Mobilitas warga yang hendak masuk ke Kota Surabaya, sejak Rabu (7/7/2021), semakin diperketat dengan menutup jalan utama di Bundaran Waru serta tiga jalan protokol lain dalam kota selama 24 jam hingga Selasa (20/7/2021).
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Terus melonjaknya kasus Covid-19 di Kota Surabaya menjadi salah satu alasan Polda Jatim menutup akses masuk kota di Bundaran Waru sejak Rabu (7/7/2021). Namun, penutupan pintu utama masuk Surabaya yang dimulai pukul 10.00 WIB itu mengakibatkan antrean panjang kendaraan dari luar kota tak bisa dihindari.
Berdasarkan pemantauan Kompas, penutupan Bundaran Waru membuat mobilitas seluruh kendaraan, termasuk ambulans, terhambat karena kemacetan. Pengendara yang terjebak kemacetan umumnya emosi karena penutupan akses utama ke Kota Surabaya itu tanpa sosialisasi.
Petugas yang berada di lapangan sama sekali tak melihat kepentingan atau urusan pengendara hendak masuk ke Surabaya. ”Petugas di lapangan tidak paham perkara pekerja sektor kritikal dan esensial, justru memberi informasi jalan atau gang sebagai alternatif ke Surabaya. Akibatnya, area permukiman di sekitar lokasi penyekatan menjadi pusat kerumunan,” kata Abdul Rokhim (45), karyawan swasta di Surabaya.
Akibat penyekatan secara mendadak itu, karyawan perusahaan sektor esensial yang dibekali surat tugas supaya bisa lewat lokasi penyekatan gagal melintas. Pengiriman bahan pokok untuk kebutuhan warga, rumah sakit, dan toko kelontong terhambat. Kendaraan yang mengangkut kebutuhan pokok, seperti telur, sayur mayur, dan beras, juga terjebak di sekitar lokasi penyekatan.
Petugas di lapangan tidak paham perkara pekerja sektor kritikal dan esensial, justru memberi informasi jalan atau gang sebagai alternatif ke Surabaya. (Abdul Rokhim)
Menurut Direktur Lalu Lintas Polda Jatim Komisaris Besar Latief Usman, Bundaran Waru arah Surabaya ditutup total mulai Rabu (7/7/2021) sampai 20 Juli 2021. Penutupan ini untuk mengendalikan mobilitas masyarakat karena berdasarkan hasil evaluasi selama lima hari pelaksanaan PPKM darurat, mobilitas masyarakat yang masuk ke dalam Kota Surabaya tidak turun signifikan.
”Jadi, perlu evaluasi selama lima hari karena Bundaran Waru merupakan pintu masuk ke Surabaya,” ujarnya.
Bagi yang berkepentingan masuk Surabaya masih ada jalur alternatif, antara lain, Menanggal, Jalan Brigjen Katamso (pabrik paku), dan Pagesangan. Selama masa pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat hanya sektor esensial dan kritikal yang diperbolehkan beroperasi.
Namun, kata Latief, masyarakat belum sepenuhnya memahami sehingga masih banyak yang melakukan mobilitas di luar dua sektor tersebut.
Selama PPKM darurat berlangsung, Polrestabes Surabaya juga menutup tiga jalan selama 24 jam mulai Rabu (7/7/2021) pukul 18.00, yakni Jalan Raya Darmo (Al Falah sampai Polisi Istimewa), Jalan Tunjungan (Siola sampai Hotel Majapahit), dan Jalan Pemuda (Monkasel sampai air mancur depan Balai Pemuda).
Jadi, perlu evaluasi selama lima hari karena Bundaran Waru merupakan pintu masuk ke Surabaya. (Latief Usman)
Selain menutup jalan utama, Satgas Covid-19 Surabaya semakin gencar melakukan pemantauan ke pusat perdagangan dan bisnis, serta perkantoran karena masih ada perusahaan yang tidak masuk usaha kritikal ataupun esensial yang masih beroperasi. Usaha itu, seperti toko elektronik, mebel, dan pakaian, sampai sekarang banyak yang buka. Padahal, pusat perbelanjaan umumnya tidak beroperasi sejak Senin (5/7/2021) kecuali gerai yang menyediakan makanan dan obat-obatan.
Penjual makanan pun diharuskan tidak menerima makan di tempat, tetapi dibungkus atau bawa pulang. ”Saya tetap menyediakan beberapa kursi bagi yang ingin makan di tempat. Walau sekarang lebih banyak pesan secara dalam jaringan atau online,” kata Lili, pegawai depot di Jalan Abdul Karim, Surabaya.
Piknik ke makam
Sementara itu, Pemerintah Kota Surabaya bersama tim gabungan dari TNI-Polri menggelar operasi patuh PPKM darurat sejak Senin (5/7/2021) malam. Operasi ini bertujuan untuk menertibkan warga yang tidak menerapkan protokol kesehatan serta menertibkan warung makan, warung kopi, dan toko yang masih beroperasi melebihi pukul 20.00.
Jika ada warung masih buka, pada saat itu juga langsung diminta tutup. Pengunjungnya yang melanggar protokol kesehatan dan aturan jam malam saat PPKM darurat langsung dimintai kartu tanda penduduk (KTP) untuk didata dan langsung dibawa menggunakan bus untuk dikumpulkan di Liponsos Keputih.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surabaya Eddy Christijanto mengatakan, pada operasi tersebut tim patroli gabungan mendapati 145 pelanggar protokol kesehatan pada PPKM darurat. Mereka yang melanggar protokol kesehatan dikenai sanksi berupa Tour On Duty menyaksikan pemakaman jenazah yang meninggal karena Covid-19 pada pukul 24.00.
Keesokan harinya mereka juga wajib memberikan pelayanan sosial bagi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Liponsos. Setelah memberikan pelayanan sosial bagi ODGJ, pada pukul 08.00 mereka melakukan tes usap antigen. Jika hasilnya positif, akan diisolasi. Jika negatif, dipulangkan ke keluarga masing-masing.
”Jadi, mereka diinapkan di Liponsos satu malam, sekitar pukul 24.00 diajak ke tempat pemulasaran jenazah, selanjutnya melihat pemakaman dan makam warga Surabaya yang meninggal karena Covid-19,” ujarnya.
Eddy menjelaskan, cara itu dilakukan untuk memberikan pelajaran agar warga percaya bahwa Covid-19 ada dan sedang melanda Kota Surabaya ataupun dunia. Tidak hanya itu, sanksi juga diberikan agar menimbulkan empati dan kepedulian. Dengan demikian, warga Surabaya sadar bahwa menerapkan protokol kesehatan, menggunakan masker, tidak berkerumun, dan tidak melanggar aturan jam malam selama PPKM darurat, salah satu upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Bagi pelanggar yang sudah menandatangani surat pernyataan, jika mereka kembali melakukan pelanggaran, ke depannya akan mendapatkan sanksi yang lebih berat. ”Sanksi berikutnya adalah kerja sosial di Liponsos lima hari dan membantu pembuatan peti jenazah, jadi mereka tahu bahwa Pemkot bekerja secara maksimal untuk menangani korban Covid-19,” tegasnya.
Salah satu pelanggar yang mengikuti Tour Of Duty, Udin (34), mengakui setelah mengunjungi makam dan menyaksikan langsung pemakaman jenazah yang meninggal karena Covid-19 semakin menyadari bahwa Covid-19 itu ada dan akan berhati-hati terutama keluar rumah melebihi aturan jam malam.