Investor properti diperkirakan semakin selektif di tengah lonjakan kasus dan pengetatan mobilitas masyarakat. Pasar produk properti akan tertekan. Namun, pengembang dinilai perlu mendorong keyakinan pasar.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Investor bisnis properti diprediksi semakin selektif dan menunggu kondisi perkembangan ekonomi. Sementara harga jual dan nilai properti diperkirakan masih terus tertekan karena konsumen membatasi pembelian.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menilai, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat tanggal 3-20 Juli 2021 akan memengaruhi perlambatan pasar properti. Hal ini dipicu oleh mobilitas masyarakat yang berkurang serta tidak banyaknya konsumen yang bisa melakukan cek fisik properti ke lokasi pemasaran. Padahal, konsumen properti umumnya masih memerlukan cek fisik unit properti.
Di sisi lain, konsumen akan menghitung ulang rencana pembelian properti di tengah ketidakpastian ekonomi. Selama pandemi Covid-19, sektor apartemen sangat terpukul hingga anjlok 80 persen. Pasar sewa apartemen juga melemah dan sebagian unit kosong. ”Pengetatan PPKM akan berdampak pada semakin banyak penundaan pembelian properti,” kata Ali, saat dihubungi, Selasa (6/7/2021).
Ali menambahkan, konsumen properti cenderung akan menunggu kepastian situasi ekonomi dan mengamankan arus kas di tengah penerapan PPKM darurat. Pilihan utama pembelian properti diperkirakan berupa rumah tapak dan tanah.
Head of Capital Markets & Investment Services Colliers Indonesia Steve Atherton mengemukakan, peningkatan infeksi virus Covid-19 di Indonesia diprediksi membuat sektor perhotelan, pariwisata, ritel, penyewaan kantor, dan penjualan apartemen membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk bangkit.
PPKM Darurat juga mendorong investor lokal sangat berhati-hati dan menghindari kontak dengan pihak lain. Dampaknya, bisnis properti akan sangat terlokalisasi.
”Pasar masih dalam keadaan menunggu perkembangan. Investor domestik saat ini akan sangat selektif dalam kegiatan akuisisi mereka dan memilih kelas aset paling aman untuk dimiliki dalam kondisi saat ini,” kata Steve.
Ia menambahkan, nilai properti di masa pandemi dengan potongan harga diproyeksikan berlanjut sebagai cermin risiko arus kas yang lebih besar. Selain itu, harga sewa atau jual akan lebih rendah, penyerapan pasar lebih lambat, serta tingkat hunian yang lebih rendah.
Pergeseran investasi proyek properti juga terjadi di tingkat global. Investor dinilai akan lebih fokus pada peluang investasi properti yang tertekan di pasar berkembang dibandingkan pasar yang kurang berkembang. Dengan berlakunya larangan perjalanan, kemampuan mengevaluasi properti dan menjalin kemitraan dengan calon mitra lokal akan sangat terpengaruh.
Pergeseran investasi proyek properti juga terjadi di tingkat global.
”Untuk mendapatkan perhatian investor global dalam kondisi pasar saat ini, penawaran yang diberikan harus sangat menarik dari segi kualitas aset properti, lokasi, dan juga harga,” kata Steve.
Menurut Ketua Umum Real Estate Indonesia Paulus Totok Lusida, pihaknya mengikuti ketentuan pemerintah terkait penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi. Di sisi lain, pengembang akan terus memberikan kepastian kepada pembeli agar pasar tidak negatif. Ia optimistis PPKM Darurat yang berlangsung sementara akan memberikan dampak jangka pendek.