Terdampak Pandemi, Peringkat Penerbit Surat Utang Turun
Sepanjang 1 April-30 Juni tercatat setidaknya 14 perubahan peringkat dan prospek surat utang korporasi yang diperingkat Pefindo. Kinerja sebagian perusahaan terdampak langsung oleh pembatasan di tengah pandemi Covid-19.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 berdampak pada kinerja perusahaan yang mengeluarkan surat utang. Kinerja beberapa perusahaan memburuk, terutama perusahaan yang bergerak di sektor yang terkena dampak langsung pandemi.
Secara umum, perekonomian Indonesia juga diperkirakan masih terpengaruh oleh pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat. Lonjakan kasus Covid-19 masih akan berlangsung, setidaknya selama 3-4 pekan setelah pembatasan mobilitas masyarakat.
”Peningkatan risiko terjadi pada beberapa perusahaan sehingga ada (perusahaan yang) peringkat surat utangnya diturunkan. Hal ini terjadi terutama pada perusahaan yang terkena dampak langsung,” ujar Niken Indriarsih, Kepala Divisi Lembaga Korporasi, dalam telekonferensi pers, Senin (19/7/2021).
Dia mencontohkan, perusahaan operator pariwisata Panorama Sentrawisata yang peringkatnya turun hingga ke non-investment grade, tetapi akhirnya dapat menyelesaikan kewajibannya. ”Selain pariwisata, sektor restoran juga terkena dampak langsung. Peringkat surat utang Fast Food juga turun,” kata Niken.
PT Fast Food Indonesia Tbk adalah pengelola gerai KFC Indonesia. Peringkat korporasi dan surat utangnya, yang diberikan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), turun menjadi idAA- dari idAA. Penurunan ini dilakukan karena profil kredit melemah akibat pemulihan bisnis yang melambat di tengah pandemi.
Dari 1 April hingga 30 Juni (2021) tercatat setidaknya 14 perubahan peringkat juga prospek dari surat utang korporasi yang diperingkat oleh Pefindo.
Perusahaan lain yang sudah mengalami gagal bayar adalah PT Tridomain Performance Materials Tbk. Surat utang Tridomain menjadi dasar dari produk reksa dana terproteksi. Selain itu, ada PT Barata Indonesia (Persero) yang peringkatnya turun dari idCCC/CW dengan prospek negatif menjadi idSD yang menandakan perusahaan itu mengalami gagal bayar. Dari 1 April hingga 30 Juni tercatat setidaknya ada 14 perubahan peringkat juga prospek dari surat utang korporasi yang diperingkat oleh Pefindo.
Dampak PPKM
Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas, Lionel Priyadi, memperkirakan, kebijakan PPKM darurat untuk mengurangi penyebaran Covid-19 membuat perekonomian Indonesia di triwulan III-2021 dipastikan tertekan dengan prediksi terkontraksi -1 persen hingga tumbuh 1 persen. ”Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 juga kami turunkan dari 3,5 persen menjadi 2,3-2,8 persen,” kata Lionel dalam risetnya.
Lionel menambahkan, dari pengalaman India dan Chile, kasus harian masih akan tetap naik dan mencapai puncaknya dalam kurun waktu 3-4 minggu setelah dimulainya pembatasan mobilitas. Setelah itu, dibutuhkan waktu tambahan kurang lebih satu bulan untuk menurunkan jumlah kasus harian hingga tingkat yang aman untuk mulai memberlakukan relaksasi.
”Jika pemerintah terlalu cepat memberlakukan relaksasi, kasus harian akan berbalik naik dengan cepat untuk kembali menuju puncak. Vaksinasi merupakan langkah yang penting untuk menghadapi pandemi, tetapi baru akan efektif jika separuh dari populasi telah menerima vaksinasi,” kata Lionel.
Dia memperkirakan dampak ekonomi akan terasa sehingga perekonomian diperkirakan terkontraksi minus 1 persen hingga tumbuh 1 persen. Selain itu, beban fiskal dan utang pemerintah dipastikan juga akan naik untuk memberikan stimulus ekonomi.
Saat ini pemerintah tengah mengkaji rencana menambah dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp 225,4 triliun terhadap anggaran saat ini sebesar Rp 699,43 triliun (dengan total Rp 924,83 triliun). Sumber dana PEN dapat berasal dari realokasi anggaran dan menambah penerbitan surat berharga negara. ”Ada risiko pelebaran defisit anggaran melebihi target tahun ini sebesar 5,7 persen,” ujarnya.