Kami Fokus Menjadi Wakil Nasional di Kancah Global
Dalam transformasi, ada dua hal yang jadi ”top priority” BNI, yakni kemampuan digital dan punya daya saing global.
Pandemi Covid-19 telah memukul hampir semua sektor ekonomi, termasuk perbankan. Lesunya aktivitas ekonomi membuat perbankan tidak optimal dalam menjalankan fungsi intermediasinya.
Namun, sembari bertahan, sejumlah bank justru menjadikan krisis saat ini sebagai momentum untuk melakukan transformasi agar bisa tumbuh secara berkelanjutan di masa mendatang. Salah satu bank yang melakukannya adalah BNI.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menjelaskan strategi dan transformasi BNI itu saat wawancara dengan Kompas secara virtual, Senin (5/7/2021).
Seperti apa transformasi yang dilakukan BNI?
Pada 5 Juli tahun ini, BNI berusia 75 tahun. Kami semakin dewasa, tetapi juga harus adaptif, memperkuat kolaborasi. Kami akan menjadi muda kembali dengan transformasi. Pandemi kami jadikan sebagai kesempatan dan momentum untuk bertransformasi. Dalam transformasi ini, ada dua hal yang jadi top priority BNI, yakni kemampuan digital dan punya daya saing global.
Saya melihat salah satu kekuatan BNI adalah memiliki infrastruktur teknologi informasi (TI) yang bagus. Ke depan BNI akan terus mengembangkan dan memperkuat kapabilitasnya sebagai bank digital, baik dalam proses bisnis maupun jaringan distribusi produk dan layanan.
Lalu bagaimana memperkuat daya saing global BNI?
Sejak berdirinya, BNI memang dilahirkan dengan cita-cita untuk menjadi kekuatan moneter di dunia internasional bagi NKRI yang baru saja merdeka. BNI juga mendapatkan amanah dari Kementerian BUMN agar menjadi bank yang fokus pada pelayanan dan jaringan internasional. Saat ini BNI memiliki enam kantor cabang di luar negeri (KCLN).
KCLN BNI tersebar di enam pusat keuangan dunia, yaitu Singapura; Hong Kong; Tokyo, Jepang; New York, Amerika Serikat; Seoul, Korea Selatan; dan London, Inggris. BNI adalah bank nasional yang memiliki cabang luar negeri terbanyak di antara bank-bank asal Indonesia lainnya.
Bisnis perbankan internasional yang dijalankan BNI difokuskan pada trade finance, jasa remittance, international desk, dan financial institution. Keinginan BNI untuk menggarap pasar internasional disokong dengan komitmen tinggi.
Terdapat tiga strategic value yang dimiliki BNI untuk memacu bisnis internasionalnya, yakni sebagai source of international funding, go global assistance, dan gate to investment. Demi mengoptimalkan strategic value itu, BNI terus melakukan sejumlah pengembangan, antara lain pembentukan syndication desk dan pendirian anak perusahaan BNI Sekuritas di Singapura serta pembentukan Foreign Direct Investment (FDI) Advisory Unit.
BNI juga memperkuat international desk dengan pembentukan Korea dan China Desk. Sementara peran Japan Desk yang sudah ada sejak 2012 akan dioptimalkan untuk mendukung cabang Tokyo yang ditunjuk sebagai salah satu appointed cross currency dealer (ACCD) bank dalam local currency settlement (LCS) antara Indonesia dan Jepang.
BNI juga bersinergi dengan perusahaan pelat merah lain dalam memfasilitasi BUMN menjadi pemain global dengan rencana mendirikan kantor Indonesia Incorporated di Hong Kong.
Bagaimana daya saing global BNI itu bisa mendukung para pengusaha Indonesia?
Untuk pelaku usaha di dalam negeri, kami akan mendorong UMKM-UMKM untuk lebih banyak melakukan ekspor. Dalam waktu dekat, kami akan meluncurkan program bernama Expora, program pemberdayaan UMKM yang berorientasi ekspor. Tak hanya membantu permodalan, kami juga memberikan pelatihan dan membantu mencarikan pasar. Kami ingin menjadi bagian dari cerita sukses mereka. Ini rencana bisnis kami untuk memantapkan visi BNI menjadi perwakilan perbankan nasional di kancah global.
Kami juga membangun jaringan perbankan untuk melayani diaspora yang berada di luar negeri agar tetap bisa menikmati layanan perbankan kami. Jadi, bisa kami simpulkan, BNI memang ada di semua segmen bisnis bank. Namun, kami akan fokus menjadi wakil nasional di kancah global.
Ada rencana untuk menambah cabang di luar negeri?
