Tren pariwisata era normal baru dengan tuntutan kebersihan, kesehatan, dan lingkungan keberlanjutan dalam kemasan kearifan lokal bakal sangat diminati.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 diperkirakan akan membentuk karakter serta perilaku wisatawan yang menjunjung tinggi kebersihan, kesehatan, dan lingkungan berkelanjutan dengan kemasan kearifan lokal. Destinasi pariwisata yang bisa memenuhi tuntutan tersebut akan menjadi favorit dan disukai turis.
”Pelaku jasa usaha pariwisata di setiap negara semestinya punya standar kebersihan, kesehatan, dan kebijakan lingkungan berkelanjutan. Kearifan lokal di masing-masing destinasi terkait tiga unsur itu (kebersihan, kesehatan, dan lingkungan berkelanjutan) bisa ditonjolkan. Turis di masa normal baru pandemi Covid-19 akan menyukai hal tersebut,” ujar General Manager International Tourism and Investment Conference Middle East Sharihan Al Mashary dalam webinar ”Rethinking Experiences and Activities: The Next Big Thing”, Selasa (13/7/2021), di Jakarta.
Bagi pelaku jasa usaha pariwisata, seperti perhotelan, mereka tidak perlu berinvestasi besar untuk memenuhi tuntutan pentingnya kebersihan, kesehatan, dan lingkungan berkelanjutan. Hotel yang sudah memiliki fasilitas olahraga bisa tetap mempertahankan fasilitas tersebut.
Sementara bagi hotel berskala lebih kecil, lanjut Sharihan, mereka bisa menyediakan fasilitas yang sejenis. Misalnya, ruang khusus untuk yoga dan meditasi. Berdasarkan pengalamannya, sejumlah hotel di Uni Emirat Arab telah melakukan hal tersebut.
Bagi pelaku jasa usaha pariwisata, seperti perhotelan, mereka tidak perlu berinvestasi besar untuk memenuhi tuntutan pentingnya kebersihan, kesehatan, dan lingkungan berkelanjutan.
Terkait lingkungan berkelanjutan, Sharihan memperkirakan tren ini sebenarnya sudah mulai terbentuk sebelum pandemi Covid-19. Akan tetapi, ketika pandemi tiba, normal baru semakin menyadarkan masyarakat pentingnya menjaga agar lingkungan tetap lestari. Pemilik hotel bisa mulai menata ruang hijau sampai ke model pengolahan limbah.
Pendiri My Halal Kitchen Yvonne M Maffei mempunyai pandangan senada. Akar sejarah dan kearifan lokal di masing-masing destinasi setiap negara selalu mengajarkan pentingnya kebersihan, kesehatan, dan lingkungan berkelanjutan. Tren ini seharusnya membuat pelaku jasa pariwisata sudah fokus ke arah itu.
”Oleh karena itu, saya berharap bagi pengusaha makanan yang telah lama berkecimpung di produksi menu tradisional ataupun berbahan pangan lokal dan berskala kecil tidak perlu khawatir lagi. Justru di era normal baru Covid-19, usaha mereka akan diburu turis,” kata Yvonne.
Director of Commercial Strategy di KKDay Melvin Ng menyebutkan, tren perilaku lainnya dari wisatawan masa depan normal baru Covid-19 adalah menjunjung tinggi kualitas. Mereka amat menginginkan bepergian yang bisa mendatangkan pengalaman personal yang berharga.
”Standar kebersihan, kesehatan, dan lingkungan berkelanjutan dikemas dengan nuansa kelokalan akan menghasilkan pengalaman personal yang berharga. Makanan tradisional dengan bahan pangan lokal di tempat makan kecil yang akan paling dicari turis,” ucap Melvin.
Akar sejarah dan kearifan lokal di masing-masing destinasi setiap negara selalu mengajarkan pentingnya kebersihan, kesehatan, dan lingkungan berkelanjutan. Tren ini seharusnya membuat pelaku jasa pariwisata sudah fokus ke arah itu.
Tur virtual dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan konten tempat makan, hotel, dan destinasi pariwisata yang sudah menerapkan kebersihan, kesehatan, dan lingkungan berkelanjutan yang dikemas dengan budaya lokal. Media sosial juga bisa dipakai mengenalkan kepada publik.
Ramah Muslim
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno mengatakan, pandemi Covid-19 mendorong perjalanan pariwisata condong ke arah personal. Dengan kata lain, perjalanan yang dilakukan oleh perorangan diperkirakan akan dominan pada masa mendatang. Indonesia juga disebut sebagai lima besar negara tujuan pariwisata ramah Muslim di dunia, sesuai laporan Global Islamic Economy.
Sandiaga melihat hal itu sebagai peluang agar industri pariwisata Indonesia bisa tetap bertumbuh di masa normal baru pandemi Covid-19. Sebab, gagasan pariwisata ramah muslim sejatinya mendukung tuntutan kebersihan, kesehatan, dan lingkungan yang keberlanjutan.