Jembatan Kokoh Dunia Pendidikan dan Pasar Kerja Lewat Program Pemagangan
Pemagangan bukan perekrutan pekerja dengan upah murah. Namun, pemagangan justru menyelamatkan para pencari kerja muda dari keterbatasan pengalaman kerja sehingga kompeten dan berdaya saing untuk masuk ke pasar kerja.
Saiful Amri menyimak instruksi dari instrukturnya di pabrik mobil di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, akhir pekan lalu. Berkat pelatihan vokasi dalam program pemagangan, yang diselenggarakan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia atau TMMIN sejak 2017, ratusan pencari kerja muda seperti Saiful kini memiliki keterampilan sehingga mudah masuk ke pasar kerja.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah dalam wawancara khusus dengan Kompas secara daring di Jakarta, Selasa (6/7/2021), mengapresiasi perusahaan-perusahaan yang aktif menyelenggarakan program pemagangan bagi pencari kerja muda, seperti TMMIN. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk terus meningkatkan keterampilan kerja angkatan kerja muda sehingga mereka bisa lebih mudah terserap pasar kerja.
”Sekarang kita sedang mengembangkan konsep pemagangan dan sudah ada minat yang besar dari dunia usaha dan dunia industri, salah satunya Japan Club. Magang itu konteksnya untuk menambah keterampilan peserta magang agar mereka siap masuk pasar kerja dan kami terus mengajak agar semakin banyak perusahaan yang bersedia menerima peserta pemagangan,” ujar Ida.
Menaker mencontohkan, TMMIN menerima lulusan sekolah menengah atas dan kejuruan untuk menjadi peserta magang melalui Dinas Ketenagakerjaan Karawang. Mereka akan menerima berbagai pelatihan vokasi secara langsung dari instruktur sehingga memiliki keterampilan kerja yang kompeten dan disiplin kerja sesuai budaya kerja Toyota.
Sekarang kita sedang mengembangkan konsep pemagangan dan sudah ada minat yang besar dari dunia usaha dan dunia industri, salah satunya Japan Club.
Sebagian besar lulusan program pemagangan akan langsung diserap pasar kerja. Keterampilan dan pemahaman mendalam mereka tentang budaya kerja di perusahaan tersebut akan memudahkan manajemen merekrut dan menempatkan mereka sebagai pekerja.
Tantangan revolusi industri 4.0 memang tidak mudah. Penambahan dan peningkatan keterampilan angkatan kerja mutlak dibutuhkan agar Indonesia tetap memiliki produktivitas tinggi. Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) pun terus membuat kajian penilaian pasar kerja sebagai dasar menyusun kebijakan pelatihan vokasi agar sesuai dengan peluang kerja, khususnya yang ada di era pandemi Covid-19.
Laporan World Economic Forum (WEF) memperkirakan, di dunia akan ada 97 juta pekerjaan baru seiring dengan menghilangnya 85 juta pekerjaan. Untuk Indonesia sendiri, sebagaimana dilaporkan McKinsey, diperkirakan 23 juta jenis pekerjaan terdampak otomatisasi serta muncul sedikitnya 20 juta jenis pekerjaan baru.
Baca Juga: Magang Mahasiswa di Industri
Perkembangan pasar kerja yang begitu cepat seiring derasnya arus digitalisasi membuat kompetensi dan fleksibilitas kerja menjadi poin penting dalam menyiapkan angkatan kerja. Angkatan kerja mesti menguasai perkembangan teknologi dengan keterampilan lunak (soft skills), seperti kedisiplinan dan kejujuran.
Menaker mengungkapkan, kebijakan ini berkolaborasi dengan strategi pelatihan vokasi lainnya, termasuk peningkatan keterampilan, optimalisasi pemagangan berbasis jabatan, peningkatan keterampilan lunak, serta perubahan kurikulum dan metode yang fokus pada sumber daya manusia berorientasi digital.
Berkaitan dengan rencana strategis itu, Kemnaker pun terus mendorong transformasi balai latihan kerja (BLK). Tempat pelatihan kerja yang tersebar di seluruh Indonesia dan sempat kurang mendapat perhatian yang layak sejak era otonomi daerah ini kini mulai dibenahi secara bertahap.
Ida menjelaskan, pihaknya memulai dengan mengembangkan unit pelaksana teknis pusat (UPTP) BLK di sejumlah provinsi sejak 2019 untuk membina BLK-BLK milik pemerintah daerah. Kemnaker juga membangun 2.127 BLK komunitas tahun 2020 dan menargetkan mendirikan lagi 1.000 BLK komunitas tahun 2021.
”Mau tidak mau, kami harus masifkan BLK komunitas agar lebih banyak yang punya kompetensi melakukan pembinaan (pelatihan vokasi). Targetnya tahun 2024 sudah terbangun UPTP BLK di seluruh provinsi sehingga bisa mentransformasi BLK milik pemerintah daerah. Reformasi kelembagaan dan merevitalisasi sarana prasarana juga penting untuk meningkatkan kapasitas dan fasilitas BLK milik pemda,” tutur Ida.
Mau tidak mau, kami harus masifkan BLK komunitas agar lebih banyak yang punya kompetensi melakukan pembinaan (pelatihan vokasi). Targetnya tahun 2024 sudah terbangun UPTP BLK di seluruh provinsi.
Seluruh proses ini mendapat sambutan positif dari masyarakat di daerah. Di Nusa Tenggara Barat (NTB), menurut Menaker, pengelola pondok pesantren terbuka dan proaktif mengajukan pendirian BLK komunitas ke Kemnaker dan menyiapkan jurusan pelatihan vokasi sesuai kebutuhan pasar kerja setempat.
