Prospek Bisnis Daur Ulang Sampah di Indonesia Menarik
Menjalankan bisnis daur ulang bisa dimulai dari model yang sederhana, seperti membuka bank sampah atau pengepul kecil, yang modalnya relatif sedikit. Bahkan, bisnis daur ulang dapat dimulai dari garasi tempat tinggal.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pembiayaan untuk aktivitas ekonomi yang sarat dengan prinsip-prinsip kelestarian dan keberlanjutan, usaha daur ulang dapat menjadi pilihan berbisnis yang menarik. Asosiasi industri daur ulang pun terbuka untuk memberi pedoman dalam memulai bisnis tersebut.
Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (Adupi) Christine Halim mengatakan, asosiasi sedang menyusun buku panduan daur ulang lantaran banyak peminat yang ingin menekuni di sektor ini. ”Ada banyak langkah untuk bekerja di lini bisnis daur ulang. Namun, bisa dimulai dari model yang kecil, seperti membuka bank sampah atau pengepul kecil, yang modalnya relatif kecil,” tuturnya dalam webinar ”Prospek Bisnis Daur Ulang yang Berkelanjutan di Indonesia”, Rabu (7/7/2021).
Selain itu, imbuh Christine, asosiasi juga siap untuk mempertemukan investor yang ingin menanamkan modal di lini bisnis pengepulan sampah dengan para pihak yang memiliki minat, pengetahuan, dan keterampilan di bisnis daur ulang sampah. Dari pertemuan itu, asosiasi berencana membuka jasa pengepulan modern yang bekerja sama dengan lapak-lapak pengepul sekaligus membekali mereka dengan sistem manajemen digital.
Bisnis pengepulan, khususnya sampah plastik, sangat strategis untuk memenuhi kebutuhan industri daur ulang plastik. Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, kebutuhan bahan baku untuk industri tersebut mencapai 7,2 juta ton per tahun. Sayangnya, mayoritas masih dipenuhi dari impor.
Asosiasi juga siap untuk mempertemukan investor yang ingin menanamkan modal di lini bisnis pengepulan sampah dengan para pihak yang memiliki minat, pengetahuan, dan keterampilan di bisnis daur ulang sampah.
Dari sisi permodalan, salah satu perbankan yang memberikan pembiayaan untuk bisnis daur ulang adalah PT Bank UOB Indonesia. ”Jika mengacu ke Grup UOB (di tingkat internasional), terdapat peluncuran green bond sekitar 1,5 miliar dollar AS untuk mendukung portofolio yang memenuhi prinsip-prinsip keberlanjutan,” kata Executive Director IG Head Resources UOB Indonesia Susanto Lukman dalam kesempatan yang sama.
Susanto memaparkan, UOB Indonesia menyediakan pembiayaan, baik sebagian maupun seluruhnya, bagi perusahaan yang memenuhi syarat dan kriteria kerangka kerja ekonomi hijau sirkular (green circular economy framework). Pemberian kreditnya mengacu pada ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan.
”Khusus pembiayaan peralatan, besarannya dapat mencapai 80 persen dari nilai yang diajukan dengan tenor hingga 5 tahun,” kata Susanto.
Perbankan perlu memastikan pendanaan hanya dipakai untuk keperluan bisnis yang bersifat berkelanjutan, misalnya usaha daur ulang, melalui kunjungan lapangan dan verifikasi dengan pemain lain di pasar.
Dari sisi audit, Susanto menyatakan, perbankan menguji tuntas (due diligence) terhadap calon debitor sebelum kredit diberikan. Perbankan perlu memastikan pendanaan hanya dipakai untuk keperluan bisnis yang bersifat berkelanjutan, misalnya usaha daur ulang, melalui kunjungan lapangan dan verifikasi dengan pemain lain di pasar.
Di skala industri besar, Kepala Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian Hendro Martono menyebutkan, pemerintah akan menyediakan pembiayaan teknologi untuk aksi mitigasi emisi gas rumah kaca. ”Teknologi ini bertujuan agar penggunaan energi dan bahan baku industri dapat menekan gas karbon dioksida,” katanya.