Usaha Debitor Membaik, Kredit yang Direstrukturisasi Terus Menyusut
Restrukturisasi kredit bank terus menurun. Ini mencerminkan kondisi perekonomian yang mulai membaik.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah debitor dan nilai restrukturisasi kredit perbankan terus menurun. Kondisi ekonomi yang semakin pulih membuat banyak kinerja bisnis debitor membaik sehingga bisa kembali membayar cicilannya kepada bank.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai kredit yang direstrukturisasi per Mei 2021 sebesar Rp 781,9 triliun. Nilai tersebut turun 5,93 persen dibandingkan posisi Desember 2020 yang sebesar Rp 830,3 triliun. Nilai restrukturisasi kredit tersebut setara dengan 14,17 persen dari total kredit perbankan yang mencapai Rp 5.514 triliun.
Adapun jumlah debitor restrukturisasi kredit per Mei 2021 sebanyak 5,12 juta turun 18,08 persen dibandingkan posisi Desember yang sebanyak 6,25 juta debitor.
Presiden Direktur PT Bank Panin Tbk Herwidayatmo menjelaskan, restrukturisasi kredit yang dikelola perusahaannya juga menurun. Sampai dengan akhir Juni 2021, jumlah restrukturisasi kredit di Bank Panin sebesar Rp 29,3 triliun, turun 12,79 persen dibandingkan posisi Desember yang sebesar Rp 33,6 triliun.
Menurut Herwidayatmo, tren penurunan restrukturisasi kredit terjadi seiring membaiknya kondisi perekonomian. ”Ini membuat debitor kembali sanggup memenuhi komitmennya sebelum restrukturisasi,” katanya, Kamis (8/7/2021).
Karena sudah mulai kembali mengangsur cicilan kredit secara normal, sejumlah debitor dikeluarkan dari daftar debitor yang mendapatkan restrukturisasi kredit. Selama berada dalam daftar restrukturisasi, kata Herwidayatmo, para debitor itu akan memperoleh keringanan berupa pembayaran beban bunga yang ditunda atau mengangsur dengan nilai minimum yang sangat rendah.
Terkait penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat sebagai konsekuensi dari lonjakan kasus Covid-19, hal itu dinilai bisa kembali menurunkan kinerja sektor riil. Karena itu, Herwidayatmo berharap penyebaran Covid-19 bisa segera terkendali sehingga tidak banyak memengaruhi kinerja pelaku usaha yang menjadi debitor perbankan.
Dihubungi terpisah, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk Royke Tumilaar menjelaskan, pihaknya juga mencatat penurunan restrukturisasi kredit. Saat ini restrukturisasi kredit BNI sekitar Rp 80 triliun, turun dibandingkan tahun 2020 yang mencapai Rp 102 triliun.
”Penurunan ini mencerminkan perekonomian Indonesia perlahan pulih. Sektor riil jadi memiliki kemampuan untuk mencicil pinjaman kembali,” ujar Royke.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Aestika Oryza Gunarto menjelaskan, pihaknya juga mencatat penurunan restrukturisasi kredit. Sampai dengan akhir Mei, nilai restrukturisasi kredit BRI sebesar Rp 180,4 triliun. Jumlah itu turun Rp 48,3 triliun dari posisi puncak total restrukturisasi kredit BRI pada akhir 2020.
Menurut Aestika, selain melakukan restrukturisasi, upaya lain yang dilakukan BRI untuk mendorong pemulihan ekonomi adalah membantu pemerintah menyalurkan bantuan sosial agar konsumsi dan daya beli masyarakat tetap terjaga.
”BRI akan tetap mengambil peran menjadi rekan utama pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional dengan fokus pada penyelamatan UMKM,” ujarnya.
Pengendalian risiko
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, peran restrukturisasi sangat besar dalam menekan tingkat kredit macet (non-performing loan/NPL) baik dari bank maupun perusahaan pembiayaan.
Berdasarkan data OJK, per Mei 2021, NPL perbankan berada pada level 3,35 persen. Meski cenderung meningkat, NPL selama pandemi Covid-19 masih terjaga di bawah ambang batas 5 persen.
Kebijakan restrukturisasi kredit diatur dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 48 Tahun 2020 tentang Perubahan atas POJK No 11/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019. Stimulus ini berlaku hingga 31 Maret 2022.
”Kelonggaran berupa restrukturisasi kredit ini untuk memberikan ruang bagi pelaku usaha bertahan dan melanjutkan usahanya,” ujar Wimboh.