Ke depan kami berencana untuk membuka dua cabang luar negeri lagi. Ada empat lokasi yang sedang kami persiapkan untuk pembukaan cabang itu, yakni Eropa, AS, China, dan Timur Tengah. Dari empat lokasi itu, akan kami pilih untuk membuka dua cabang luar negeri baru BNI. Setiap calon lokasi itu punya potensi besar. AS dan Eropa jadi pusat ekonomi dunia. China juga punya potensi yang besar, begitu pula Timur Tengah.
Seperti apa BNI beradaptasi di masa pandemi covid-19?
Sudah 75 tahun BNI hadir menemani perjalanan ekonomi dan menjalankan fungsi intermediasi dari masa ke masa. BNI kini menjadi tempat bagi puluhan juta orang yang memercayakan simpanannya, ada ratusan ribu orang (di luar kartu kredit) yang telah mendapatkan pembiayaan dari BNI untuk banyak tujuan dan cita-cita dan terdapat hampir 800.000 perusahaan yang mencatatkan rekeningnya di BNI.
Tidak hanya itu, terdapat 154.000 pemilik usaha kecil yang kini mendapatkan tambahan penghasilan karena bergabung menjadi BNI Agen46 atau kepanjangan tangan BNI dengan masyarakat yang memiliki keterbatasan akses ke outlet bank terdekat.
Seperti kita ketahui bersama, saat ini pandemi Covid-19 menjadi tantangan perekonomian. BNI terus beradaptasi di tengah masa pemulihan dari pandemi Covid-19 dan terus berupaya menumbuhkan bisnis dengan fokus pada penguatan fundamental perseroan. BNI dapat mengelola imbal hasil dari aset-aset pencetak pendapatan perseroan dengan baik. Di samping itu, perseroan juga melakukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan komposisi aset dan liabilities sehingga pengelolaan dana perseroan dapat lebih efektif.
Sembari terus memperkuat fundamental perseroaan, BNI juga terus melanjutkan transformasi digital. Kami terus melakukan kajian untuk digitalisasi perbankan. Menurut hemat kami, paling tidak sebuah bank digital itu harus memenuhi tiga unsur, yaitu teknologi, ekosistem, dan pendanaan yang murah.
Namun, yang bisa saya pastikan, BNI tidak akan mengurangi jumlah karyawan. Berkurangnya transaksi di teller itu bukan berarti harus mengurangi tenaga kerja, namun mereka kami alihkan ke bagian lain, seperti penyedia layanan perbankan digital BNI. Keberadaan kantor cabang juga ke depan masih akan terus dipertahankan karena kita mewakili keberadaan negara dan penyaluran kebijakan negara.
Berapa banyak restrukturisasi yang dilakukan BNI?
BNI menjadi salah satu bank yang aktif mendukung upaya-upaya pemerintah menekan dampak pandemi Covid-19, mulai dari restrukturisasi kredit hingga program pemulihan ekonomi nasional (PEN). BNI telah membukukan pinjaman yang direstrukturisasi sebesar Rp 102,4 triliun atau 18,6 persen dari total pinjaman.
Berdasarkan segmen bisnis, restrukturisasi kredit diberikan kepada segmen korporasi sebesar Rp 44,2 triliun, segmen menengah Rp 21 triliun, segmen kecil Rp 28 triliun, dan Rp 9,2 triliun untuk segmen konsumer.
Sebagian besar debitor yang mendapatkan fasilitas restrukturisasi pinjaman berasal dari sektor manufaktur 27,0 persen atau Rp 27,6 triliun; sektor perdagangan, restoran, dan hotel sebesar 15,4 persen atau Rp 15,8 triliun; dan sektor pertanian sebesar 12,6 persen atau Rp 12,9 triliun. Ketiga sektor ini terdampak paling parah oleh pandemi dan merupakan 55 persen dari total pinjaman yang direstrukturisasi karena Covid-19.
Untuk skema restrukturisasi, perseroan menggunakan beberapa skenario yang meliputi penjadwalan ulang pelunasan utang, penundaan pembayaran bunga, serta penurunan suku bunga. Pelaku usaha membutuhkan waktu untuk pulih dari dampak pandemi Covid-19. Tanpa restrukturisasi kredit, pengusaha tentunya akan berat menyangga permodalannya. BNI berharap debitor yang telah memanfaatkan restrukturisasi ini bisa tetap survive.
Bagaimana target penyaluran kredit BNI tahun ini?
Kami optimistis perekonomi Indonesia akan terus berangsur pulih. Tahun ini kami menargetkan pertumbuhan kredit 6 persen. Portofolio kredit kami sebesar 50 persen ke segmen korporasi, 32 persen ke segmen UMKM kecil dan menengah, dan 18 persen kredit konsumsi. Pemberian kredit korporasi kami fokus pada ekspor. Begitu juga pada UMKM. Kami salurkan kepada UMKM yang berbasis digital dan berorientasi ekspor.