Pertamina dan PLN Sebaiknya Tak Lewatkan Kesempatan
Investor dunia saat ini cenderung meminta pasokan energi bersih yang menjadi salah satu pertimbangan dalam menanamkan modal. Pertimbangan tersebut membuka kesempatan bagi PLN dan Pertamina untuk memasok kebutuhan itu.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebaiknya tak melewatkan kesempatan di tengah tingginya tuntutan pemanfaatan energi bersih dan terbarukan. Sejauh ini, arah diversifikasi bisnis kedua BUMN tersebut menunjukkan sinyal positif.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai, upaya PLN dan Pertamina dalam membangun pembangkit listrik berbasis energi terbarukan menunjukkan strategi diversifikasi bisnis yang positif karena sesuai dengan kecenderungan investor mancanegara.
”Investor dunia saat ini cenderung meminta pasokan energi bersih. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan dalam menanamkan modal. Pertimbangan tersebut membuka kesempatan bagi PLN dan Pertamina untuk memasok kebutuhan akan energi bersih itu,” tuturnya saat dihubungi, Jumat (2/7/2021).
Mempertimbangkan tren dunia yang beralih ke energi terbarukan, Fabby berpendapat, diversifikasi bisnis PLN dan Pertamina mesti dipercepat. Agar lini bisnis kedua BUMN tersebut dapat terus bertumbuh, keduanya harus memiliki aset-aset di bidang energi terbarukan.
Investor dunia saat ini cenderung meminta pasokan energi bersih. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan dalam menanamkan modal.
Agar akselerasi diversifikasi bisnis kedua perusahaan itu dapat terwujud, imbuh Fabby, pemerintah harus menyusun kebijakan yang tegas dalam menopang pengembangan energi terbarukan. Misalnya, percepatan penghentian operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Pemerintah juga perlu memberikan dukungan fiskal dalam diversifikasi bisnis kedua perusahaan tersebut.
Upaya diversifikasi itu salah satunya tampak dari beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Malea di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, setelah memperoleh sertifikat laik operasi pada 28 Juni 2021. Dengan beroperasinya PLTA Malea, General Manager PLN Unit Induk Penyaluran dan Pembangkitan Sulawesi Munawwar Furqan mengatakan, bauran energi terbarukan di Sulawesi bagian selatan atau Sulbagsel dari mulanya 29,46 persen atau setara dengan 651 megawatt (MW) menjadi 33,5 persen atau setara 740 MW.
PLTA Malea yang telah beroperasi turut meningkatkan keandalan sistem kelistrikan Sulawesi Selatan. Beban puncak kelistrikan Sulbagsel mencapai 1.363 MW dengan daya yang mampu mencapai 2.210 MW. Cadangan daya pun menjadi 847 MW.
Pembangkit listrik tersebut berada di Sungai Saddang, Tana Toraja. Sistem yang digunakan meliputi pemanfaatan air dari aliran sungai (run off river) dengan bangunan utama berupa area pengambilan (intake area), area saluran penghantar (water way), area tangki peredam (surge tank), dan area gedung pembangkit (power house).
Bauran energi terbarukan di Sulawesi bagian selatan atau Sulbagsel dari mulanya 29,46 persen atau setara dengan 651 megawatt (MW) menjadi 33,5 persen atau setara 740 MW.
Terdapat dua mesin pembangkit yang masing-masing berkapasitas 45 MW pada PLTA ini. PLTA Malea 2 x 45 MW merupakan pembangkit independent power producer (IPP) yang berada dalam pengawasan PLN UIP Sulawesi. PLTA Malea dibangun dan dioperasikan oleh PT Malea Energy. Dalam 10 tahun ke depan, PLN membeli listrik dari PLTA Malea sebesar Rp 1.398,53 per kilowatt jam (kWh).
Sementara itu, Pertamina NRE atau PNRE menargetkan kapasitas terpasang energi bersih sebesar 10.000 MW pada 2026. Target itu dicapai melalui bisnis konversi gas ke energi listrik dan energi terbarukan melalui tiga entitas usaha, yakni Pertamina Geothermal Energy (PGE), Jawa Satu Power (JSP), dan Jawa Satu Regas (JSR). Total investasi yang dibutuhkan sekitar 12 miliar dollar AS.
Chief Executive Officer Sub-holding PNRE Dannif Danusaputro memaparkan, target 10.000 MW tersebut dicapai melalui lini bisnis gas ke energi listrik sebesar 6.000 MW, energi terbarukan 3.000 MW, serta pengembangan ekosistem kendaraan listrik dan energi hidrogen 1.000 MW. Secara terperinci, lini bisnis gas ke energi salah satunya terdiri dari pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Jawa-1 yang berkapasitas 1.800 MW dengan perkembangan proyek sebesar 97 persen serta proyek IPP di Bangladesh yang berkapasitas 1.200 MW.
Dalam bisnis energi terbarukan, kontribusi signifikan berasal dari geotermal yang dikelola PGE dengan target kapasitas terpasang 1.100 MW pada tahun 2026. Selain itu, ada juga pembangkit listrik EBT lainnya, seperti surya, biogas, dan smart-grid, yang menyumbang 1.900 MW.