Perbankan berlomba-lomba mengembangkan bisnis bank digital. Berbagai strategi mereka tempuh, mulai dari membangun anak usaha bank digital hingga bekerja sama dengan perusahaan teknologi finansial.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama & Joice Tauris Santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri perbankan terus memacu dan meningkatkan layanan digitalnya. Berbagai strategi mereka tempuh, mulai dari membangun anak usaha bank digital hingga bekerja sama dengan perusahaan teknologi finansial.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Central Asia Tbk Raymon Yonarto menjelaskan, pihaknya berkomitmen untuk terus membesarkan anak usaha perseroan yang bergerak sebagai bank digital, yakni PT Bank Digital BCA.
”Untuk itu, kami juga berencana melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering PT Bank Digital BCA dalam 1 sampai 2 tahun ke depan,” ujar Raymon dalam keterangan tertulis, Senin (12/7/2021).
Rencana IPO tersebut, kata Raymon akan disesuaikan dengan dinamika pasar dan perkembangan ekonomi di masa mendatang.
Terkait layanan digital, pada 17 Juni 2021 BCA meluncurkan aplikasi bank digital BCA bernama blu. Bank digital tersebut merupakan bank tanpa kantor fisik (branchless banking). Hingga saat ini, aplikasi blu yang tersedia di Google Play Store sudah diunduh lebih dari 10.000 kali.
Dengan aplikasi blu, nasabah dapat membuka rekening secara daring tanpa harus ke kantor cabang. Selain itu ada fitur yang memudahkan nasabah membagi rekeningnya menjadi 10 rekening tabungan yang bernama bluSaving. Aplikasi blu juga akan terhubung dengan semua infrastruktur BCA, seperti jaringan ATM dan call center.
Aplikasi itu merupakan pengembangan dari bank digital BCA. Bank Digital BCA merupakan konversi dari Bank Royal, yang diakusisi BCA pada tahun 2019.
Bank digital lainnya, yakni PT Bank Jago Tbk, juga terus mengembangkan bisnisnya. Strategi yang dilakukan adalah memperluas ekosistem digital.
Salah satunya, Bank Jago bekerja sama dengan perusahaan teknologi finansial penyedia produk investasi pasar modal, PT Bibit Tumbuh Bersama untuk menyediakan layanan jasa keuangan yang saling terkoneksi. Kolaborasi ini bertujuan mengembangkan ekosistem digital guna mempermudah nasabah sekaligus memperluas cakupan bisnis perusahaan.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Indra Gupta Siregar menjelaskan, kerja sama tersebut merupakan kolaborasi di antara bank berbasis teknologi, yakni Bank Jago dan agen penjual reksa dana daring, yakni Bibit. Dengan terintegrasinya dua aplikasi ini, konsumen dapat membuka rekening Bank Jago melalui platform Bibit. Meski demikian, pembukaan rekening tetap melalui proses know your customer standar bank yang dilakukan secara digital (e-kyc).
Nasabah juga bisa membeli produk investasi pasar modal yang ditawarkan Bibit melalui dompet digital Bank Jago.
”Integrasi bank digital dengan aplikasi layanan investasi daring ini merupakan wujud nyata Jago sebagai bank berbasis teknologi yang mampu tertanam di berbagai digital ekosistem. Melalui kolaborasi ini, kami ingin memberikan pengalaman baru bagi nasabah dalam mengakses layanan bank sekaligus berinvestasi,” ujar Kharim.
Prospek cerah
Head of Center of Innovation and Digital Econony dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menjelaskan, prospek perbankan digital akan sangat menarik dan cerah sebab ini merupakan konsep masa depan kegiatan perbankan
”Saat ini perbankan sedang berlomba-lomba mempercepat transformasi perbankan menjadi bank digital. Ini tak lepas dari makin cepatnya digitalisasi sistem keuangan, penetrasi internet yang masif, dan perubahan konsumsi dari luring menjadi daring,” ujar Nailul.
Ia menjelaskan, tak heran sejumlah bank terus mengembangkan bisnis digitalnya, termasuk rencana mencari pendanaan di pasar modal dengan melepas saham atau IPO. Agar bisa bersaing dengan kompetitornya, perbankan bisa memperluas salurannya dengan bekerja sama dengan berbagai perusahaan teknologi finansial.
”Ini untuk memperkuat posisi mereka guna memenangi kompetisi kelak kemudian,” ujar Nailul.
Nilai kapitalisasi
Nilai kapitalisasi pasar Bank Jago Tbk kembali naik. Dengan harga mencapai Rp 13.900 per saham, nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 196 triliun. Saat ini posisi Bank Jago berada pada urutan ke-6 dari jajaran emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia.
”Intinya, segala yang berhubungan dengan digital sedang diminati investor, terutama oleh ritel yang saat ini didominasi investor milenial. Kebanyakan lebih didorong oleh story di masa depan karena potensi dari ekosistem terkait,” kata Head of Reaserch Samuel Sekuritas Suria Dharma.