Kepergian Enny Sri Hartati meninggalkan duka mendalam. Sebagai ekonom, ia tak jarang lantang menyuarakan kritik terhadap kebijakan pemerintah. Tak sekadar kritik, ia juga menawarkan solusi.
Oleh
Mukhamad Kurniawan
·2 menit baca
Sepekan sejak pemerintah mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia, 10 Maret 2020, Enny Sri Hartati, melalui kolom analisis di harian ini, mengingatkan pemerintah untuk serius memitigasi dampak penyebaran virus korona baru (SARS-CoV-2). Sejak itu, sebagian besar pemikirannya yang tertuang dalam kolom itu mengulas situasi perekonomian nasional, terutama terkait pandemi Covid-19.
Namun, siapa sangka virus itu pula yang mengakhiri suara lantangnya. Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) itu berpulang, Kamis (1/7/2021) pukul 19.55 WIB, setelah sempat berjuang melawan Covid-19 di Rumah Sakit Islam Pondok Kopi, Jakarta Timur.
Peneliti Indef, Eko Listiyanto, menyampaikan kabar duka tersebut melalui grup Whatsapp. Kepada Kompas, Enny sempat menuturkan ia terinfeksi Covid-19 dan menjalani isolasi mandiri. Kondisinya sempat membaik. Namun, selang beberapa hari, situasinya memburuk. Ekonom senior Indef, Aviliani, kepada Kompas.com mengabarkan, karena kondisi itu, ia beralih dirawat di rumah sakit.
Kepergian Enny meninggalkan duka yang mendalam di kalangan peneliti dan ekonom yang tergabung di Indef.
Kepergian Enny meninggalkan duka yang mendalam di kalangan peneliti dan ekonom yang tergabung di Indef. Sebab, setelah sempat mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti (1996-2011) dan menjadi staf ahli Komisi X DPR RI (2007-2010), Enny menjabat sebagai Direktur Eksekutif Indef selama kurun 2011-2019.
Enny lahir di Karanganyar, Jawa Tengah, 27 Juli 1971. Dia lulus sebagai sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro Semarang (1995), lalu menyelesaikan program Magister Sains Program Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor/IPB (2004), dan program doktoral Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian IPB (2012).
Selain aktif menulis opini atau kolom, Enny sering menjadi narasumber di berbagai seminar dan diskusi yang diselenggarakan instansi pemerintah, BUMN, korporasi, asosiasi, media, partai politik, dan lembaga swadaya masyarakat. Enny juga sering diminta pandangannya terkait situasi perekonomian nasional dan dikutip media massa.
Enny merupakan pribadi yang ramah, supel, dan teguh dalam prinsip. Dia lantang menyuarakan kritik terhadap kebijakan pemerintah. Salah satunya di sektor pertanian yang menjadi konsentrasinya. Dalam kolomnya di Kompas yang berjudul ”Candu Impor Pangan”, 30 Maret 2021, Enny mengingatkan soal impor pangan yang justru semakin jadi candu dalam perekonomian.
Tulisan lain, ”Peta Jalan Industri Pangan” yang terbit 9 Februari 2021, Enny mendorong pengembangan industri pertanian nasional yang berdaya saing, efisien, tangguh, dan inklusif. Ia menyoroti nasib para peternak unggas rakyat yang kondisinya terpuruk beberapa tahun terakhir.
Dalam tulisan terakhirnya, ”Serangan Balik Kenaikan PPN”, terbit 8 Juni 2021, Enny menyumbangkan pemikirannya terkait rencana pemerintah menggenjot penerimaan melalui Pajak Pertambahan Nilai. Sebagaimana tulisan-tulisan Enny sebelumnya, selain kritik, dia menyodorkan solusi.