Nilai Ekspor Melonjak Lebih dari 50 Persen, Neraca Perdagangan Indonesia Kembali Surplus
Nilai impor pada Juni 2021 merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2018, sedangkan nilai ekspornya mencatatkan angka tertinggi sejak Agustus 2011.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Nilai ekspor Indonesia pada Juni 2021 tercatat sebesar 18,55 miliar dollar AS atau naik 54,46 persen dari Juni 2020 yang sebesar 12,01 miliar dollar AS. Adapun nilai impor Juni 2021 sebesar 17,23 miliar dollar AS. Kondisi ini menyebabkan neraca perdagangan Juni 2021 surplus 1,32 miliar dollar AS.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyebutkan, selain nilai ekspor naik, nilai impor pada Juni 2021 juga yang tertinggi sejak Oktober 2018. Nilai impor Juni 2021 naik 60,12 persen dibandingkan Juni 2020 yang sebesar 10,76 miliar dollar AS. ”Adapun nilai ekspornya mencatatkan angka tertinggi sejak Agustus 2011,” katanya dalam telekonferensi pers, Kamis (15/7/2021).
Selain industri pengolahan yang menyumbang 14,08 miliar dollar AS dari total nilai ekspor, ada sektor pertambangan yang menyumbang 2,91 miliar dollar AS, migas 1,23 miliar dollar AS, dan pertanian 0,32 miliar dollar AS. Ekspor migas di Juni 2021 naik 27,23 persen dari Mei 2021 yang sebesar 0,97 miliar dollar AS.
Adapun dari total nilai impor di Juni 2021 yang sebesar 17,23 miliar dollar AS, nilai impor nonmigas sebesar 14,93 miliar dollar AS dan impor migas sebesar 2,3 miliar dollar AS. Khusus impor migas, angka tersebut melonjak 239,38 persen dibandingkan Juni 2020 yang sebesar 0,67 miliar dollar AS.
Selain nilai ekspor naik, nilai impor pada Juni 2021 juga yang tertinggi sejak Oktober 2018. Nilai impor Juni 2021 naik 60,12 persen dibandingkan Juni 2020 yang sebesar 10,76 miliar dollar AS.
Impor menurut penggunaan barang, impor bahan baku/penolong menyumbang 13,04 miliar dollar AS dari keseluruhan nilai impor di Juni 2021. Lainnya adalah impor barang modal 2,55 miliar dollar AS dan konsumsi 1,64 miliar dollar AS.
Dengan demikian, neraca perdagangan pada Juni 2021 mencatatkan surplus sebesar 1,32 miliar dollar AS. Surplus tersebut telah bertahan selama 14 bulan berturut-turut. Akan tetapi, nilai surplus itu lebih rendah dibandingkan Mei 2021 yang sebesar 2,7 miliar dollar AS.
Ekspor sawit
Berdasarkan golongan barang, ekspor kelompok lemak dan minyak hewan/nabati berkontribusi senilai 1,89 miliar dollar AS pada Juni 2021. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 1,42 miliar dollar AS. Komoditas minyak kelapa sawit mendominansi kinerja golongan barang tersebut.
Penurunan tarif impor CPO di India serta revisi pungutan ekspor produk CPO di Indonesia turut memengaruhi pembentukan harga tersebut karena mendorong permintaan.
Head of Industry and Regional Research PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dendi Ramdani memperkirakan, rata-rata harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) pada 2021 mencapai 840 dollar AS per ton. Penurunan tarif impor CPO di India serta revisi pungutan ekspor produk CPO di Indonesia turut memengaruhi pembentukan harga tersebut karena mendorong permintaan.
Dari segi pasokan, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Mukti Sardjono menyebutkan, produksi sawit pada Mei 2021 mencapai 4,35 juta ton atau lebih tinggi 6 persen dibandingkan April yang sebesar 4,09 juta ton. Kenaikan produksi itu lebih rendah daripada peningkatan ekspor dan konsumsi yang totalnya sebanyak 353.000 ton sehingga stok bulan Mei turun menjadi 2,88 juta ton.