Pandemi Covid-19 selama satu setengah tahun lebih memengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat. Perekonomian Bali yang terpuruk akibat pandemi berdampak pada kemiskinan di Bali.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pandemi Covid-19 yang berlangsung lebih satu setengah tahun memengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat. Keterpurukan ekonomi Bali sebagai imbas pandemi Covid-19 memengaruhi jumlah dan tingkat kemiskinan penduduk Bali.
Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) periode Maret 2021, Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Kamis (15/7/2021), mengumumkan, penduduk miskin Bali kini berjumlah 201.970 orang dari sekitar 4,32 juta orang penduduk Bali. Jumlah penduduk miskin di Bali itu disebutkan bertambah sekitar 5.050 orang dibandingkan jumlah penduduk miskin di Bali pada September 2020 yang mencapai 196.920 orang.
Dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (15/7/2021), Kepala BPS Provinsi Bali Hanif Yahya menyebutkan, kenaikan jumlah penduduk miskin di Bali disinyalir dipengaruhi kondisi pandemi Covid-19 yang berimplikasi terhadap terpuruknya perekonomian Bali hingga saat ini.
”Pertumbuhan ekonomi Bali triwulan I-2021 masih terkontraksi. Begitu pula pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I yang juga masih terkontraksi,” katanya.
Situasi perekonomian Bali yang sedang mengalami keterpurukan juga digambarkan secara nasional. Pertumbuhan ekonomi Bali tercatat minus 9,85 persen secara year on year (YOY).
Sementara itu, Badan Pusat Statistik menyebutkan, sejumlah provinsi lain di Indonesia sudah mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, di antaranya DI Yogyakarta, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Adapun pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta disebutkan masih minus 1,65 persen.
Ekonomi Bali pada triwulan I-2021 mengalami kontraksi sebesar minus 9,85 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya (YOY) terhadap triwulan I-2020. Di samping itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Bali pada triwulan I-2021 juga tercatat mengalami penurunan dengan kontraksi minus 3,73 persen YOY jika dibandingkan periode sama tahun lalu, yakni triwulan I-2020. Adapun angka inflasi di Bali secara umum dinyatakan sebesar 1,61 persen selama periode September 2020 hingga Maret 2021.
Pemulihan ekonomi
Sementara itu, dalam sambutannya mengawali sesi seminar secara daring, Kamis (15/7/2021), Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho menyatakan, implementasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat Covid-19 menjadi upaya pengendalian pandemi Covid-19 di Indonesia, termasuk di Bali dan Jawa. Upaya lain dengan meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19.
Pembicara lain dalam sesi webinar bertopik ”Memperkuat Resiliensi Dunia Usaha di Era PPKM”, yang diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki E Wimanda memaparkan hasil survei Bank Indonesia Provinsi Bali tentang situasi perkembangan ekonomi Bali terkini.
Rizki mengatakan, pendapatan devisa dari wilayah Bali dan Nusa Tenggara dari sektor pariwisata mengalami penurunan tajam sejak triwulan II-2019. Kondisi tersebut dipengaruhi akibat berkurangnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia, khususnya Bali, mulai triwulan I-2019.
Data yang dikumpulkan Bank Indonesia Provinsi Bali menunjukkan kedatangan wisman selama Januari 2021 sampai 12 Juli 2021 sebanyak 426 kunjungan. Pada periode sama di tahun sebelumnya, yakni sejak Januari 2020 sampai 12 Juli 2021, kedatangan wisman sebanyak 1,21 juta kunjungan.
Indikator
Ekonom senior di lembaga riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani, menyebutkan, sektor kesehatan kini menjadi indikator ekonomi Indonesia dan global selain sektor ekonomi lain, misalnya perdagangan, keuangan atau moneter, dan perbankan. Situasi pandemi Covid-19 di Indonesia dinyatakan sempat membaik, tetapi saat ini pandemi Covid-19 kembali meningkat, termasuk akibat pengaruh penularan Covid-19 varian delta.
”Secara umum, indikator moneter di Indonesia cukup baik. Namun, rupiah kembali tertekan karena lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia,” katanya dalam webinar yang diselenggarakan Bank Indonesia Provinsi Bali, Kamis (15/7/2021).
Dalam pemaparannya, Aviliani mendeskripsikan Bali berperanan dalam ekonomi nasional, di antaranya sebagai pemasok valuta asing dari sektor pariwisata, sebagai pusat bisnis yang menarik minat pengusaha, sebagai pintu masuk investasi di Indonesia karena Bali lebih dikenal, dan juga sebagai pusat budaya.
Terkait upaya pemulihan ekonomi Bali di masa pandemi Covid-19, Aviliani mengatakan, sektor pariwisata masih memegang peran penting. Untuk itu, menurut Aviliani, Bali harus menumbuhkan kepercayaan global bahwa Bali aman dikunjungi.
Aviliani menyatakan, penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 menjadi penting dalam upaya mengendalikan pandemi Covid-19 dan juga menumbuhkan kepercayaan calon pelancong.