikasi MolaTV.
Baca juga: Tahun 2021, Tahun Internasional Ekonomi Kreatif
Andi mencontohkan pula seri film animasi "Ini Budi" yang dirilis selama pandemi Covid-19 dengan memanfaatkan jalur distribusi kanal YouTube dan Instagram Kartun Ini Budi. Ideosource Foundation bekerja sama dengan rumah produksi Paragon Pictures dan Indika Foundation.
"Konten non-video tetap bisa didistribusikan secara daring melalui platform manajemen fan daring bernama Karya Karsa. Penulis konten cerita pendek tetap bisa meraih penghasilan dari fan mereka melalui platform itu. Artinya, pelaku industri kreatif jangan tergantung ke satu kanal distribusi saja selama pandemi Covid-19," imbuh Andi.
Komisaris Utama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero)/Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Ricky Joseph Pesik berpendapat, perubahan paradigma dan lanskap bisnis manajemen destinasi atau industri kreatif tidak terelakkan. Peningkatan nilai ekonomi yang signifikan sebuah destinasi tidak lagi bisa sebatas mengandalkan kekhasan warisan budaya dan alam.
Indonesia bisa mencontoh keberhasilan beberapa pengembangan destinasi dunia yang mampu menciptakan nilai tambah ekonomi, baik untuk pariwisata sendiri maupun ekonomi kreatif secara signifikan, yaitu Venice (Italia) dan Cannes (Perancis). Venice memiliki lebih dari lima agenda Biennalle dan Cannes punya agenda festival film serta periklanan internasional rutin.
Indonesia dengan destinasi Bali sebenernya tetap bisa dimaksimalkan di tengah ketidakpastian pandemi Covid-19. Menurutnya, Bali perlu ambil sikap menjadi pusat atau hub baru penyelenggaraan acara berskala besar.
Baca juga: Pandemi Beri Tantangan Sekaligus Peluang untuk Pelaku Industri Kreatif
Indonesia dengan destinasi Bali sebenernya tetap bisa dimaksimalkan di tengah ketidakpastian pandemi Covid-19. Menurut dia, Bali perlu ambil sikap menjadi pusat atau hub baru penyelenggaraan acara berskala besar.
"Dengan menciptakan diri sebagai pusat/hub baru berskala global, berarti Bali bisa ambil lisensi kerja sama penyelenggaraan acara berskala global. Saya optimistis Bali bisa diarahkan seperti itu. Sebab, sebelum pandemi Covid-19 pun Bali telah menjadi destinasi favorit turis dunia. Infrastruktur Bali, seperti kawasan Nusa Dua, sudah siap jika dikemas ke arah sana," kata Ricky.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani memandang, sejak tahun 2008, perekonomian global berada dalam posisi ketidakpastian sampai sekarang. Hal ini semestinya menjadi kesadaran baru pemerintah dan pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Kepada pemerintah, misalnya, dia berharap pemerintah mengubah metode perumusan kebijakan, mulai dari anggaran. Tujuannya agar cepat mengimplementasi langkah-langkah pemulihan. "Strategi pemerintah atau pengusaha sebaiknya bukan lagi pro-suplai, melainkan permintaan masyarakat," ujar dia.
Setiap daerah seharusnya memiliki kebijakan berbeda-beda. Di tengah ketidakpastian pandemi Covid-19, dia menilai, pemerintah daerah semestinya paling paham kebutuhan pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Akan tetapi, Aviliani menilai, Indonesia belum sampai seperti itu. Kebijakan penanganan dampak ketidakpastian pandemi Covid-19 cenderung terpusat. Upaya pemulihan pun cenderung menyasar ke satu destinasi pariwisata, yaitu Bali.
"Tren yang sedang terjadi adalah wisatawan domestik yang akan mengunjungi destinasi-destinasi dekat dengan tempat tinggal mereka. Artinya, kebijakan penanganan pariwisata dan ekonomi kreatif harus diubah dari terpusat menjadi berbasis lokal," imbuh dia.
Kebijakan penanganan dampak ketidakpastian pandemi Covid-19 cenderung terpusat. Upaya pemulihan pun cenderung menyasar ke satu destinasi pariwisata, yaitu Bali.
Baca juga : Pandemi Covid-19, Durasi Akses Internet di Indonesia Bertambah Tiga Jam Lebih Lama
Penanganan dampak
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) seperti dikutip dalam buku Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia 2020/2021 yang dirilis hari ini, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk ke Indonesia sepanjang 2020 hanya 4,052 juta orang. Jumlah itu 25 persen lebih sedikit dari pencapaian tahun 2019.
Jika dilihat dari jalur masuk wisatawan mancanegara, penurunan terbesar datang dari jalur udara (-83 persen), laut (-75 persen), baru diikuti jalur darat (-37 persen). Jika dibandingkan antara 2019 dan 2020, kunjungan wisatawan mancanegara beberapa negara secara drastis turun dengan adanya pembatasan-pembatasan. Indonesia mencatat mayoritas kehilangan wisatawan mancanegara berasal Malaysia (1,9 juta orang), China (1,8), Singapura (1,6), dan Australia (1,1).
Penurunan kinerja juga terjadi di sektor ekonomi kreatif. Mengutip buku Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia 2020/2021, Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) melaporkan, 68 persen pelaku desain interior mengalami penangguhan pekerjaan selama pandemi. Sementara 17,3 persen lainnya bernasib malang karena pekerjaan yang mereka sudah dapatkan harus dibatalkan.
Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI) mencatat, hampir 66 persen anggotanya yang berstatus pekerja lepas mengalami penghentian/penundaan pekerjaan dari klien.
Aliansi Desainer Produk Industri Indonesia (ADPII) juga menyatakan bahwa 71 persen proyek yang melibatkan anggotanya mengalami penundaan proyek dan hampir 70 persen pelaku desain produk mengalami penurunan omset di atas 50 persen. Enam judul animasi tertunda penayangannya di tahun 2020.
Sementara di subsektor mode, Ikatan Perancang Mode Indonesia melaporkan, kisaran harga produk yang masih dapat dijual selama pandemi Covid-19 mencapai Rp 1 juta untuk menengah kebawah dan Rp 1 sampai Rp 4 juta untuk konsumen menengah ke atas.
Direktur Kajian Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wawan Rusiawan menyampaikan, sejumlah kebijakan telah dibuat oleh kementerian untuk menangani dampak ketidakpastian pandemi Covid-19. Sebagai contoh, pendampingan usaha pelaku ekonomi kreatif melalui program Bangga Buatan Indonesia, fasilitasi vaksinasi Covid-19 bagi pekerja pariwisata dan ekonomi kreatif, serta sertifikasi kebersihan, kesehatan, keamanan, dan lingkungan keberlanjutan (CHSE) di destinasi pariwisata.
"Pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif ditangani oleh 20 kementerian/lembaga. Oleh karena itu, kami bekerja sama lintas kementerian/lembaga untuk merumuskan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan pengusaha," kata Wawan.
Baca juga : Industri Pariwisata Kembali Injak Rem