Bagi mereka, dukungan pemerintah untuk mengembangkan BLK komunitas merupakan peluang emas agar para santri bisa mendapatkan pelatihan vokasi sesuai kebutuhan pasar kerja. Apalagi, pemerintah pusat menjadikan kawasan Mandila di NTB sebagai salah satu dari 10 ”Bali” baru yang dikembangkan untuk meningkatkan bisnis jasa pariwisata di Indonesia.
Tentu saja, kata Menaker, seluruh upaya pengembangan pelatihan vokasi tersebut membutuhkan desain yang sesuai permintaan pasar kerja sehingga pemerintah perlu bekerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri. Terkini, Kemnaker bekerja sama dengan Pemerintah Austria untuk mengembangkan BLK Maritim di Serang, Banten, untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dalam jurusan pengelasan, teknik mekanik, kelistrikan, dan mekatronika.
Baca Juga: Berharap Balai Latihan Kerja Menjadi Jawaban
”Menjadikan transformasi BLK sebagai salah satu lompatan besar sebagai pusat pengembangan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja yang berdaya saing global serta dapat memenuhi kualifikasi kemampuan terbaru yang dibutuhkan oleh dunia industri,” kata Ida.
Praktik langsung
Kita pernah tanya para peserta, dalam magang itu apa yang sulit dilakukan? Mereka jawab, paling sulit bangun pagi dan berangkat kerja. Kemudian, mendisiplinkan diri dari pagi sampai sore.
Pemagangan sebagai salah satu bagian pelatihan vokasi sangat penting menjadi tempat transisi angkatan kerja muda yang baru lulus sekolah sebelum mereka memasuki dunia kerja yang sesungguhnya. Mereka akan praktik langsung tentang pasar kerja sambil membangun budaya kerja yang disiplin, kompeten, dan produktif.
Ketua Bidang Pelatihan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bob Azam, Rabu (14/7), mengatakan, program pemagangan merupakan jembatan antara dunia pendidikan dan pasar kerja. Sudah bukan rahasia lagi jika lulusan sekolah menengah atas atau kejuruan dan perguruan tinggi di Indonesia banyak yang tidak bisa langsung terserap ke pasar kerja karena keterbatasan keterampilan lunak (soft skills).
Mereka memerlukan proses pemagangan untuk lebih mengenal dunia kerja dan membangun sikap kerja yang sesuai kebutuhan pasar kerja lebih dulu begitu lulus pendidikan formalnya. TMMIN mengembangkan program pemagangan setelah upaya merekrut pekerja dari masyarakat di sekitar pabrik berkali-kali tak sesuai harapan.
Program pemagangan pun menjadi solusi untuk menarik angkatan kerja muda di sekitar pabrik dan melatih mereka secara langsung di dunia kerja, mulai dari kebiasaan bangun pagi karena masuk kerja pagi, berpakaian rapi, berjalan kaki sesuai rambu yang ada di lingkungan pabrik, hingga sikap kerja di dalam pabrik. Tiga bulan setelah pemagangan, hampir 80 persen dari peserta lolos seleksi pekerja.
”Kita pernah tanya para peserta, dalam magang itu apa yang sulit dilakukan? Mereka jawab, paling sulit bangun pagi dan berangkat kerja. Kemudian, mendisiplinkan diri dari pagi sampai sore, jalan kaki di jalur hijau, lihat rambu-rambu, dan petunjuk lainnya. Jadi setelah magang, kedisiplinan dan pengetahuan mereka meningkat sehingga mereka pun lebih siap masuk pasar kerja,” ucap Bob.
Baca Juga: Penguatan Program Magang Mahasiswa
Bob pun mengapresiasi keseriusan Kemnaker mengembangkan pelatihan vokasi. Menurut Bob, negara-negara maju pun menjadikan program pemagangan sebagai ikhtiar meningkatkan kompetensi dan produktivitas pekerja, terutama mereka yang baru lulus sekolah.
Berkait hal ini, Kadin Indonesia juga mendorong agar perusahaan-perusahaan merespons positif upaya Kemnaker itu dengan mengembangkan program pemagangan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Keterlibatan perusahaan-perusahaan besar itu akan menghasilkan kerja sama segitiga pemerintah, perusahaan besar, dan UMKM.
Kita bisa mencontoh Thailand, yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar dalam menyediakan program pemagangan bagi pelaku UMKM, seperti hotel-hotel berbintang melatih pelaku UMKM yang menyediakan kuliner kaki lima. Hasilnya, setelah pemagangan, para pelaku UMKM bisa menghasilkan produk kuliner kaki lima berkualitas yang diminati turis tanpa mengganggu pangsa pasar kuliner hotel berbintang yang melatih mereka.
Pemagangan oleh perusahaan besar akan memajukan UMKM kita karena mereka memiliki pekerja terampil berdaya saing tinggi.
”Salah satu kendala UMKM adalah pekerja terampil. Pemagangan oleh perusahaan besar akan memajukan UMKM kita karena mereka memiliki pekerja terampil berdaya saing tinggi,” tutur Bob.
Begitu pentingnya program pemagangan untuk meningkatkan kompetensi angkatan kerja muda sehingga Kemnaker dan Kadin Indonesia menaruh perhatian serius untuk mengembangkannya. Pemagangan bukan perekrutan pekerja dengan upah murah. Namun, pemagangan justru menyelamatkan para pencari kerja muda dari keterbatasan pengalaman kerja sehingga kompeten dan berdaya saing untuk masuk ke pasar kerja. Pemagangan merupakan upaya Kemnaker dan Kadin Indonesia memberi kail bagi angkatan kerja Indonesia agar mereka mampu berdiri di atas kaki sendiri atau berdikari.